Tinta Media - Deretan duka dibulan Ramadhan semakin bertambah. Kita kembali disuguhkan dengan kasus yang menyayat hati. Dilansir dari medan.kompas.com, Wen Pratama (33) di Medan tega membunuh ibunya sendiri, Megawati (56) pada Senin (1/4/2024). Hal ini dilakukan karena tak terima sebab sang ibu memarahinya lantaran ia tidak bekerja dan selalu meminta uang kepada ibunya. Tersangka memukul sang ibu secara bertubi-tubi hingga ibunya terjatuh di lantai. Tak cukup sampai di situ, pelaku kemudian mengambil pisau cutter dan menggorok leher ibunya.
Akal dan hati nurani terkikis habis di dalam sistem kapitalis. Tanpa disertai rasa menyesal tersangka mengatakan “Rasa kasihanku sudah habis” usai menghabisi nyawa ibunya. Padahal ibu adalah seorang wanita yang harusnya dimuliakan. Ibu adalah sosok yang telah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui dan merawat anaknya hingga dewasa. Perjuangan ini sungguh sangat besar dan tidak mudah. Allah subhanahuwata’ala memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua terlebih kepada ibu.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an Surah Luqman ayat 14 : “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tuamu.”
Ridho orang tua seharusnya diraih oleh seorang anak, karena Allah meletakkan ridho-Nya kepada anak yang diridhoi orang tuanya. Sebaliknya, jika anak membuat orang tua sedih dan murka, Allah pun meletakkan murka-Nya kepada sang anak. Maka sungguh merugi jikalau kita mendapati orang tua kita terkhusus ibu dalam keadaan murka kepada kita, apalagi dengan jelas menyakiti ibu dengan perkataan dan perbuatan yang tidak manusiawi.
Adapun kondisi saat ini, telah banyak kita temukan anak tidak sopan, berkata kasar dan menyakiti hati ibunya. Padahal dulunya ibu-lah yang mengajarinya berbicara. Namun sekarang, kepandaian itu ia gunakan untuk menghancurkan hati ibunya. Banyak juga anak yang menyakiti fisik ibunya, memukul, menendang dan bahkan membunuh surganya sendiri seperti yang dilakukan oleh Wen Pratama (33) di Medan.
Generasi Bengis dan Sadis Lahir Dari Sistem Kapitalis
Sistem kapitalis dengan asas sekuler yakni memisahkan agama dari kehidupan membuat manusia menjalani kehidupan tanpa disertai ketaqwaan. Mereka tidak menghadirkan ruh (kesadaran akan hubungannya dengan Allah) dalam menjalankan aktivitasnya. Standard perbuatan bukanlah halal dan haram, namun mengikuti hawa nafsunya. Manusia tidak bisa berpikir dengan jernih apa yang harus ia lakukan di tengah kesulitan hidup saat ini. Ya, sistem kapitalisme memang membuat kehidupan semakin sulit dan terjepit. Faktor ekonomi, seperti kemiskinan dan pengangguran kerap sekali menjadi penyebab terjadinya tindakan kriminal. Beredarnya minuman keras dan narkoba juga menjadi faktor pemicu meningkatnya aksi kejahatan dikarenakan zat yang ada di dalamnya dapat merusak akal manusia. Hal ini terbukti bahwa Wen Pratama (33) tersangka pembunuhan ternyata dikenal sering membuat onar dan kecanduan narkoba.
Saatnya Kembali Kepada Islam
Kesadisan dan kebengisan generasi saat ini harus segera dihentikan dengan kembali kepada Islam. Dalam sistem Islam, memberantas berbagai aksi kriminal ini perlu adanya 3 pilar yakni ketaqwaan individu, kontrol masyarakat dan negara yang menerapkan aturan Islam.
Ketaqwaan individu harus senantiasa dibentuk dan dipupuk mulai dari pendidikan pertama yang ia dapatkan di rumah. Ibu menjalankan tugas utamanya yakni sebagai ummu warabbatul bayt, sedangkan ayah menjalankan tugas utamanya dalam memberikan nafkah yang baik. Keduanya juga harus memberikan keteladanan yang sholih dan sholihah.
Kontrol masyarakat juga tidak boleh dilupakan. Masyarakat harus menjadi orang yang peka dan peduli ketika melihat berbagai macam tindak kriminal atau yang mengarah kepada hal tersebut. Saling amar makruf dan nahi mungkar akan mewujudkan lingkungan yang baik dan penuh ketaqwaan.
Negara juga harus menerapkan aturan Islam secara kaffah. Negara harus menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam yang sehingga generasi memiliki syakhsiyah islamiyyah yakni pola pikir dan pola sikap Islam. Negara juga harus mencegah segala faktor pemicu adanya tindakan kriminal seperti tontonan yang tidak mendidik, minuman keras dan narkoba yang merusak akal. Negara wajib menjamin terpenuhnya kebutuhan pokok masyarakat baik secara langsung seperti pendidikan dan kesehatan gratis maupun tak langsung seperti menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai.
Terakhir negara juga harus menerapkan hukuman yang tegas untuk para pelaku kriminal pembunuhan sebagaimana aturan tersebut telah diatur di dalam Islam yakni diterapkan hukum qishash, nyawa dibalas nyawa. Jika qishash ini diterapkan, tentu akan menjadi pencegah dan pemberi efek jera untuk seluruh masyarakat. Wallahu’alam bishshowab.
Oleh: Kintan Jenisa, S.Pd. (Pemerhati Generasi)