Tinta Media - Kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan bahwa lebih dari satu juta orang di Gaza mengalami kelaparan ekstrem, Kamis (28/03/2024). Kelaparan tingkat ekstrem ini terjadi di Gaza lantaran wilayah tersebut terus mengalami gempuran dan pemblokiran sehingga bantuan tidak masuk.
Melalui laman X, OCHA menegaskan bahwa saat ini bantuan sangat diperlukan untuk dikirimkan melalui darat. Memang, sebelumnya Amerika mengirimkan bantuan makanan melalui jalur udara. Namun mirisnya, puluhan warga Gaza meninggal dunia karena tenggelam atau terinjak-injak ketika berusaha mengumpulkan paket bantuan yang dijatuhkan ke laut pada beberapa pekan terakhir di Gaza Utara. (Tribunnews.com, 30/03/2024).
Pengiriman bantuan melalui jalur udara adalah penghinaan yang luar biasa kepada kaum muslimin. Ada hal yang jauh lebih mudah jika dunia internasional ingin menghentikan penjajahan Zionis terhadap Palestina. Caranya adalah membuka jalur Rafah untuk distribusi logistik via darat sebagaimana yang disarankan oleh OCHA PBB, Arab Saudi menghentikan distribusi minyak ke Zionis, para penguasa muslim menghentikan seluruh hubungan kerja sama yang berkaitan dengan Zionis dan sekutunya, dan terpenting mengirimkan tentara-tentara di negeri muslim untuk menyerang Zionis. Jika cara tersebut dilakukan, warga Palestina tidak akan mengalami penjajahan dan kelaparan ekstrem seperti saat ini.
Sayang, fakta yang ada justru memperlihatkan bahwa jalur Rafah ditutup dan dibangun tembok berkawat besi oleh penguasa Mesir. Penguasa Arab Saudi pun tetap menyalurkan minyak-minyak mereka ke Zionis. Begitu juga penguasa Lebanon, mereka mencukupkan diri dengan mengirim bantuan makanan ke Gaza.
Tidak hanya itu, para penguasa muslim juga tidak bergeming untuk memutuskan hubungan pada Zionis dan sekutu. Tentara-tentara negeri muslim juga tidak diturunkan untuk membela Palestina. Tentu semua ini terjadi lantaran tatanan dunia global telah dikendalikan oleh ideologi kapitalisme.
Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islam bab Qiyadah Fikriyyah menjelaskan bahwa kapitalisme adalah sistem kehidupan yang melahirkan aturan yang didasari atas keuntungan materi. Kepentingan dan manfaat adalah orientasi ideologi ini. Kapitalisme dibangun dari akidah sekuler yang meniscayakan pemisahan agama dengan kehidupan. Maka, wajar jika semua aturan yang berasal dari kapitalisme nihil dari nilai agama.
Penjajahan yang merupakan dosa besar karena merampas hak orang lain, justru dijadikan jalan untuk berkuasa, seperti yang terjadi antara Zionis Yahudi dan Palestina. Zionis Yahudi telah nyata melakukan penjajahan dan genosida.
Zionis memang dilahirkan oleh Inggris melalui perjanjian Balfour. Namun, dalam perjalanan politik global, Zionis diasuh dan dibesarkan oleh Amerika. Zionis memang sengaja diarahkan untuk menguasai wilayah Palestina agar konsentrasi kaum muslimin disibukkan dengan permasalahan tersebut.
Amerika memastikan bahwa penguasa negeri-negeri kaum muslimin adalah penguasa yang loyal kepada Barat. Alhasil, ketika negara kapitalis melakukan penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin dengan merampas dan menjarah sumber daya alam, kaum muslimin tidak menyadarinya.
Karena itulah, sekalipun telah banyak bukti kejahatan Zionis, tidak ada satu pun lembaga internasional yang menghukumnya, bahkan PBB sendiri menyatakan tidak mampu melawan Zionis.
Dengan fakta yang ada, umat Islam seharusnya sadar bahwa dana, logistik, obat-obatan, dan lainnya yang digalang oleh umat Islam hari ini belum bisa dipastikan sampai ke tangan kaum muslimin di Gaza.
Ditambah lagi adanya berita pembantaian dan penembakan muslim Gaza oleh tentara Zionis saat mereka mengambil bantuan makanan, ini semakin menunjukkan bahwa bantuan yang paling dibutuhkan oleh muslim Gaza bukanlah makanan.
Sejatinya, bantuan yang dibutuhkan segera oleh muslim Gaza adalah tentara dan persatuan seluruh negeri-negeri muslim untuk menghentikan penjajahan Zionis. Karena itu, tuntutan kepada penguasa-penguasa muslim untuk bersatu dan mengirimkan tentara ke Palestina harus menjadi opini utama di tengah-tengah masyarakat global.
Lebih dari itu, umat Islam juga harus sadar bahwa keberadaan Zionis yang saat ini bisa eksis dan semena-mena kepada kaum muslimin adalah lantaran mereka didukung oleh negara kapitalisme adidaya. Karena itu, satu-satunya solusi untuk melenyapkan kebiadaban penjajahan Zionis juga harus dilawan dengan negara super power.
Islam memiliki konsep untuk sebuah negara. Dalam fikih, kekuasaan negara disebut sebagai Daulah Khilafah. Khilafah merupakan junnah atau perisai bagi kaum muslimin. Sebagaimana hadis Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, yang artinya:
"Sesungguhnya seorang Imam itu adalah perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang-orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah Taala dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa atau azab karenanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika Khilafah ada, kaum muslimin Palestina senantiasa dijaga dan dilindungi dari penjajahan. Pada masa Khilafah Abbasiyah, Panglima Salahuddin al-Ayyubi membebaskan al-Quds dari tentara salib.
Pada masa Khilafah Utsmaniyah, Sultan Abdul Hamid I mengultimatum dengan tegas Theodor Herzl yang merupakan seorang tokoh Zionis yang berambisi menegakkan negara Zionis di Palestina hingga Theodor Herzl harus mengurungkan keinginannya pada waktu itu karena bargaining power Sultan dan Khilafah masih kuat.
Bahkan, pada masa akhir Khilafah Utsmaniyah, Sultan masih menempatkan tentara muslim di Palestina untuk menjaganya. Dengan demikian, keberadaan Khilafah adalah obat dan solusi tuntas atas masalah Palestina dan seluruh permasalahan di dunia. Kaum muslimin harus mengopinikan dan memperjuangkan Daulah Khilafah agar mampu membebaskan kaum muslimin di seluruh dunia dari penjajahan.
Oleh: Amellia Putri
(Mahasiswi, Aktivis Muslimah)