Tinta Media - Hanya di Gaza, pesawat dari Arab menjatuhkan ‘bantuan’ bersamaan dengan pesawat tempur Israel menjatuhkan bom. ‘Bantuan’ apa? Itu terlihat tak lebih dari sekadar simbol untuk menunjukkan pada dunia bahwa Arab peduli Palestina. Mengapa? Karena genosida masih berlangsung. Menjatuhkan bantuan itu seakan mengatakan ‘ambil dan makanlah, supaya esok kalian bisa bertahan menghadapi pembantaian’.
Padahal, Israel tidak akan bisa melakukan genosida di Gaza dan setiap jengkal tanah Palestina tanpa dukungan Amerika, Eropa, dan negara-negara Arab. Juga dukungan negara-negara Arab berupa pangkalan udara terbesar di Qatar, serta pangkalan udara milik AS dan sekutunya (Israel) di Yaman, Kuwait, Oman, Arab Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab. Sesungguhnya, tidak akan bisa pesawat tempur Israel dengan bebas beterbangan di atas bumi Palestina tanpa izin terbang dari negeri-negeri sekitar Palestina.
Walau Israel memiliki cadangan minyak dalam negeri, tetapi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya yang besar sehingga masih bergantung pada impor minyak. Negara manakah pemasok minyak terbesar untuk Israel? Sebanyak 60 persen minyak Israel diimpor dari Kazakhstan dan Azerbaijan yang notabene adalah negeri muslim. Bila Kazakhstan dan Azerbaijan menghentikan mengirim minyak, tak akan berkutik Israel di Timur Tengah. Namun, minyak masih diekspor, sebagaimana genosida masih terus berlanjut.
Impor minyak Israel sampai hari ini masih didapatkan juga dari negeri muslim Turki. Melalui pemberitaan, terlihat hubungan Turki-Israel hampir runtuh akibat penyiksaan di Gaza. Presiden Recep Tayyip Erdogan beberapa kali mengutuk keras aksi Israel ini.
Namun, retorika tak sejalan realitas. Turki masih menyuplai minyak ke Israel. Langkah Erdogan mengeluarkan kata-kata kasar dan meneriakkan kemarahan cukup berhasil menenangkan kemarahan dunia atas keheningan global akibat kekejian Israel di Palestina. Namun, kondisi ini tak mengubah apa pun di Gaza.
Belum lagi blokade yang dilakukan Mesir, tetangga terdekat Palestina. Mesir telah membangun dan meninggikan tembok berduri sepanjang 12 kilometer di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Warga Gaza di perbatasan akhir ini benar-benar terimpit, terpenjara di ruang besar sambil terus dihujani bom tanpa ada pertolongan dari saudara seiman di Mesir.
Wahai dunia, seburuk-buruknya tetangga adalah mereka yang tahu tetangganya sedang dibantai, tetapi tak mau menolong, justru membangun tembok tinggi yang memagari tetangganya sehingga tak bisa berbuat apa-apa. Begitu sakit rasanya dikhianati dunia dan saudara sendiri.
Kekuasaan yang dimiliki para pemimpin di negeri-negeri muslim itu sungguh akan diminta pertanggungjawaban dari Yang Maha Kuasa. Maka, takutlah kalian wahai para penguasa muslim, kekuasaan yang kalian miliki sudah seharusnya digunakan untuk menolong umat Islam, melindungi setiap tetes darah kaum muslimin, menghancurkan kekuatan jahat global yang menjajah negeri-negeri muslim. Jadilah kalian sebagai penolong umat, bukan penjahat kriminal global. Wallahu’alam.
Oleh: Fatmah Ramadhani Ginting, S.K.M., Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok