Tinta Media - Lebih dari 34 ribu warga sipil Palestina yang dilaporkan tewas sejak 7 Oktober 2023. Perempuan dan anak-anak menjadi korban terbanyak dari serangan Israel. Apa yang terjadi saat ini di Rafah, Palestina, merupakan genosida yang dilakukan oleh Israel. Masyarakat dunia kembali bereaksi menyuarakan protes dan penolakan terhadap genosida tersebut.
Gerakan mahasiswa pro-Palestina di berbagai universitas terkenal di Amerika telah menyebar ke seluruh dunia. Gelombang solidaritas yang dibangun atas dasar dorongan kemanusiaan menuntut untuk mengakhiri tragedi ini. Namun, di saat protes mahasiswa terhadap genosida sebagai bentuk kejahatan manusia paling keji. Sebaliknya, ada beberapa pelajar menganggap hal itu biasa. Dengan sengaja atau tidak, mereka mengolok-olok korban genosida Palestina yang diunggah di media sosial.
Tindakan mereka menuai kecaman dan protes serta menyesalkan perbuatan tersebut. Akibat perbuatan sekumpulan siswi itu, Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta segera bertindak dan memproses kejadian ini. Plt Kepala Dinas Pendidikan DKI, Budi Awaludin, mengatakan bahwa mereka mengecam perilaku dalam video dan memanggil yang bersangkutan beserta keluarganya untuk minta maaf. (detiknews.com 12/6/24)
Dari kejadian ini, perilaku yang ditunjukkan para remaja akibat dari pemahaman yang rusak. Hilangnya empati membuat mereka tidak merasakan penderitaan korban peperangan. Inilah hasil dari sistem sekularisme yang melahirkan paham liberal yang diadopsi oleh generasi dan mengakibatkan berbagai kerusakan.
Keberhasilan sekularisme dalam merusak generasi dapat terlihat dari perilaku mereka. Tidak beradab, gaya hidup kebarat-baratan, hilangnya simpati dan empati bahkan tidak takut kepada Sang Pencipta, Allah SWT. Selain itu, pendidikan yang menerapkan nilai-nilai sekuler menghasilkan generasi rapuh dan minim adab.
Sistem sekuler juga melahirkan paham liberal yang mengagungkan nilai kebebasan. Sehingga, mereka bebas berbuat, bebas memiliki, bebas beragama dan bebas berpendapat. Terbukti, sekuler adalah akar masalah kerusakan generasi saat ini. Jika terus dibiarkan, kondisi generasi semakin rusak dan kehancuran bangsa semakin dekat. Untuk itu, sekuler layak dibuang dan diganti sistem sahih yang melahirkan generasi terbaik dan bertakwa.
Sepanjang sejarah peradaban manusia, hanya peradaban Islam yang mampu melahirkan generasi emas dan menjaganya dari kerusakan moral. Islam yang diturunkan Allah SWT memiliki peraturan hidup yang komprehensif. Sistem terbaik yang bisa mencegah dan menghentikan berbagai kerusakan serta mampu menyelesaikan permasalahan hingga tuntas.
Generasi emas menjadikan Islam sebagai dasar pembentuk karakter dan kepribadian. Pendidikan dengan kurikulum berlandaskan akidah Islam akan mencetak generasi berakhlak mulia, cerdas dan kokoh imannya. Pendidikan juga kewajiban orang tua untuk memahamkan anaknya ajaran Islam sejak usia dini. Sebab, ayah dan ibu bertanggung jawab bersama atas pendidikan dan pengasuhan anak. Kerja sama yang baik akan menghasilkan pendidikan yang terbaik.
Tentu masyarakat juga berperan mengawasi dan mencegah tindakan yang melanggar aturan sebagai amar ma'ruf nahi munkar. Negara hadir bukan hanya melaksanakan sanksi tegas tetapi membentengi umatnya dari pemahaman sesat seperti sekularisme dan komunisme.
Kerja sama antara keluarga, masyarakat dan negara akan mewujudkan generasi gemilang yang mempunyai karakter dan kepribadian Islam. Di sisi lain, terbentuk pemikiran khas yaitu pemikiran Islam yang membangun kesadaran akan pentingnya persatuan umat. Maka melihat penderitaan Palestina, sikap kita menunjukkan pembelaan. Tidak takut menyuarakan kebebasan Palestina di garda terdepan. Ini adalah sikap generasi gemilang.
Negara akan mampu menjalankan perannya secara maksimal seperti di atas jika menerapkan Islam secara menyeluruh. Sistem pemerintahan Islam dalam bingkai Khilafah terbukti menjaga peran keluarga dan masyarakat yang melahirkan generasi gemilang dan beradab. Oleh karenanya, mengganti sistem rusak dan beralih pada sistem sahih merupakan agenda wajib umat Islam. Waallahu a'lam bis sahwwab.
Oleh : Eri, Pemerhati Masyarakat