Tinta Media - Direktur Pamong Institute Wahyudi al-Maroki menyebut ada empat catatan terkait kunjungan Prabowo ke negeri Tiongkok.
"Kalau kita lihat, di situ perlu kita garisbawahi
beberapa catatan. Saya melihat ada empat catatan minimal," tuturnya dalam
acara Bincang Bersama Sahabat Wahyu: Prabowo Bersedia Belajar ke Partai Komunis
kenapa Tidak Belajar kepada Nabi SAW? Jumat (5/4/2024) di kanal YouTube Sahabat
Wahyu Channel.
Pertama, Prabowo mengapresiasi rakyat Cina. Kedua, memuji
dan mengapresiasi Xi Jinping sebagai pimpinan. Ketiga, menyatakan
bersedia belajar kepada Partai Komunis Cina, dan yang keempat ingin memperdalam
hubungan pertukaran pengelolaan negara.
"Ini menurut saya juga sensitif ini. Apa yang dikelola
bersama, apa yang ditukarkan di situ. Jadi empat hal itu menurut saya
sangat krusial untuk diberi catatan," tandasnya.
Pertama, kalau memuji-muji rakyat Cina n pimpinannya Xi
Jinping, ini menurutnya, wajarlah. "Tetapi yang layak dipuji sebenarnya
rakyat kita. Memujilah rakyat kita. Ini menurut saya, lip service,"
ujarnya.
Kedua, memuji-muji Xi Jinping ini atau pimpinan rakyat Cina.
"Apa yang mau dibanggakan kira-kira? Apakah dia mau memberikan perbaikan
kesejahteraan rakyat Indonesia atau justru menyulitkan kita?" tanyanya
retoris.
Ketiga, bersedia belajar dari pengalaman PKC atau Partai
Komunis Cina. "Di sini menurut saya sangat serius ini. "Jadi, Apakah
tidak ada tempat belajar lain dari partai lain yang layak untuk dicontoh?"
herannya.
Padahal kalau Prabowo sebagai muslim, kata Wahyudi,
satu-satunya yang layak dicontoh adalah Rasulullah Muhammad SAW. "Kalau
mau belajar, belajarlah ke sana," sarannya.
"Kalau mau membawa negeri ini menjadi baik, baldatun
thoyibatun wa robbun ghofur, kenapa belajarnya ke partai komunis? Apakah negeri
ini mau dibawa ajaran-ajaran komunis ke sini? Praktik-praktik komunis di sini
atau bahkan mungkin negeri ini mau dibawa ke arah ideologi komunis? Itu jadi
pertanyaan besar buat kita bersama. Kenapa malah bersedia mempelajari di
situ," cecarnya lagi dengan nada heran.
Keempat, menurut Wahyudi, lebih krusial lagi. Ingin
memperdalam pertukaran pengelolaan negara. "Saya pikir ini cukup
menggelisahkan, setelah dua dan tiga tadi, yang keempat ini sangat
menggelisahkan," cemasnya.
"Karena kita tidak tahu apa yang mau diperdalam
pertukaran pengelolaan negara itu apa saja?" pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka
Minggu, 12 Mei 2024
Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.