Tinta Media - Hidup dalam koridor tatanan sekuler kapitalis telah terbukti menampakkan begitu banyak kecacatan. Akibat diterapkannya sistem tersebut dalam negeri ini, segala jenis kejahatan merebak merajalela di hampir seluruh wilayah.
Kasus demi kasus terjadi di mana-mana membuat resah sejumlah masyarakat. Bahkan hukum saja pun yang dikenakan kepada pelaku tindak kejahatan seolah-olah tidak mempan dan tidak memberikan efek perubahan yang totalitas bagi pelaku tindak kejahatan. Buktinya saja masih terdata banyak sekali kasus-kasus kejahatan sampai-sampai pemerintahan terlihat seperti kewalahan dalam menanggulangi kasus ini.
Sungguh miris kiranya, pada bulan nan suci di tahun 2024 ini masih terdapat banyak kasus kejahatan, yakni pencurian di sejumlah wilayah yang tiada henti-hentinya.
PENGAMAT kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai bahwa meningkatnya tren kejahatan pada bulan Ramadan hingga jelang Lebaran disebabkan oleh adanya peningkatan kebutuhan di masyarakat yang tinggi.
Menurut Bambang, dengan adanya peningkatan kebutuhan, maka pengeluaran dari masyarakat juga pasti akan meningkat. Sementara, bagi sebagian masyarakat peningkatan pengeluaran biaya tersebut tak diiringi dengan peningkatan penghasilan.
"Makanya ada masyarakat yang mencari jalan pintas untuk mendapatkan peningkatan pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhannya selama Ramadan hingga jelang Lebaran dengan melakukan kejahatan," kata Bambang saat dihubungi, Kamis (27/3).
Mengapa hal ini terus-menerus sering terjadi ? Yang mengakibatkan kebanyakan masyarakat negeri ini tidak adanya kenyamanan dalam menjalani hidup karena kasus pencurian sungguh sangat membuat prihatin dan khawatir. Antara kebutuhan dan desakan. Ya, di sistem hari ini kita benar-benar sangat dituntut sekali dengan desakan kebutuhan hidup yang tinggi sementara tingkat pendapatan kian merosot bak perosotan yang terus merosot ke bawah.
Sehingga orang-orang yang hidup dalam tatanan sekuler kapitalis, hidup tanpa adanya aturan kehidupan yang benar-benar mengatur sebaik mungkin melainkan kebebasan. Inilah yang membuat orang-orang hidup tanpa memperhatikan halal haram lagi.
Selain itu hukum yang di jatuhkan untuk para pelaku kejahatan juga adalah hukum yang terkesan tidak seperti menghukum, dan tidak menimbulkan efek jera. Lantas bagaimana demikian hal itu bisa terjadi ? Sudah bosan kiranya kita menyaksikan pelaku kejahatan mendapatkan hukuman yang tak sepadan toh nantinya balik berbuat kejahatan kembali. Tidakkah hal ini membuat kita berpikir?
Justru sistemlah yang menjadi awal mula penyebab tidak tertanganinya problematika pada negeri ini. Sistem kapitalis sekuler berhasil menyesatkan masyarakat dalam menjalani hidup. Dalam sistem hari ini telah tampak yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin semakin miskin merana. Hal itu menjadi bukti bahwa gagalnya sistem kapitalis sekuler dalam menyejahterakan rakyat.
Maka dari itu, sudah saatnya memperbarui sistem sekuler kapitalis dengan sistem yang benar-benar totalitas dalam menyejahterakan rakyatnya. Hal ini telah terbukti pada sistem berhasil terterapkan dalam daulah Islam. Bukan khayalan atau fatamorgana bahwa sistem inilah yang menjadi satu-satunya sistem pemerintahan berhasil dalam menyejahterakan seluruh rakyat tanpa terkecuali baik Islam maupun non Islam. Bahkan tiada tandingan dengan sistem-sistem lainnya.
Hukuman yang di berikan para pemimpin masa itu kepada para pelaku kasus kejahatan adalah hukuman yang benar-benar memberikan efek jera bagi pelakunya. Serta mengayomi dan membina rakyatnya menjadi rakyat yang sejatinya. Lantas inginkah kita kasus kejahatan segera tuntas tertangani ?
Tidakkah kita terpikir demikian? Maka tiada lain sistemlah yang berhasil menuntaskan hal itu. Bukan pada sistem rusak saat ini, melainkan pada sistem yang benar-benar totalitas dalam memperhatikan rakyat-rakyatnya.
Wallahu a'lam bisshhowwab.
Oleh : Marsya Hafidzah Z.
Pelajar, Pegiat Literasi dan Aktivis Dakwah Remaja