Maraknya Bullying Lahir dari Sistem Sekuler - Tinta Media

Kamis, 16 Mei 2024

Maraknya Bullying Lahir dari Sistem Sekuler


Tinta Media - Lagi-lagi perundungan kian merajalela bak petasan yang apabila dipancing dengan satu api maka menyambar merajalela ke seluruhnya. Orang-orang saat ini tak lagi memperhatikan adab berperikemanusiaan. Sehingga dengan berani dan merasa bangga akan perundungan berbungkus bully di semua kalangan terutama kalangan kaum pemuda saat ini.

Beberapa hari lalu kembali lagi berita meresahkan bermunculan, tidak hanya beberapa hari lalu bahkan hampir setiap harinya berita meresahkan kian merebak dan tak kunjung tuntas. Dilansir dari KOMPAS.com - Video aksi bullying atau perundungan terhadap anak di bawah umur di Bandung, viral di media sosial TikTok. Video itu viral dan dibagikan ulang melalui media sosial, salah satunya lewat akun X atau Twitter @basebdg, Sabtu (27/4/2024).

Usai video perundungan tersebut disiarkan, pelaku membuat video lain yang isinya dia mengaku punya saudara seorang jenderal.

"Meskipun om aing (aku) jenderal, aing can pernah (aku tidak pernah) minta tolong ka om aing nu (ke omku yang) jenderal. Sok (coba) searching di Google, Mayjen Rifky Nawawi," kata pelaku dalam video yang beredar. Pelaku menambahkan dirinya tidak masalah dibui karena sudah terlanjur melakukan perbuatan perundungan.

Hal ini justru sangat meresahkan sekali, sehingga dapat membuat korban bullying hancur akan mental nurani usai dibully. Padahal dunia pendidikan hampir seluruhnya mengajarkan adab berperikemanusiaan, namun nyatanya gagal menerapkan adab berperikemanusiaan itu sampai-sampai kasus bully itu dianggap wajar bahkan ada juga yang menganggapnya itu tren. Padahal, kasus bully ini sangatlah membahayakan korban yang mana nantinya bisa menghancurkan masa depan korban bahkan menghancurkan mental health seseorang akibat perlakuan ini.

Dan ini bisa jadi terjadi akibat pendidikan hanya mengajarkan adab berperikemanusiaan sebatas pengetahuan saja tidak dengan pengamalan hakiki yang bisa ditanamkan untuk peserta didik. Bisa jadi orang tua di rumah tidak sempat mengajarkan adab untuk anak-anaknya. Bisa juga terjadi akibat negara yang tidak memperhatikan nasib setiap rakyatnya bahkan tidak peduli apa yang rakyatnya tengah lakukan. Sehingga kasus kriminal bertebaran di mana-mana. 

Didapati juga cara mendidik orang tua terhadap anak yang sangat bagus paripurna namun pendidikan dan negara tidak mendukung apa yang orang tua tengah ajarkan kepada anak. Sehingga ketika anak keluar rumah terpengaruh akan lingkungan buruk yang mendukung melakukan perbuatan salah. Inilah yang dapat juga menjadi penyebab terkontaminasi untuk berbuat bully. Realita ini menunjukkan negara saat ini tidak menjalankan amanahnya dalam meriayah rakyatnya. Negara hanya menjalankan tugas sebagai fasilitator materi dan hukum yang tidak membuat efek jera, namun tidak dari segi periayahan yang seutuhnya kepada rakyat. 

Pendidikan saat ini menggunakan kurikulum yang tidak berbasis Islam seutuhnya sehingga untuk menanamkan sikap adab berperikemanusiaan kepada peserta didik pun tidak mampu terterapkan. 

Sungguh miris rasanya, menyaksikan keadaan pemuda saat ini yang minim akan prestasi atau ilmu pengetahuan namun sangat bangga akan hal-hal yang sangat merugikan. Bullying juga salah satu perbuatan yang membahayakan tidak hanya pelaku saja yang mendapatkan risiko, tetapi korban bullying juga jauh lebih mendapatkan risiko yang amat menyiksa mental sehatnya.  

Kurikulum pendidikan yang berlandaskan sekularisme telah membuat banyak orang tersesat ke dalam jurang kebatilan. Kurikulum sekularisme gagal membentuk generasi yang beradab berperikemanusiaan. Sebab anak-anak dan pemuda hari ini justru digiring menjadi budak-bidak duniawi. Mengesampingkan akidah dan budi pekerki. Melakukan setiap perbuatan tanpa tolak ukur halal haram melainkan suka atau tidak dan menyenangkan atau tidak.

Beda halnya dengan kurikulum Islam yang banyak mengajarkan adab terhadap semua kalangan baik anak-anak, remaja, hingga dewasa semua ada diajarkan adab. Begitu juga dengan cara-cara penerapan dalam benak diri setiap orang sehingga kurikulum Islam merupakan kurikulum yang sempurna paripurna akan aturan-aturan untuk mengatur kehidupan. Selain itu pendidikan Islam berkonsentrasi pada pembentukan aqliyah (pola pikir) serta nafsiyah (pola sikap). Di mana tujuannya untuk membentuk syakhsiyah (kepribadian) Islam dalam diri mereka. Sebab ini lah dasar yang membentuk anak ataupun generasi menjadi penerus peradaban cemerlang ke depannya. Hal yang sudah pasti nihil di era kapitalisme-sekular hari ini.

Sudah seharusnya kita membentuk generasi yang kaya akan adab dengan kurikulum Islam bukan kurikulum sekularisme yang menjadikan orang semakin bangga akan kesalahan yang diperbuat. Namun, untuk menerapkan kurikulum Islam tidak bisa hanya dengan satu lembaga pendidikan saja. Tetapi mulai dari institusi negaralah kurikulum Islam ini dapat terterapkan seluruhnya. Di mana negara itu hanyalah Daulah Khilafah Islamiyah. Wallahu a'lam bisshhowwab.

Oleh : Marsya Hafidzah Z.
Pelajar & Aktivis Dakwah Remaja

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :