Tinta Media - Cendekiawan muslim Ustadz Muhammad Rahmat Kurnia mengungkapkan keheranannya terhadap umat Islam ketika menyambut perintah Allah yang lain tidak sebesar ketaatan saat menyambut seruan ibadah haji.
“Saat menyambut seruan ibadah haji, sambutan umat Islam begitu besar. Namun kepada perintah Allah yang lain sambutan ketaatannya tidak sebesar sambutan perintah haji. Ini mengherankan,” ungkapnya dalam Bincang Spesial Idul Adha: Keimanan, Ketaatan, dan Perjuangan di kanal Youtube UIY Official, Ahad (16/6/2024)
Sikap seperti itu, lanjutnya, menimbulkan pertanyaan mengapa kepada perintah Allah yang sama, Sang Pencipta, tetapi dibeda-bedakan. Ia melihat umat Islam demikian serius menyiapkan ibadah haji sampai rela menabung, antri belasan tahun, bahkan rela berdesakkan dengan ribuan jamaah lainnya.
“Seruan ibadah haji diupayakan dengan ketaatan penuh kesadaran. Tapi ketika ada perintah untuk salat, zakat, puasa berdakwah menyatukan umat, menerapkan Islam Kafah dan lainnya, kenapa ketaatan dengan penuh kesadaran itu tidak muncul?” ujarnya retoris.
Ustadz Rahmat mengurai hal itu sebagai sebuah koreksi bagi diri kita dan kepada umat Islam secara keseluruhan.
“Jangan-jangan kita itu termasuk orang yang memilah-milih ketaatan sesuai dengan hawa nafsu. Nauzubillah summa naudubillah. Padahal perintah taat itu kan dalam seluruh aspek kehidupan, bukan hanya dalam haji,” ulasnya.
Ia menandaskan bahwa realitas ini memang menunjukkan ada upaya untuk membuat umat Islam taat hanya dalam hal-hal tertentu saja.
“Kalau dalam masalah spiritual taat, tapi kalau dalam masalah pendidikan nanti dulu. Dalam masalah salat taat, dalam masalah politik tinggalkan Islam. Nah ada upaya seperti itu. Itulah paham sekularisme atau paham yang fasluddin anil hayati waddaulah yaitu paham yang memisahkan agama yakni Islam dari kehidupan masyarakat dan negara,” bebernya.
Sekularisme dalam pandangannya mempunyai bahaya besar terhadap akidah dan aturan hidup. Jika sekularisme memisahkan agama dengan kehidupan, akidah Islam justru mengharuskan agama mengatur kehidupan.
“Kita diperintahkan untuk terikat dengan Islam secara keseluruhan, bukan hanya di dalam masalah haji, bukan hanya dalam masalah salat, bukan hanya di dalam masalah lain, tapi juga di dalam masalah mengatur negara itu harus berdasarkan Islam. Jadi bahayanya itu adalah karena ini bisa mengikis sedikit demi sedikit umat Islam itu jauh dari akidahnya,” pungkasnya.[] Erlina