Tinta Media - Ibuku malaikat tak bersayap. Mempertaruhkan antara hidup dan mati untuk melahirkanku. Namun, entah sebutan apa yang cocok untuk ibu dari anak berbaju biru.
Dunia jagad maya lagi ramai memperbincangkan tindak asusila orang tua terhadap anak kandung. Biadab! Pencabulan ini melibatkan ibu kandung pelaku utama terhadap anak laki-lakinya berkisar usia 5 tahun, dan ayah kandung yang mengambil video adegan tersebut dan memposting di platform tiktok hingga viral sampai membuat geram warganet. Ironisnya, rumor yang beredar bahwa orang tua menjual video pornografi di platform tertentu. (Serambinews.com, 03/06/24)
Ke mana anak bersandar jika orang tua sudah tidak memberikan rasa aman dan nyaman? Orang tua seharusnya berperan dan bertanggungjawab penuh dalam membersamai tumbuh kembang dan mendidik. Realitasnya, kasus ini menjadi satu bukti dari ribuan fakta yang tidak tersorot kamera.
Berdasarkan riset dari artikel Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, banyak faktor penyebab hilangnya kesadaran orang tua terhadap perannya.
Faktor penunjang kehidupan sehat diera sekarang adalah kestabilan ekonomi. Dianalogikan ketika sebuah rumah tangga, perekonomiannya carut-marut akan memicu berbagai macam problema. Dari hilangnya keharmonisan suami istri sampai lalainya peran orang tua dalam mendidik anak.
Disisi lain, ditopangnya beban hidup yang mahal dan tidak dijamin oleh negara, banyak seorang ibu harus mengorbankan waktu untuk bekerja part time bahkan full time untuk membantu perekonomian keluarga. Misalnya pada kasus ini, orang tua menjual konten pornografi dan anak kandung di bawah umur sebagai obyek.
Seperti kita ketahui bersama bahwa negara tidak memberi jaminan terhadap kesehatan, pendidikan, transportasi, dan kebutuhan lainnya yang menyangkut hajat orang banyak. Sehingga setiap orang dipaksa untuk mandiri untuk berdikari. Bahkan kebanyakan orang hari ini tidak memperhatikan standar ataupun aturan melakukan amal perbuatan. Tentunya barometer mereka adalah profit. Mau mencabuli anak sendiri pun kalo menguntungkan, kenapa tidak?
Perihal ini menyebabkan seseorang bahkan orang tua mengadopsi paradigma berpikir sekuler liberal. Fenomena yang sering kita temui hari ini, dari urusin hidup masing-masing, agama dipisahkan perannya dalam mengatur kehidupan ini, barometer kebahagiaan dalam materi duniawi, bahkan bebas melakukan apa pun terhadap diri sendiri dan keluarganya karena beranggapan tubuhku milikku, anakku milikku, suamiku milikku, dsb.
Sejatinya seorang ibu berperan penuh dalam mendidik seorang anak. Karena barometer keseimbangan sebuah negara adalah lahirnya generasi-generasi emas dan cemerlang. Bagaimana tonggak peradaban akan dimulai dari generasi cemerlang yang lahir dari rahim seorang ibu.
Sebaik-baiknya sistem kontrol dalam berbagai bentuk problema di muka bumi ini adalah sistem sanksi yang diterapkan oleh sebuah negara. Bagaimana negara memberi hukuman yang memberi efek jera dan memutus rantai tindak kriminal serta dengan mekanisme yang sempurna dan paripurna.
Apabila kestabilisasi negara akan terealisasi dalam segala kancah kehidupan, wajib hukumnya sebuah negara menerapkan segala bentuk aturan yang menyejahterakan rakyat dan melibatkan agama dalam segala kehidupan.
Wallahu'alam Bisowab.
Oleh: Novita Ratnasari, S.Ak., Sahabat Tinta Media