Demi Cuan, Tawuran Diviralkan - Tinta Media

Jumat, 12 Juli 2024

Demi Cuan, Tawuran Diviralkan

Tinta Media - Cuan menjadi ukuran kebahagiaan setiap insan pada era sekarang. Materi kini menjadi syarat dalam meraih setiap tujuan, hingga tawuran pun menjadi jalan keluar. Sungguh memprihatinkan hidup di sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan.

Kali ini, tawuran kembali terjadi di jalan Basuki Rahmat (Bassura), Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Perbuatan memalukan ini melibatkan warga RW 01 dan RW 02, Kamis (27/6), sekitar pukul 05.30 WIB lantaran dipicu warga yang saling ejek sampai terjadi aksi balas dendam.

Akhirnya, tawuran terulang kembali dengan menggunakan berbagai benda, seperti batu, petasan, dan senjata tajam. Mirisnya, ada dugaan bahwa aksi tawuran tersebut sengaja dibuat untuk mencari cuan melalui medsos.

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly mengatakan bahwa ada sejumlah faktor yang menyebabkan tawuran kembali terjadi, seperti faktor ekonomi, pendidikan, kehidupan sosial dan budaya, serta kurangnya pengawasan orang tua.

Begitu juga tawuran secara live yang terjadi di  Surabaya. Enam remaja anggota Gangsar yang menamakan diri sebagai “Pasukan Angin malam” diringkus polisi, Kamis (27/6/2024). Mereka diringkus saat hendak tawuran di sekitar kawasan Sidotopodipo Surabaya. Meski belum terjadi tawuran, para pelaku telah bersiap dengan membawa clurit, gergaji, dan parang.

Cuan Menjadi Tujuan Tawuran

 

Lagi-lagi cuan menjadi pemicu tawuran. Ini disebabkan karena orientasi kehidupan saat ini adalah materi. Tawuran pun diviralkan demi meraih pundi-pundi cuan.

Di tengah sistem sekuler kapitalisme yang materialistik saat ini, fakta kerusakan generasi terjadi secara mengerikan dari hari ke hari. Bahkan, mereka melakukan apa pun demi kesenangan dengan mengejar viral konten media sosial untuk meraup sebesar-besarnya cuan, hingga tawuran pun diterjang dan diviralkan melalui media sosial.

Bentukan sistem saat ini membuat generasi mengalami krisis identitas atau kehilangan jati diri sebagai muslim yang taat kepada Allah Swt. Yang membawa kebaikan kepada masyarakat.

Mereka tidak memahami tujuan hidup yang benar di dunia. Kontrol diri mereka lemah. Arus globalisasi atau digitalisasi media dan tayangan yang kurang mendidik menyebabkan mereka berperilaku liberal dengan menghalalkan segala cara.

Tawuran yang berulang kali terjadi menunjukkan gagalnya sistem pendidikan yang berasaskan sekuler buah dari penerapan sistem kapitalisme.  Dengan cara berpikir dan gaya hidup yang jauh bebas tanpa aturan, terbentuklah lingkungan dan pribadi yang bebas berekspresi, individualistis, dan minim empati terhadap sesama.

Untuk itu, butuh adanya perubahan secara mendasar untuk menyelesaikan berbagai persoalan, khususnya tawuran dengan solusi yang komprehensif.

Solusi Islam

Syariat Islam punya solusi yang hakiki untuk keluar dari kerusakan sistem sekuler kapitalisme. Islam memberikan pedoman tingkah laku, adab, dan akhlak yang baik. Dalam hal ini, kita membutuhkan dukungan keluarga.

Orang tua berperan penting dalam mendidik anak dengan panduan Islam, serta didukung dengan lingkungan sosial yang peduli dengan sesama, seperti saling support antartetangga, beramar makruf nahi mungkar, menguatkan ketakwaan. 

Negara berperan sebagai raa’in atau pengurus umat yang wajib membangun ketakwaan pada setiap individu dan menerapkan aturan. Negara mengatur sistem pendidikan untuk menghasilkan pribadi yang kuat ketakwaan dan pengetahuannya. Negara juga mewujudkan hukuman yang tegas dengan melarang kekerasan, menyakiti orang lain, melakukan kejahatan baik verbal maupun fisik.

Negara pun menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai, mulai dari kurikulum berbasis akidah Islam, sarana dan prasarana, pembiayaan pendidikan, tenaga pengajar profesional, sampai sistem gaji guru yang menyejahterakan.

Begitulah pendidikan berbasis sistem Islam yang memadukan tiga peran sentral, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara.

Terbentuknya kepribadian Islam mengharuskan adanya pola pikir dan pola sikap Islam yang membuat seseorang akan senantiasa terikat dengan syariat Islam.

Negara menerapkannya syariat Islam secara kaffah dalam kehidupan. Syariat inilah jawaban atas berbagai problem yang melanda generasi sekarang, termasuk tawuran. Hukum Islam yang paripurna ini tidak akan berfungsi secara sempurna kecuali dalam wadah institusi khilafah. Wallahu Alam bisshowab.

Oleh: Avin, Muslimah Jember

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :