Tinta Media - Sungguh menyedihkan, anak bangsa penerus peradaban kini harus menjalani pengangguran parah.
Generasi Z adalah mereka yang lahir pada tahun 1997-2012. Ini merupakan ancaman serius bagi negara merealisasikan bonus demografi menuju Indonesia emas 2045. Sebagaimana dilansir dari Kompas.com, hampir 10 juta penduduk Indonesia gen z usia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan menurut laporan BPS (Badan Pusat Statistik).
Menurut analisis Ida yang merupakan menteri ketenagakerjaan (Menaker), faktor utama banyaknya pengangguran ini disebabkan kurang sinkronnya pendidikan dan permintaan tenaga kerja. “Pengangguran kita ini terbanyak di sumbangkan dari lulusan SMK anak-anak lulusan SMA ini karena memang terjadi mismatch (tidak cocok) yang terus didorong oleh pemerintah adalah membangun pendidikan dan pelatihan vokasi yaitu nyambung dengan pasar kerja terjadi link and match pendidikan dan pasar kerja,”ungkap Ida.
Selama periode 2009-2014, lapangan kerja yang tercipta dari sektor formal menyerap sebanyak 15,6 juta orang. Jumlah Ini menurun menjadi 8,5 juta orang pada 2014-2019 dan merosot pada periode 2019-2024 menjadi 2 juta orang saja (24/05/2024). Ida menuturkan salah satu upaya pemerintah mengurangi jumlah pengangguran yaitu dengan menerbitkan Perpres nomor 68 tahun 2022.
Apa kabar gen z hari ini? sungguh menyesakkan dada apabila kita mengetahui fakta di atas. Demikian mirisnya. Itulah dampak dari sistem Sekuler Kapitalisme yang tidak bertujuan menjaga umat.
Pengangguran ekstrem membuktikan adanya keterbatasan lapangan kerja dan gagalnya negara menciptakan lapangan. Umat dipaksa mandiri untuk mencari pekerjaan yang layak. Tak jarang pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan pendidikan maupun pelatihan yang telah dia dapatkan. Belum lagi tingkat pendidikan rendah yang didominasi oleh lulusan SD, menghasilkan pekerja yang tidak mumpuni. Negara saat ini bahkan berpihak pada asing untuk mengeruk kekayaan dalam negeri.
Pemerintah bersedia tanpa sadar menjadi boneka budak para kapitalis yang mencengkeram aset-aset negara. Pemerintah kurang memperhatikan potensi sumber daya manusia dalam negeri yang melimpah.
Sebaliknya, kebijakan negara memudahkan investor asing dan pekerjanya menguasai SDA Indonesia. Sepatutnya negara lebih memprioritaskan anak dalam negeri yang berharga. Menyediakan fasilitas pendidikan sesuai bidang masing-masing individu serta mengelola SDA secara mandiri untuk kebutuhan rakyat. Dengan pengelolaan SDA yang independen, akan menarik para pekerja serta dapat menggaji dengan layak. Dengan ini tentu akan mengurangi pengangguran bahkan tak tersisa sekalipun.
Namun pada hakikatnya bukanlah sistem Kapitalisme yang efektif menyelamatkan rakyat dari masalah pengangguran. Karena sistem ini didesain memang bukan untuk mengatur urusan umat, tetapi sekedar mencari keuntungan dengan berbagai cara dengan modal serendah-rendahnya untuk kepentingan para kapitalis. Islam memiliki aturan yang sempurna dari sang pencipta yang Maha tau terhadap kemaslahatan makhluk-Nya. Islam menjadikan SDA sebagai kategori milkiyyah ammah (kepemilikan umum) yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab negara.
Pengelolaan SDA oleh negara akan menciptakan lapangan pekerjaan yang besar. Pendidikan akan disesuaikan dengan kebutuhan serapan tenaga kerja serta mencetak generasi yang berilmu tinggi sebagai pembangkit peradaban yang mulia. Adapun pendidikan, Islam menetapkan dua tujuan.
Pertama, mendidik setiap muslim agar menguasai ilmu agama yang hukumnya fardhu ain atau wajib bagi dirinya. Kedua, mencetak pakar dalam bidang tsaqofah/ilmu agama seperti ahli fiqih, ahli tafsir, ahli hadist, dan sebagainya. Hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah, alias wajib bagi sebagian kaum muslim yang dapat menggugurkan kewajiban umat keseluruhan.
Termasuk fardhu kifayah juga mencetak pakar sains dan teknologi yang penting bagi umat hari ini. ahli di bidang kedokteran, farmasi, kimia, nuklir, teknologi komunikasi sangat vital bagi umat. Dengan adanya ahli dalam ilmu agama dan sains akan menyelesaikan persoalan umat, termasuk menghasilkan pekerja serta generasi berilmu yang bertakwa. Islamlah satu-satunya solusi tunggal dalam mengatasi seluruh persoalan termasuk pengangguran.
#itstimetobeoneummah
Oleh: Novia Roesti, Muslimah Ideologis