Tinta Media - Duka mendalam melanda seluruh kaum muslim di Seantero Raya. Menyayat hati menyaksikan rangkaian panjang genosida di Palestina. Kemanusiaan sudah sirna bagaikan putusnya urat nadi.
Biadab! Memperlakukan kaum muslimin selayaknya hewan. Bombardir dengan brutal membabi buta pemberantasan etnis. Penyiksaan keji puluhan ribu juta nyawa syahid, dan blokade bantuan berdampak kelaparan tertinggi sepanjang masa (Sindonews.com, 19/03/24)
Ini bukan perkara angka! Ini nyawa manusia! Ketika lebih dari 31.000 nyawa syahid di tanah mereka sendiri. Semua merujuk ke akar persoalan yang sampai detik ini agresi militer masih terus berjalan. Zionis mengibarkan bendera perang kepada dunia dengan sangat nyata.
Pemahaman yang Keliru
Ironisnya, tidak semua memaminya. Bahkan semakin menyempit dari persoalan Palestina menjadi Hamas. Jelas ibarat menguraikan benang kusut, mengubah pola pikir salah menjadi benar. Tinta emas menuliskan sejarah Al- Quds itu urusan seluruh kaum muslimin, karena tanah waqaf yang dibebaskan oleh khalifah Umar bin Khattab.
Bagaimana rangkaian sejarah panjang ketika tahun 637 M Khalifa Umar Bin Khattab menerima kunci Al-Quds dari Patrik Sophronius, sekaligus menandai perpindahan status tanah ini dari dikuasai oleh Romawi, menjadi dalam kekuasaan kaum Muslim.
Malangnya, kaum muslim kabur dari sejarahnya sendiri. Selama 13 abad Al-Quds menjadi bagian dari Daulah Turki Utsmani dengan sistem politik Islam (khilafah) menyatakan tiga entitas agama di dalamnya. Yahudi, Nasrani, Islam hidup dengan damai meski banyak perbedaan sampai pada Daulah Turki Utsmani terjebak pada Perang Dunia pertama dan kalah dari Jerman. Kemudian lahirlah perjanjian Syces-picot yang menumbuhkan rasa nasionalisme ke negeri-negeri muslim dan tanda berakhirnya pemerintahan Islam di penjuru dunia.
Penderitaan kaum muslim di penjuru dunia di mulai, termasuk saudara kita di Al-Quds atau Palestina. Ibarat itik kehilangan indungnya, bingung mapping kehidupan ini. Realitas hari ini fakta bahwa sabda Rasulullah itu benar. "Islam itu di akhir zaman banyak tapi ibarat buih di dalam lautan karena penyakit wahn" (HR. Abu Daud).
Apa itu penyakit wahn? Tentu penyakit yang menjangkit kaum muslim di akhir zaman yaitu cinta dunia dan mati phobia. Ketika Al-Quds di genosida semua berdiri hanya atas humanity bukan aqidah, dan bukan agama.
Solusi yang ada seputar donasi, bantuan, demo, boikot produk zionis, serta two nation states oleh PBB dan atas nama humanity. Sejatinya solusi haqiqi adalah jihad fisabilillah, akan terjadi ketika Khilafah Islamiyah di terapkan kembali di tengah-tengah umat.
Membahas penjajahan di Palestina seakan-akan hanya ranah negara yang berhak terlibat. Para remaja khususnya Gen Z hari ini hanya sebagai penonton belaka. Padahal kontribusi Gen-zi sangat berpengaruh untuk kemenangan Palestina.
Kontribusi Gen Z untuk Palestina
Semua generasi remaja hari ini hidup, teknologi semakin canggih, ada pada masa digital notife. Semua bisa di akses dengan gadget masing-masing. Menurut Dr. Abdul Fattah Al- Euwaisi seorang spesialis Palestina mempelajari Al-Quds selama 14 tahun. Agar bisa membebaskan Al-Quds harus melakukan tiga tahapan.
1. Pembebasan pemikiran (At Tahrir At Tafkiiri)
2. Pembebasan politik (kolaborasi, sinergitas)
3. Pembebasan senjata
Wilayah Gen Z ada pada tahap paling awal, yaitu pembebasan pemikiran. Kita hari ini banyak di suguhkan produk-produk sekuler baik dari fun, food, fashion, film, free sex, free tinking, dsb.
Kedua, setelah mapping kita jelas dengan Islam terbukti dengan adanya sakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam). Pola pikir dan pola sikap harus satu standar yaitu Islam. Ketika seseorang sudah menunjukkan kepribadian Islam baru langkah selanjutnya.
Ketiga, mengetahui strong why atau alasan mendasar untuk membebaskan Palestina. Semua merujuk pada akar sejarah Palestina itu sendiri.
Keempat, poin pentingnya adalah Gen-Zi harus mempelajari seperti apa Al-Quds atau Palestina itu sendiri. Apabila sudah belajar rangkaian sejarah yang panjang, sudah mengerti alasan kenapa sampai detik ini zionis menunjukkan eksistensinya untuk menjajah Palestina.
Kelima, barulah Gen-Zi bisa speak up untuk semua kekejaman zionis dengan data, informasi, dan sumber yang valid. Mengingat kita hidup antara khair (baik) dan syarr (salah) campur aduk nyaris tidak terlihat perbedaannya.
Perlu di ingat bahwa semua kekacauan hari ini berawal dari pemikiran kita masing-masing. Karena sangat penting memilih referensi informasi yang sumber nya bisa dipertanggungjawabkan. Memperkeruh persoalan ketika kita mendapatkan informasi yang salah sudah tentu respons kita pun salah maka jelas akan beraksi salah juga.
Sudah saatnya seluruh alam aturannya dikembalikan kepada aturan sang maha pencipta. Seharusnya kita mendudukkan posisi sebagai seorang hamba yang lemah dan serba terbatas ini numpang di buminya sang pencipta.
Jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama, ambil posisi sesuai skill set kita, ruang, waktu, dan berkuasa atau tidaknya kita. Ambil peran masing-masing jadilah generasi pembebas dan penakluk tentu dengan aturan Islam.
Wallahu'alam Bisowab.
Oleh: Novita Ratnasari, S.Ak.
Sahabat Tinta Media