Tinta Media - Sungguh tidak etis dan memalukan. Saat penguasa negeri ini bercerita dengan begitu ringannya, bisa tidur nyenyak sekali di rumah dinas Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) negeri ini. Tepatnya saat bermalam di Kompleks Ibu Kota Nusantara (IKN). (cnbcindonesia.com/5/6/2024)
Meskipun ceritanya sebagai kesan pertama yang lebih mengarah pada 'promosi' IKN. Tetap saja, ini bukan sesuatu yang harus ditunjukkan kepada media. Karena hal tersebut terjadi saat kondisi rakyat Indonesia masih dalam kesulitan ekonomi. Kelaparan, pendidikan mahal, kesehatan yang makin tak terjangkau harganya, hingga angka pinjol di kalangan masyarakat yang terus meningkat akibat tuntutan ekonomi yang makin tinggi. Ke semuanya adalah problem kompleks yang sedang terjadi di negeri ini. Namun, penguasa negeri ini kok masih sempat bercerita jika 'tidurnya nyenyak sekali'?
Potret penguasa seperti di atas tidak hanya sekali ini saja terlihat oleh rakyat. Contohnya, saat rakyat memperjuangkan hak mereka dengan turun ke jalan meminta pertanggungjawaban dan keadilan penguasa. Malah mangkir dengan berbagai alasan. Hingga menurunkan satuan kepolisian untuk membubarkan rakyat yang sedang menuntut haknya.
Penguasa Rasa Raja
Bukan ingin memprovokasi, tetapi ingin mengungkapkan betapa rusaknya sistem politik yang sedang berlangsung di negeri ini. Menyadarkan kembali bahwa aturan buatan manusia hanyalah racun mematikan bagi siapa saja yang meneguknya. Menghidupkan kepedulian yang mungkin selama ini sedang mati suri karena sikap individualistik yang kita miliki.
Tidakkah rakyat mulai berpikir, apakah penguasa yang tidak bertanggungjawab dan nihil empati terhadap rakyatnya adalah sifat bawaan individu penguasa itu sendiri? Ataukah karena bentuk manifestasi dari sistem yang diterapkan hari ini?
Sistem politik buatan manusia bernama demokrasi telah melahirkan penguasa-penguasa rasa raja. Setelah duduk di kursi kekuasaan, semua fasilitas hidup pasti akan didapatkan. Bahkan taraf hidupnya berada di level mewah sudah jadi kebiasaan. Inilah mengapa, saat demokrasi yang menjadi kendaraan kapitalisme sekuler diambil sebagai sistem pengaturan urusan rakyat. Yang ada, justru rakyat melayani penguasanya.
IKN yang begitu kasat mata dibangun bukan untuk kepentingan rakyat. Menjadi bukti bahwa penguasa memang sedang berbisnis dengan para elite pengusaha. Sedangkan rakyat sipil hanya bisa protes tanpa diberi peluang 'menang' berhadapan dengan penguasa.
Rakyat dipaksa hidup prihatin. Masih juga mau dipalakin dengan berbagai kebijakan yang benar-benar membuat mereka murka. Saat penguasa mengiklankan rumah-rumah mewah di Kompleks IKN. Rakyat justru diperas atas nama nabung biar bisa punya rumah. Bukankah ini kebijakan yang sangat tidak manusiawi?
Tapi, beginilah jika rakyat terus bertahan tanpa menginginkan dan memperjuangkan perubahan. Masih mau saja ditipu dengan omong kosong demokrasi melalui kampanye-kampanye elit politik di atas sana.
Butuh Perubahan Mendasar Menuju Sistem Politik Terbaik Yang Melahirkan Pemimpin Terbaik
Jika rakyat menginginkan kehidupan mereka lebih baik. Tidak ada lagi cerita tentang penguasa yang lepas tangan terhadap kepentingan rakyatnya. Ataupun kisah tentang kebijakan yang menyengsarakan rakyat, menguntungkan penguasa. Maka, tidak ada jalan lain kecuali berubah. Perubahan mendasar dimulai dari mindset rakyat tentang makna politik. Dan mengganti sistem politik yang ada hari ini dengan sistem politik yang mampu mewujudkan penguasa-penguasa yang bertanggungjawab dan takut kepada Allah SWT.
Inilah perubahan yang ditawarkan dalam Islam. Sebagai agama sekaligus sistem kehidupan. Islam memiliki aturan yang sempurna, lengkap dan komprehensif. Sistem Islam tak ada cacat karena berasal dari Yang Maha Hebat, Allah SWT. Memberikan jalan keluar bagi semua permasalahan, termasuk masalah terkait politik dan pemerintahan.
Dalam Islam, penguasa adalah pemimpin rakyat. Sedangkan pemimpin bertanggungjawab di hadapan Allah SWT atas semua yang berada dalam kepemimpinannya. Rasulullah Saw. bersabda, "Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat, dia akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya.” (Shahih al Bukhari)
Begitu pula, Islam telah menetapkan bagi penguasa untuk bersungguh-sungguh dalam mengurusi kepentingan rakyatnya. Sebagaimana sabda Nabi Saw, “Tidak seorang pemimpin mengurusi urusan kaum muslim, kemudian tidak bersungguh-sungguh untuk mengurusi mereka. Kecuali ia tidak akan masuk surga bersama mereka.” (Shahih Muslim)
Maka, sangat wajar jika penguasa dalam Islam sangat memperhatikan urusan rakyatnya. Bahkan kepentingan rakyat menjadi skala prioritas baginya. Potret penguasa dalam Islam, telah banyak memberikan gambaran terkait hal tersebut. Khalifah Umar bin Khaththab ra.yang rela memanggul bahan makanan pokok pada rakyat yang tidak memiliki sesuatu untuk dimasak. Begitu juga kisah seorang khalifah yang enggan menggunakan fasilitas negara untuk urusan pribadinya. Bahkan, kisah Khalifah Umar bin Khaththab yang tidak bisa tidur nyenyak karena takut kepada Allah SWT atas jabatan kepemimpinannya.
Suatu ketika Mu’awiyyah bin Khudayj, seorang Jenderal Suku Kindah tengah melihat keadaan khalifah Umar ra yang sangat kelelahan dan mengantuk ketika duduk. Maka, dia bertanya kepada khalifah dengan nada iba, “Tidakkah kau tidur wahai Amirul Mukminin?”. Umar pun menjawab, “Bagaimana mungkin aku bisa memejamkan mataku? Jika aku tidur di waktu malam, aku akan menyia-nyiakan kesempatanku dengan Allah.”
Sungguh, penguasa dalam Islam begitu amanah dalam memimpin, karena dorongannya adalah kesadaran akan hubungannya dengan Allah setiap waktu bukan hanya saat melakukan ibadah ritual saja. Mereka hidup sederhana karena takut pada Allah jika menggunakan harta rakyat secara zalim. Dan selama berkuasa, apa yang dimilikinya adalah milik rakyat juga bahkan dirinya sendiri didedikasikan untuk mengurusi kepentingan rakyatnya. Masyaa Allah.
Oleh: Yulida Hasanah, Aktivis Muslimah