Sistem Islam Melahirkan Pemuda Bijak Teknologi - Tinta Media

Kamis, 25 April 2024

Sistem Islam Melahirkan Pemuda Bijak Teknologi

Tinta Media - Baru-baru ini, dengan bertujuan untuk melindungi anak-anak dari game online, pemerintah telah mengeluarkan peraturan presiden tentang perlindungan anak. Beberapa hal yang memicu kemunculan Perpres ini ialah maraknya tindak kriminalitas, seperti perundungan, kekerasan, pelecehan seksual, serta pornografi dan pornoaksi yang dilakukan anak di bawah umur karena pengaruh game online.

Deputi Perlindungan Anak KPPA Nahar dan psikolog Stenny Prawitasari menyatakan bahwa memainkan game berunsur kekerasan seperti Free Fire akan berdampak sangat buruk pada kesehatan mental dan perilaku emosional anak. Dengan demikian pemerintah akan terus mengawasi konten atau game online yang memiliki unsur kekerasan semacam itu, seperti dilansir oleh news.detik.com, Rabu, 17 April 2024.

Telah nyata bukti di berbagai daerah bahkan di luar negeri bahwa game online, baik mengandung kekerasan atau tidak, tetap memiliki dampak yang buruk bagi generasi muda saat ini, terutama anak-anak. Bagi anak yang belum akil baligh, game online dapat mengurangi daya pikir serta kemampuan motorik anak dalam memecahkan suatu masalah. Belum lagi perkembangan keterampilan sosial dan komunikasi mereka akan terhambat, menyebabkan sifat apatis terhadap lingkungan sekitar, dan lebih jauh lagi bisa menyebabkan autisme pada anak.

Pada anak remaja yang telah akil baligh sekalipun, dampak buruk game online ini banyak sekali. Selain meningkatkan sifat apatisme pada dunia nyata dan orang-orang sekitar, remaja juga rentan terhadap peningkatan sifat agresif jika terlalu sering memainkan game online. Anak jadi mudah berkata kasar, memaki, mencela, dan cepat marah. Apalagi saat mengalami kekalahan dalam permainan. Baik dalam game yang mengandung kekerasan maupun tidak.

Sehingga yang menjadi permasalahan utamanya bukanlah kekerasan itu sendiri. Namun kesalahan pendistribusian teknologi dan digitalisasi yang belum tepat terhadap anak-anak usia dini dan remaja yang belum siap terhadap dampak teknologi yang salah.

Kesalahan pendistribusian teknologi digitalisasi ini terjadi karena pemerintah tidak mampu mengatasi masuknya teknologi dan perkembangan internet yang bertubi-tubi pada masyarakat umum. Segala jenis informasi baik yang buruk maupun yang baik membanjir masuk tanpa adanya filter dari pemerintah. Entah itu sosial media, berbagai macam game online, atau hiburan seperti musik dan film yang non sensor dalam video klipnya. Buku, komik, novel dan aplikasi online yang memuat berbagai macam konten pun ada entah itu pornografi ataupun tidak. Semua bisa diakses dengan bebas oleh siapa saja asal mampu memahami cara kerja teknologi.

Alih-alih membatasi informasi yang masuk, negara justru membiarkan segala jenis informasi beredar bebas di internet sesuai dengan prinsip kebebasan yang diusung kapitalisme demokrasi. Adanya tim sensor KPI pun terbilang hanya sekedar untuk hiasan saja, karena film atau video yang mengandung pornografi atau kekerasan tetap ditampilkan di layar kaca televisi dan internet. Bahkan bisa diunduh secara gratis oleh masyarakat umum tanpa sensor.

Maka sumber dari segala permasalahan generasi muda saat ini adalah sistem kapitalisme demokrasi yang hingga saat ini masih dipegang teguh oleh negara ini. Sistem inilah yang menyebabkan negara membebaskan digitalisasi demi keuntungan sebesar-besarnya namun justru mengakibatkan rusaknya anak-anak dan remaja hari ini.

Sungguh sangat berbeda dengan sistem Islam yang memandang teknologi dan digitalisasi sebagai madaniyah atau alat yang mampu membantu manusia dalam beribadah kepada Allah dan meningkatkan kualitas keimanan umat. Negara Islam akan mengontrol teknologi sebaik-baiknya dan memilah setiap informasi yang beredar bebas di internet. Negara akan membatasi informasi yang masuk adalah yang akan memicu keimanan dan kemajuan umat. Sedangkan informasi buruk seperti hiburan yang mengandung pornografi atau melalaikan dari ibadah kepada Allah, apa pun bentuknya, akan dihalangi dan tidak dibiarkan masuk dan beredar luas di masyarakat. Termasuk juga game online yang dapat melalaikan apalagi merusak mental generasi.

Anak-anak dan remaja membutuhkan pendidikan dan pembentukan kepribadian Islam yang baik. Sehingga negara Islam akan mendukung sepenuhnya segala bentuk teknologi dan digitalisasi yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan anak dan remaja. Seperti pelatihan konten kreator, pelatihan desain grafis atau pembuatan video. Pendidikan teknologi ini pun diimbangi dengan pendidikan aqidah Islam yang baik sejak dini, sehingga anak dan remaja akan mampu mengembangkan syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) terlebih dahulu sebelum memanfaatkan teknologi dalam setiap aktivitas mereka.

Dengan demikian, penggunaan teknologi dan digitalisasi akan menjadi suatu hal yang bernilai ibadah kepada Allah Taala. Sebab teknologi yang digunakan adalah teknologi yang bijak untuk memajukan dan menyejahterakan umat. Anak dan remaja pun akan terpicu untuk mempelajari berbagai jenis teknologi terbaru bahkan menciptakan berbagai hal baru dengan penggunaan digitalisasi yang bijak. Namun hal ini hanya akan terwujud jika Islam menjadi landasan hidup negara dan seluruh masyarakatnya. Karena itu memang sudah saatnya untuk beralih dari sistem kapitalisme yang rusak menuju sistem Islam. Wallahualam bisshawwab.

Oleh : Riannisa Riu 
Sahabat Tinta Media 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :