Tinta Media - Sejahat-jahatnya harimau tak akan memakan anaknya sendiri. Peribahasa tersebut artinya, betapa pun jahatnya orang tua kandung, mereka tidak akan tega mencelakai anaknya sendiri.
Itulah alamiahnya orang tua pasti menyayangi anak-anaknya. Apalagi seorang Ibu. Dia telah mengorbankan segalanya termasuk nyawa untuk anaknya. Dia mengandung berbulan-bulan dalam kelemahan, menyusui bertahun-tahun, dan merawat hingga besar sampai mandiri.
Dengan pengorbanan luar biasa tersebut, seorang Ibu tak akan rela anaknya tersakiti meskipun hanya sekadar omelan dari ayahnya sendiri. Akan tetapi, di era Sistem Kapitalis saat ini semua itu seolah hanya fatamorgana. Saat ini justru banyak Ibu yang tega menyakiti buah hatinya sendiri, bahkan mengorbankan masa depan anaknya.
Baru-baru ini saja, telah terjadi dua kasus Ibu yang mencabuli anaknya. Bahkan, tindakan bejat tersebut direkam, karena iming-iming uang. Awalnya, seorang Ibu muda berinisial R (22) di Tangerang Selatan, Banten, dilaporkan melecehkan anak kandungnya sendiri yang berusia 4 tahun. Kejadian serupa kembali terjadi. Kali ini, korban pun putranya sendiri yang berusia 10 tahun. Pelakunya adalah seorang Ibu berinisial AK (26) yang telah ditangkap polisi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. (detiknews, 09/06/24)
Cermin Kegagalan Sistem Kapitalis
Peristiwa-peristiwa tersebut mencerminkan gagalnya Sistem Kapitalis dari berbagai bidang. Kapitalis gagal mewujudkan sistem pendidikan yang mampu melahirkan manusia-manusia berkepribadian Islam yang berorientasi pada rido Allah. Tak ayal, mereka hanya berorientasi pada kepuasan materi, sehingga mengabaikan baik dan buruk. Bahkan, seorang Ibu harus menggadaikan fitrahnya demi uang. Dalam pendidikan Kapitalis, perempuan tidak siap untuk mengemban amanah mulia sebagai seorang Ibu, yakni menjadi pendidik, pengurus, dan pelindung bagi anak-anaknya.
Kemudian dari sistem ekonomi Kapitalis juga menjadikan negara tak mampu mewujudkan kesejahteraan individu rakyat, sehingga mereka melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhannya meskipun caranya melanggar hukum. Bahkan, seorang Ibu yang sejatinya sebagai pengurus rumah dan keluarganya harus ikut mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan yang kian tinggi meskipun dengan cara maksiat. Sungguh, fitrah seorang Ibu telah terkikis dalam sistem Kapitalis.
Islam Menjaga Fitrah Ibu
Paradigma Kapitalis sangat bertentangan dengan paradigma Islam. Dalam Islam, pemimpin negara (Khalifah) menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan landasan iman. Khalifah memahami bahwa kepemimpinannya kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu Wata'ala. Oleh karena itu, seorang Khalifah akan terikat dengan hukum syariat Islam setiap perbuatan dan kebijakannya.
Khalifah akan menerapkan Sistem Pendidikan Islam berbasis akidah Islam, sehingga akan melahirkan manusia-manusia yang berkepribadian Islam, yakni yang terikat dengan syariat Islam dalam setiap perbuatannya. Dengan begitu, mereka akan berperan sesuai dengan fitrahnya yang telah Allah tetapkan.
Seorang Ibu yang terjaga fitrahnya akan menjadi madrasah ula dan pelindung bagi anak-anaknya. Dia akan mempertimbangkan halal haram dalam perbuatannya, sehingga tidak akan mencelakai anaknya sendiri apalagi dengan perbuatan maksiat. Sungguh, pendidikan Islam akan mewujudkan keimanan individu dan kolektif.
Khalifah juga menerapkan sistem ekonomi Islam yang sempurna dan telah terbukti selama sekitar 14 abad mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya sampai tataran individu. Dengan begitu, seorang Ibu tidak akan terpaksa bekerja hingga meninggalkan anak-anaknya dan mengabaikan tugas utamanya. Kalaupun jika seorang Ibu bekerja, maka hukumnya boleh dengan catatan tidak mengabaikan tugas utamanya sebagai seorang Ibu, dan itu bukan karena terpaksa.
Kemudian Khalifah akan menjamin keamanan baik di dunia nyata maupun maya dengan berbagai mekanisme. Di dunia maya, bahkan Khalifah tidak akan segan menutup situs yang mengganggu keamanan apalagi akidah umat. Khalifah tidak akan membiarkan sedikit pun celah terbuka bagi masuknya unsur perusak baik bagi pemikiran maupun perbuatan rakyatnya.
Begitulah seperangkat aturan Islam yang lengkap dan sempurna dari Allah Sang Pencipta akan memberikan keberkahan ketika diterapkan. Keimanan individu akan terwujud, kontrol masyarakat kuat, dan peran negara optimal. Sungguh, hanya dengan Islam kesejahteraan individu rakyat tercapai, keamanan terwujud, dan fitrah seorang Ibu pun terjaga. Wallahu a'lam.
Oleh: Wida Nusaibah, Pemerhati Masalah Sosial