Di malam yang sunyi, di tanah yang terluka,
Gaza menangis, darahnya mengalir seperti sungai merah,
Anak-anak tanpa senyum, para ibu tanpa harapan,
Langit kelabu, dihiasi kilatan-kilatan kesedihan.
Di balik tembok-tembok yang retak, mimpi-mimpi terkubur dalam penderitaan,
Suara-suara sedih, memecah keheningan malam,
Di manakah cinta?
Di manakah kedamaian?
Mereka bertanya, menatap langit yang sunyi.
Peluru menghujani seperti hujan baja, menghancurkan harapan,
Rumah-rumah runtuh, meninggalkan puing-puing kenangan,
Tangisan anak-anak, permohonan para ibu,
Bergema di setiap sudut kota yang terluka.
Namun, di balik reruntuhan itu, ada kekuatan yang tak terkalahkan,
Semangat yang membara seperti api yang tak terpadamkan,
Mereka bertahan, meski dunia seakan berpaling,
Merajut harapan dari luka, menciptakan cahaya dari kegelapan.
Gaza, kau adalah simbol semangat yang tak pernah padam,
Meski badai menerjang, kau tetap berdiri tegak,
Dengan tangan terangkat, kau berdoa untuk perdamaian,
Dalam keheningan malam, doa-doamu menjulang tinggi.
Bulan menyaksikan, dengan tatapan penuh kesedihan,
Bintang-bintang menangis, membasahi malam dengan air mata,
Angin berbisik, membawa pesan-pesan harapan,
Bahwa suatu hari nanti, langit Gaza akan kembali cerah.
Kami, dari jauh, mendengar ratapanmu,
Dengan hati yang sakit, kami ikut berdoa,
Semoga suatu hari nanti, langit Gaza kembali cerah,
Dan kedamaian mengalir deras
mengalir ke sungai di tanah para nabi.
Versi Bahasa Indonesia
Oleh : Ibu Leni Marlina, S.s., M.A, Dosen Tetap Departemen Bahasa Inggris Fakultas Bahasa & Seni Universitas Negeri Padang