Tinta Media - Hi sahabat smart, apa yang terlintas dalam benak kalian ketika dengar "Aura Magrib"? Eitz, gimana? Gimanaaa? Aura itu kan semacam vibes dari seseorang gitu kan, misal auranya positif (vibes positif) tapi kok disandingkan dengan magrib? Dimana magrib itu kan nama ibadah sholat kaum muslimin ya.. Ga bahaya tah?
Mirisnya zaman now, hujatan netizen itu kebablasan bin keblinger. Tanpa aturan dan krisis moralitas! Sekarang sangat sulit membedakan mana putih? Mana hitam? Mana Benar? Mana salah? Semua beradu jadi satu, campur baur tanpa skat.
Sahabat smart perlu kita kupas tuntas seperti apa yang melatarbelakangi multitafsir esensi cantik pada hari ini, dan bagaimana standar Kecantikan di dalam Islam agar ga saling hujat, hihi...
*Cantik Harus Good Looking*
Seorang perempuan pada dasarnya terlahir cantik, hanya saja perkembangan zaman yang begitu pesat esensi cantik menjadi relatif dan hanya berjibaku pada fisik semata. Misal cantik ketika memiliki hidung mancung, kulit putih, muka glowing, atau ada anggapan sebaliknya. Bisa juga berdasarkan stylenya, baju sexi, leher putih itu cantik.
Esensi kecantikan hari ini menjadi multitafsir, benar sesuai standar netizen. Cantik berdasarkan fisiknya aja, kalo good looking berarti cantik, semua hanya pada tataran performance semata. Wajar saja realitas hari ini, setiap orang bebas membuat aturan, jadi standarnya bisa berbenturan. Realitasnya yang salah bisa menindas, yang benar habis-habisan di hujat.
Kalau kita telisik dan pahami lebih dalam, kita berada di era digital natives, dimana semua elemen sudah terbiasa dengan teknologi dan gadget masing-masing. Berangkat dari sini, semua bisa diakses menggunakan gadget atau smartphone masing-masing. Baik dari segi, tontonan, media sosial, marketplace, hiburan, fashion, dsb.
Lahirlah cara berpikir kapitalisme, pemahaman yang beranggapan bahwa apa yang dikerjakan berpeluang menghasilkan cuan. Sehingga banyak sekali iklan, promo bahkan tips and trik agar menjadi cantik. Sehingga mayoritas perempuan insecure ketika warna kulit gelap, muncullah mindset kalau mau cantik ya perawatan. Semakin konsumtif, maka profit pemilik modal semakin tinggi.
Mindset seperti ini yang keliru, sehingga banyak perempuan Yang terjebak dan tersesat. Jadi kalau fokus ke fisik rasanya terlalu sombong mendekte Tuhan (Al-Khaliq). Cantik tak menarik memang untuk perempuan muslimah dengan pakaiannya dan fisik yang dipoles mungkin ala kadarnya mengikuti aturan dilarang tabarruj.
*Cantik Dalam Pandangan Islam*
Lain ladang lain ilalang, cantik versi islam itu indah, karena tidak berorientasi pada fisik. Relate dengan sabda Rasulullah, bahwa Allah tidak memandang dari Tubuh, rupa, ataupun fisik kalian. Melainkan dari hati dan amalan kalian. (HR. Al-Bukhori). Berhubung segala sesuatu perbuatan manusia akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah seperti dalam QS. Al-Anbiya ayat 47 dan cita-cita manusia diakhir kehidupannya bermuara ke surga, tentu kita fokus pada ranah manusia atau apa yang bisa kerjakan.
Sederhananya, Allah tidak akan bertanya warna kulit, ras apa, atau bentuk fisik kalian? Karena itu adalah ranah Allah sang maha pencipta. Allah akan mempertanyakan apa yang kita kerjakan selama didunia. Menolong agama Allah kah? Menolong saudaranya kah? Beribadahkah? Atau sebaliknya, membuat kerusakan dan perpecahan? Sahabat smart, jadi yang membedakan manusia dihadapan Allah bukan paras yang rupawan atau kecantikannya melainkan idroksilabillah (kesadaran hubungan dengan Allah) yaitu ketakwaan semata tanpa unsur lain.
Sudah saatnya move on dan hijrah dari pemahaman kapitalisme ke islam, tinggalkan candaan yang unfaedah. Perbaiki iman dan semua akan terlihat cantik versi masing-masing individu. Di notes ya sahabat smart, perempuan semakin beriman semakin cantik. Hihi
Wallahu'alam Bisowab.
Oleh: Novita Ratnasari, S.Ak. (Penulis Ideologis)