Mengharapkan Pemuda Berkualitas, Modal Pendidikan Tak Ikhlas? - Tinta Media

Minggu, 19 Mei 2024

Mengharapkan Pemuda Berkualitas, Modal Pendidikan Tak Ikhlas?


"Kak, mau ngajar di lembaga ini? Nggak, ah, gajinya nggak sesuai."

Tinta Media - Miris, pernyataan semacam ini sering penulis temui. Akhirnya, penulis berkesimpulan bahwa saat ini banyak orang bersedia mengajar di lembaga tertentu sesuai dengan nilai materi yang diinginkan.

Maka, wajar jika ternyata hasil dari pendidikan saat ini tidak bisa membentuk kepribadian yang baik pada anak karena mereka bekerja hanya untuk mendapatkan nilai materi, bukan sebagai orang yang bertanggung jawab besar mencerdaskan generasi untuk kehidupan masa depan.

Jika kondisi ini terus berlangsung, maka masa depan bangsa ini sangat menghawatirkan. Sejatinya, seorang guru menjadi tempat atau rujukan dalam menimba ilmu untuk bekal kehidupan di masa depan. Nyatanya, mereka tidak begitu mempedulikan hal tersebut. Yang terpenting bagi mereka adalah masuk kelas, lalu mendapatkan upah untuk memenuhi kebutuhan.

Tidak ada yang salah jika seorang guru mengharapkan upah lebih untuk bisa mencukupi semua kebutuhannya. Namun, jika hanya itu yang menjadi standar dalam mengajar, maka para siswa akan kehilangan hakikat pendidikan yang semestinya mereka dapatkan.

Penulis rasa, sudah begitu banyak fakta yang menunjukkan tentang kebobrokan para pelajar saat ini. Mereka mabuk-mabukan, tawuran, pacaran, balap liar, hamil di luar nikah, dan lain-lain. Tentu semua itu bisa terjadi karena pola pendidikan yang salah. Sebab, jika proses pendidikan dijalankan dengan tepat dan benar, pasti akan membekas pada pemahaman mereka tentang kebenaran dan kebaikan.

Fakta Buruk pada Pelajar

Akibat kurangnya tanggung jawab seorang guru kepada pelajar, akhirnya kebobrokan generasi saat ini semakin meluas. Salah satunya adalah kasus bullying  dan perundungan yang terjadi di mana-mana.

Tidak cukup hanya pelajar yang melakukan pelanggaran hukum, para pendidik pun juga banyak yang terlibat.

Kerusakan generasi saat ini sangatlah fatal. Mereka sudah tidak memiliki batasan dalam melakukan aktivitas. Semuanya dibebaskan. Mengingat kebebasan berekspresi yang dilakukan pendidik dan juga pelajar, penulis sedikit berkaca dari kurikulum merdeka yang saat ini digencarkan secara masif. Bukan karena apa-apa, hanya saja kita perlu sedikit menyoroti terkait makna merdeka yang saat ini sedang digaungkan.

Makna merdeka itu sendiri adalah bebas. Namun perlu digaris bawahi, ketika ada yang menggaungkan kebebasan, kita harus mencari tahu kebebasan dalam hal apa terlebih dahulu. Sebab, jika kebebasan yang dimaksud adalah membiarkan kerusakan merajalela, maka itu adalah tindakan yang salah.

Hal demikian juga berlaku dalam dunia pendidikan. Jika di dalam kurikulum merdeka saat ini pendidikan dimasifkan dengan gerakan kebebasan dalam berekspresi, maka patut bagi kita untuk memprotes hal tersebut. Ini karena dari situlah cikal bakalnya kerusakan generasi.

Atas kurangnya tanggung jawab seorang guru, maka tidak heran jika generasi saat ini tidak lagi peduli baik buruk, pantas tidak pantas, sopan dan tidak sopan. Bisa dikatakan, mereka minim kepribadian. Oleh karena itu, mereka akan berbuat sesuatu sesuai dengan kesenangannya.

Maka, muncullah istilah hedonisme. Melihat fakta generasi saat ini, pikiran penulis melompat jauh ke negara Barat. Apakah semua sikap hedon yang dilakukan generasi saat ini terpengaruh oleh budaya Barat yang serba bebas?

Pendidikan Langkah Awal Mencerdaskan Generasi Masa Depan

Jika benar generasi saat ini telah terpengaruh oleh budaya hedon Barat, maka hancurlah negeri ini kalau tidak segera diputus rantai penyebarannya. Sebab, generasi muda adalah pewaris kehidupan di masa depan.

Oleh karena itu, mari kita saling bahu-membahu untuk menyadarkan generasi saat ini agar tidak lagi terjerumus pada jebakan hidup yang heodnis ini.  Ini karena tujuan awal mereka diberi pendidikan adalah untuk menjadi generasi berkualitas supaya kelak bisa menjadi problem solver untuk bangsa ini.

Seperti yang pernah dikatakan oleh presiden pertama Afrika Selatan, yaitu Nelson Mandela bahwa, "Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia."

Apa yang disampaikan oleh Nelson Mandela itu benar. Pada zaman Rasulullah, beliau telah berhasil mencetak generasi tangguh, sehingga saat ini kita bisa menikmati indahnya beragama Islam.

Tidak bisa dibayangkan, tanpa perjuangan generasi setelah Rasulullah, bisa dipastikan kita tidak akan pernah bisa merasakan, walaupun hanya mencium baunya Islam. Dari sejarah yang pernah terjadi, penulis menarik kesimpulan bahwa sistem Islam telah berhasil mendidik generasi menjadi generasi berkualitas dan menjadi agen perubahan pada dunia.

Untuk itu, dalam menjalankan syariat Islam, kita tidak akan pernah mampu melakukan jika negara tidak menerapkan sistem tersebut. Oleh karena itu, setiap negara harus ikut berkontribusi untuk kemerdekaan dunia ini dengan cara, masing-masing negara bertanggung jawab penuh dalam mewujudkan sistem Islam untuk diterapkan di seluruh dunia. Wa'allahu a'lam bishawab.

Oleh: Winarti, Script Writer dan Content Creator

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :