Lowongan Pekerjaan Sempit, Kreativitas Gen Z Terimpit - Tinta Media

Minggu, 09 Juni 2024

Lowongan Pekerjaan Sempit, Kreativitas Gen Z Terimpit


Tinta Media - Lowongan pekerjaan menjadi langka bagi generasi muda atau gen Z. Banyak dari mereka memiliki keterampilan dan lulusan tertentu, tetapi tidak sesuai dengan loker yang ada. Akibatnya, angka pengangguran semakin meningkat. 

Menurut Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, data Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat 9,9 juta anak muda atau Gen Z belum memiliki pekerjaan. Usia mereka antara 18 sampai 24 tahun. Hal ini terjadi karena belum ada pekerjaan yang cocok dengan pendidikan dan pelatihan kerja mereka. Oleh sebab itu, upaya pemerintah mengubah pendidikan dan pelatihan kerja harus berorientasi dengan kebutuhan pasar kerja (kumparan.com, 20 Mei 2024).

Waktu Gen Z Menjadi Sia-sia

Memprihatinkan, di saat usia masih muda, generasi muda atau gen Z kehilangan arah dan tidak berdaya karena tidak mendapatkan pekerjaan yang diharapkan. Sehingga, ilmu, keterampilan dan Kreativitas mereka juga tidak berkembang karena menyesuaikan dengan lowongan pekerjaan yang ada. Padahal, di masa muda inilah waktu produktif dan emas mereka, titik manusia memiliki kekuatan, semangat, dan pengaruh yang besar. Merekalah penerus peradaban. Maka, sangat disayangkan jika waktu gen Z terbuang sia-sia. 

Era digital akrab dengan gen Z, tetapi peran mereka diabaikan.  Mereka dipaksa harus sesuai kebutuhan para pengusaha, hanya menjadi buruh atau pekerja saja. Sedangkan kelebihan dan ilmu mereka tidak digunakan. Sehingga, wajar jika gen Z tidak memilih loker yang sesuai harapan. Ini berakibat naiknya angka pengangguran. 

Pengangguran yang meningkat menjadi PR negara. Namun, negara telah gagal menyediakan lapangan pekerjaan dan memfasilitasi rakyatnya. Sedangkan investor yang berdatangan tidak menjamin terbukanya lapangan kerja untuk rakyat pribumi sebab mereka membawa pekerja sendiri dari negara asalnya.  Investor hanya fokus memanfaatkan dan mengeruk SDA yang ada, tidak peduli dengan kondisi rakyat dan alam yang rusak karena ulah mereka.

Sikap negara yang abai dan diam terhadap kerusakan alam dan sempitnya lowongan pekerjaan membuat rakyat semakin tidak berdaya. Beginilah watak dari sistem sekarang, siapa yang memiliki uang dan kepentingan, dialah yang berkuasa. Sistem kapitalis menjadikan keuntungan dan manfaat lebih diutamakan sehingga para pengusaha tidak mau dirugikan dengan kondisi alam yang rusak ataupun banyaknya pengangguran rakyat pribumi. Negara pun tidak memiliki kekuatan ketika para pengusaha dan investor mengeruk SDA yang ada. 

Bagaimana dalam Sistem Islam?

Berbeda kondisinya jika sistem Islam yang mengatur kehidupan ini. Sistem ini berasal dari Sang Pencipta. Dalam sistem Islam diatur tentang kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan umum, individu, dan negara. Individu tidak boleh menguasai kekayaan milik masyarakat secara umum.

Diriwayatkan Ibnu Majah dari Abdulah bin Said, dari Abdullah bin Khirasy bin Khawsyab asy-Syaibani, dari al-‘Awam bin Khawsyab, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

اَلْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ فِي الْمَاءِ وَالْكَلإِ وَالنَّارِ وَثَمنَهُ حَرَامٌ

“Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api; dan harganya adalah haram.”

SDA merupakan kepemilikan umum, tidak bisa dikuasai oleh negara, bahkan individu. Tugas negara hanyalah bertanggung jawab untuk mengelola SDA yang ada kemudian hasil pengelolaan tersebut akan dikembalikan kepada rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. 

Para gen Z akan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dan maksimal untuk menjadi generasi peradaban mulia. Mereka tidak hanya mendapatkan ilmu dan skill sesuai yang dibutuhkan lapangan pekerjaan saja. Akan tetapi, mereka juga siap menjadi generasi yang cemerlang, taat kepada Allah Swt. dan penerus peradaban yang mulia.

Seperti kesuksesan Abdurrahman bin Auf, tidak saja karena etos kerja yang dimilikinya, tetapi juga semangat ibadahnya yang tidak pernah redup. Kemudian beliau juga gemar bersedekah.

Jadi, dalam sistem Islam, semua SDA akan dikembalikan kepada pemiliknya. Sehingga, untuk pengelolaan SDA, negara akan mempersiapkan SDM yang ada, tidak hanya secara ilmu, keterampilan, dan kreativitas saja, tetapi juga akidahnya. 

Negara akan menumbuhkan kesadaran hubungan para gen Z dengan Allah Swt. Sehingga, para gen Z akan menjadi generasi yang mustanir dan bertakwa. Semua generasi akan memiliki peran masing-masing untuk peradaban. Wallahu a'lam bisshawab.


Oleh: Rita Razis
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :