Data Diretas, Rakyat Was-Was - Tinta Media

Kamis, 18 Juli 2024

Data Diretas, Rakyat Was-Was

Tinta Media - Beberapa hari lalu, kabar bahwa Pusat Data Nasional (PDN) diretas. Tentu hal ini menjadi perhatian serius bagi publik. Sistem PDN mengalami down akibat terkena serangan siber ransomware dan mengganggu sistem layanan pada 282 instansi pemerintahan.  

Di antaranya instansi  keimigrasian dan  administrasi kependudukan. Tidak hanya kali ini saja, peretasan data negara  sudah terjadi berulang kali, bahkan pada tahun 2021 sebanyak enam kali situs milik instansi pemerintah mengalami kebocoran, yakni pada bulan Mei 2021 berupa data BPJS kesehatan hingga bulan Oktober 2021, yaitu database Polri. (Inilah.com, 30/6/2024)

Serangan siber ransomware tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia, bahkan negara adidaya Amerika Serikat (AS) juga terkena serangan siber ransomware tersebut.

Berdasarkan pernyataan Menkominfo Budi Arie, Indonesia hanya sebesar 0,67 persen terkena  serangan ransomware. Tidak hanya itu, ungkapan Budi Arie terkait beberapa negara yang terkena dampak ransomware  paling banyak Amerika Serikat, yaitu 40,43 persen, Kanada 6,75 persen, Inggris 6,44 persen, Jerman 4, 29 persen dan Perancis 3,8 persen. (Viva.co.id, 27/6/2024)

Kepercayaan yang Dikhianati

Publik telah mempercayakan kepada para penguasa/pemimpin untuk menjaga privatisasi database rakyat. Akan tetapi, kepercayaan itu telah dikhianati. Data yang seharusnya sepenuhnya dilindungi, ternyata hanya 2% saja mendapat perlindungan.

Inilah salah satu gambaran bahwa ketika suatu tanggung jawab tidak diberikan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. Saling lempar tanggung jawab dan saling menyalahkan merupakan bentuk ketidaksiapan para penguasa terhadap amanah yang diterima. Bentuk kekecewaan rakyat tidak hanya sampai di situ, bahkan mendesak menkominfo Budi Arie untuk mundur atas kejadian ini.

Seharusnya, jebolnya data tidak boleh terulang lagi. Negara harus mempunyai pertahanan siber yang mumpuni dengan menerjunkan orang-orang yang ahli di bidangnya.

Tidak hanya itu, bahkan orang yang diamanahi tersebut harus bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan. Penyimpanan cadangan data, seharusnya sudah dilakukan sejak awal sebagai antisipasi dari tindak kejahatan apa pun, tetapi kini baru dicanangkan setelah data tercecer oleh para peretas.

Akibat dari jebolnya data ini, banyak sekali tindak kejahatan yang memungkinkan akan terjadi.

Pertama data masyarakat bisa diperjualbelikan, sehingga para peretas mendapat keuntungan yang banyak.

Kedua, bisa saja data pribadi disalahgunakan oleh orang lain untuk digunakan pada pinjaman online. Ini akan menimbulkan dampak yang sangat tidak baik bagi para korban sehingga membuat resah masyarakat.

Inilah bentuk nyata semrawutnya wajah peradaban sekularisme. Dengan jebolnya data oleh peretas di  PDN, bertambahlah benang kusut permasalahan yang bertubi tubi di negeri ini.

Islam sebagai Solusi

Sekularisme telah nemisahkan kehidupan beragama dan bernegara. Kehidupan beragama hanya sebatas ibadah di masjid saja. Sementara, kehidupan bernegara tidak boleh ada campur tangan agama di dalamnya, sehingga aturan yang diciptakan berdasarkan akal pikiran manusia tidak berasal dari Sang Pencipta. Dampak yang timbul, pasti ada kepentingan manusia yang berkuasa di dalamnya. Sebagaimana tertuang dalam TQs. Ar Rum: 41

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya mereka merasakan sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”.

Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa kerusakan-kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan oleh tangan manusia. Manusialah yang menjadi sebab munculnya berbagai problem dalam kehidupan. Maka dari itu, marilah kita bersama-sama berupaya untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan dakwah, untuk mendapatkan keberkahan hidup.

Dengan Islam, negara akan memfasilitasi rakyat dengan pelatihan-pelatihan dan senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan akidah sehingga terbentuk pribadi yang cerdas, jujur ,dan amanah.

Sebagaimana Al-kindi, yang dikenal sebagai Bapak Kriptografi . Berdasarkan karya al-Khalil (717–786), Buku Al-Kindi yang berjudul Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages memunculkan lahirnya kriptanalisis, sebagai penggunaan inferensi statistik paling awal. Masyaallah.

Wallahu ‘alam.

Oleh: Umi Salamah, Ibu Rumah Tangga, Aktivis Dakwah

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :