Nasib Nakes Tanggung Jawab Negara - Tinta Media

Minggu, 21 April 2024

Nasib Nakes Tanggung Jawab Negara

Tinta Media - Kabar tentang dipecatnya ratusan tenaga kerja di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tengah mendapat perhatian publik. Pasalnya, para nakes tersebut curhat dan menuntut kenaikan gaji. Tidak hanya itu, para nakes pun dikabarkan belum mendapatkan gaji sejak Januari 2024 (viva.com, 14/4/2024).

Asosiasi Pekerja Kesehatan Seluruh Indonesia (APKSI) menyayangkan keputusan Bupati Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), Herybertus GL Nabit yang memecat 249 tenaga kesehatan non ASN.

Para nakes non Aparatur Sipil Negara (ASN) tersebut diberhentikan setelah berunjuk rasa di Kantor Bupati karena menuntut kenaikan gaji (tvonenews.com, 14/4/2024). Gaji yang didapatkan para nakes tersebut hanya berkisar Rp 400-600 ribu. Padahal risiko kerjanya jauh lebih tinggi daripada pekerjaan lainnya. Tentu saja, besaran gaji tersebut terkategori tidak layak.

Terkait hal tersebut, DPRD Manggarai meminta agar Bupati membatalkan keputusannya dengan memperpanjang Surat Perintah Kerja para nakes tersebut (detiknews.com, 15/4/2024). Jasa para nakes semestinya mampu menjadi pertimbangan akan kebijakan tersebut. Pengorbanannya tidak bisa dibandingkan dengan sejumlah rupiah, apalagi saat pandemi Covid yang terjadi beberapa tahun lalu.

Kebijakan yang Merugikan Nakes

Curhatan para nakes terkait haknya sebagai seorang pekerja, wajar terjadi. Ketidakadilan yang terus menyapa menjadikan para nakes kesulitan. Terutama kesulitan dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan harian yang terus meroket. Gaji yang tidak sebanding dengan risiko pekerjaan membuat mereka tidak tahan dengan beban yang terus memberatkannya. Apalagi, gaji yang tidak seberapa ini pun sering telat diberikan. Nakes hanya dieksploitasi tenaga dan jasanya, tanpa ada imbalan yang senilai.

Kebijakan ini pun diperparah dengan sikap penguasa yang arogan. Kekuasaan dan kewenangannya disalahgunakan hanya demi keuntungan materi. Penguasa tidak peduli dengan nasib rakyatnya yang serba kesulitan. Kesulitan mengakses layaknya pendapatan, sulit juga mendapatkan pekerjaan layak hingga akhirnya sulit memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Jabatan yang diduduki tidak digunakan sebagai sarana mengurusi urusan rakyatnya. Alhasil, rakyat makin limbung karena beban yang kian tidak terbendung.

Fakta ini menunjukkan betapa buruk sistem kapitalisme yang kini dijadikan standar pijakan. Konsepnya yang rusak niscaya melahirkan kebijakan-kebijakan koyak yang pastinya menyengsarakan rakyat. Para penguasa hanya menjadikan jabatan sebagai pungguk kekuasaan demi memperkaya diri dan golongannya. Jabatan dijadikan sarana mencari keuntungan materi. Sedangkan urusan rakyat dilalaikan begitu saja tanpa ada solusi jelas dan tuntas.

Konsep ini pun semakin rusak saat kapitalisme dipadukan dengan sekularisme yang meniadakan aturan agama dalam kehidupan. Rakyat hanya dianggap sebagai beban negara yang tidak diurus dengan baik. Padahal sejatinya, posisi negara adalah ibu kandung rakyatnya yang wajib menjaga, mengayomi dan mengurus seluruh urusannya. Namun sayang, sistem rusak kapitalisme sekularistik tidak mampu menyajikan konsep demikian. Karena kecacatan konsep yang diadopsinya sejak awal mula kelahirannya. Semua ini akhirnya bermuara pada gagalnya kapitalisme sekuler menjamin kesehatan rakyat.

Islam Menjaga Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan merupakan bagian dari rakyat yang wajib dijaga oleh negara. Berbagai jasanya merawat dan memberikan pelayanan kesehatan kepada setiap rakyat menjadikannya sebagai manusia tanpa tanda jasa yang tidak bisa ditukar hanya dengan harta. Semestinya negara memberikan hak yang layak bagi para nakes.

Islam menetapkan bahwa segala hal terkait kesehatan adalah tanggung jawab negara seutuhnya. Karena negara adalah satu-satunya institusi yang wajib mengurusi setiap kepentingan per individu rakyatnya.

Rasulullah SAW. bersabda,

"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya" (HR Al Bukhori).

Konsep tersebut hanya mampu adil  terlaksana dalam sistem Islam dalam wadah institusi khilafah. Satu-satunya institusi yang mampu meriayah rakyat sesuai tuntunan syariah.

Dalam khilafah, kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang wajib dijaga. Baik pelayanannya, infrastrukturnya, kualitasnya, teknologinya hingga penjaminan hidup para nakesnya. Dalam masa khilafah, para nakes merupakan salah satu pekerjaan mulia. Karena senantiasa berjaga dan melayani setiap rakyat dengan sepenuh tenaga. Negara pun memberikan penghargaan yang luar biasa. Melalui kebijakan khilafah, para nakes mendapatkan gaji dan insentif yang sebanding dengan keahliannya. Semua dana dianggarkan dari Baitul Maal sesuai kebijakan khalifah.

Dengan konsep tersebut, para nakes tidak akan terzalimi. Rakyat pun mendapatkan pelayanan optimal dalam menjaga kesehatannya. Semuanya bersumber pada kebijakan negara yang amanah menjaga nyawa rakyatnya.

Betapa sempurna pengaturan yang disandarkan pada syariat Islam. Kehidupan tercurah rahmat, semua rakyat pun pasti selamat. InsyaAllah.Wallahu'alam bisshowwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :