Tinta Media - Menang telak di pemungutan suara Majelis Umum PBB, mayoritas pemimpin atau penguasa negara anggota PBB termasuk Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron sepakat 'berpura-pura' membela kemerdekaan Palestina. Dan kemudian, mengesahkan resolusi ilusi basa-basi untuk memperluas hak-hak Palestina yang digulirkan pada Jumat (10/5/2024).
Dalam majelis itu ada 143 negara dan hanya ditolak 9 negara sementara 25 negara abstain. Di majelis itu, para penguasa negara di dunia seolah-olah anti penjajahan dan sangat peduli kemanusiaan. Padahal, mereka hanyalah berpura-pura.
Sebab telah kita ketahui, sampai kini masalah Palestina belum ada solusinya dan bahkan belum ada tanda titik terang sedikit pun, meski ratusan pertemuan para penguasa negara di bawah naungan PBB itu sudah digelar.
Resolusi-resolusi yang dikeluarkan pun layaknya sampah yang tak berdampak terhadap kebrutalan kejahatan Zionis Yahudi.
Kalau benar para penguasa negara itu anti penjajahan, harusnya mereka juga bersepakat bersatu untuk menghukum dan mengusir penjajah Zionis Yahudi dari tanah yang dijajah, yakni Palestina.
Kalau saja benar mereka peduli kemanusiaan, tentu mereka tak akan membiarkan penjajah Zionis Yahudi itu terus-menerus menghujani bom dan melakukan kegilaannya menggenosida warga.
Faktanya, bertahun-tahun para penguasa itu hanya mengecam, menonton menikmati penjajahan dan pembantaian di Palestina sambil menikmati benefit politik simpati rakyatnya dari pencitraan yang mereka lakukan.
Maka, harus kita tegaskan, persoalan utama yang terjadi sekarang di Palestina adalah karena keberadaan entitas penjajah Zionis Yahudi. Ringkasnya Palestina adalah wilayah yang dirampas dan dijajah.
Solusi perdamaian dan solusi dua negara apa pun bentuknya yang mengarah untuk mempertahankan keberadaan eksistensi penjajah Zionis Yahudi pasti tidak akan menyelesaikan masalah.
Perdamaian, justru direkayasa hanya untuk mengokohkan eksistensi penjajah Zionis Yahudi, karena mensyaratkan pengakuan terhadap eksistensi Zionis Yahudi atau keberadaan negara palsu Isr4el di tanah Palestina.
Sekali lagi, harus kita tegaskan, akar persoalan di Palestina yang sesungguhnya adalah penjajahan yang dilakukan oleh penjajah Zionis Yahudi terhadap tanah kaum Muslim.
Oleh karenanya, solusi ini hanya bisa diselesaikan dengan mengusir dan melenyapkan penjajah Zionis Yahudi ini dari tanah Palestina. Untuk itulah jihad fi sabilillah adalah kewajiban syariah Islam yang harus ditunaikan.
Namun, harus juga kita pahami, yang dihadapi oleh umat Islam terkait Palestina ini bukanlah hanya penjajah Zionis Yahudi yang berjumlah penduduk sekitar 7 juta orang, tetapi juga imperialis Barat seperti Inggris yang melahirkannya dan Amerika Serikat yang konsisten menjaga eksistensinya.
Ditambah para penguasa pengkhianat di Dunia Islam, terutama penguasa Arab yang justru juga turut menjaga eksistensi penjajah Zionis Yahudi ini dengan melakukan upaya-upaya normalisasi. Dan secara politik, sangat jelas mereka juga enggan menggerakkan tentara-tentara kaum Muslim untuk membebaskan Palestina.
Disinilah sangat pentingnya mengapa kita harus memperjuangkan kembali Khilafah Islam ‘alaa minhaaj an-nubuwwah, karena hanya kekuatan institusi politik Islam global inilah yang akan mampu menghadapi kekuatan global Barat dan mencampakkan para penguasa pengkhianat itu di negeri Islam. Pada gilirannya, Khilafahlah yang akan menggerakkan tentara-tentara di negeri-negeri Islam untuk membebaskan atau memerdekakan Palestina dengan sebenar-benarnya pembebasan. Bukan kemerdekaan rekayasa, apalagi pura-pura!
Oleh: Muhar
Sahabat Tinta Media, Tangsel