Tinta Media - Gaes, manusia itu makhluk sosial kan ya? Kita saling membutuhkan manusia yang lain dalam menjalani kehidupan ini. Ibaratnya nih ya...sesultan apa pun seseorang pasti butuh bantuan orang lain.
Contohnya aja ketika kita sakit terus berobat ke rumah sakit (RS), ada banyak pihak yang akan terlibat dalam menyembuhkan sakit kita. Ada petugas parkir yang jaga motor kita, ada satpam yang menyambut kita saat masuk RS, ada petugas pendaftaran yang masukin data kita, ada dokter yang mendiagnosa sakit kita, ada perawat yang bantu dokter buat memeriksa keadaan kita dan seterusnya. Nah, banyak banget kan gaes pihak yang terlibat dalam penyembuhan sakit kita?
Nasib Nakes yang Merana
Lebih-lebih para nakes yang jadi garda terdepan menghadapi penyakit. Contohnya seperti waktu wabah Covid yang merebah kemarin, banyak nakes yang sampai nyawanya harus teregang karena menangani para pasien yang terkena Covid-19. Sungguh...perjuangan nakes begitu besar ya gaes.
Tapi, ngomong-ngomong soal nakes nih, ada fakta yang begitu memilukan gaes. Dengan pengorbanan mereka yang begitu besar harusnya upah hasil jerih payah mereka juga sama besarnya. Namun fakta yang terjadi tidaklah seindah angan-angan gaes. Kehidupan nakes masih ada yang jauh dari kata sejahtera. Seperti nakes di Manggarai, NTT yang mana per 1 April 2024 yang belum digaji sejak Januari 2024, bahkan ada juga nakes yang bekerja secara sukarela selama dua tahun alias bekerja tanpa dibayar sepeser pun. Mereka mulai bekerja tahun 2012 dengan status tanpa digaji, kemudian pada tahun 2014 digaji Rp400 ribu per bulan, lalu naik menjadi Rp600 ribu per bulan, dan hingga kini masih belum diangkat menjadi ASN (Viva News, 14-4-2024)
Fakta memilukan ini akhirnya mendorong mereka untuk bertemu para pemangku kebijakan. Mereka menemui Ketua DPRD Kabupaten Manggarai, Matias Masir untuk berdiskusi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD. Mereka meminta agar gajinya dinaikkan dari Rp600 ribu sebab sangat jauh dari UMR NTT (sekitar Rp2 juta lebih).
Namun, hal ini mendapatkan respons yang berbeda dari Bupati Manggarai, NTT, Herybertus G.L. Herybertus melakukan pemecatan terhadap nakes non ASN tersebut karena menganggap mereka melakukan demonstrasi yang mana juga dinilai sebagai bentuk ketakdisiplinan dan ketidakloyalan bawahan pada atasan.
Menanggapi hal ini, Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Matias Masir mengaku menyayangkan keputusan Herybertus. Masir heran dengan keputusan Herybertus yang melakukan pemecatan terhadap 240 nakes tersebut. Masir mengatakan upaya nakes menemui DPRD hanya menyampaikan aspirasi saja sehingga seharusnya tidak perlu berlebihan menganggap tindakan nakes sebagai pemberontakan terhadap atasan. Hmm...miris banget sih gaes, niatnya menyampaikan aspirasi tapi malah dipecat.
Alasan Klasik Para Penguasa
Sudah bukan menjadi rahasia masalah gaji tentunya erat hubungannya dengan dana kan gaes. Dana menjadi alasan klasik penyebab gaji para nakes jauh di bawah UMR. Pemerintah setempat sering kali mengalami kekurangan dana untuk menggaji para tenaga honorer. Padahal kalau ditelisik lebih dalam kecilnya gaji nakes akan sangat berdampak pada menurunnya efektivitas dan inisiatif kerja para nakes. Para nakes mau tidak mau harus mencari pekerjaan sampingan untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka setiap harinya. Hal tersebut, tentu akan mempengaruhi kualitas pelayanan. Misalkan karena terlalu lelah bekerja dengan 2 jenis menjadi nakes dan melakukan pekerjaan sampingan, nakes tidak bisa memberikan pelayanan yang maksimal pada pasien.
Persoalan upah rendah pun bukan hanya terjadi pada nakes, tetapi di bidang lain pun sama, seperti guru yang masih berstatus honorer, buruh pabrik dan lain sebagainya. Mereka bekerja bagai kuda, tetapi upah yang mereka dapat tidak seberapa. Oleh karena itu, sudah saatnya persoalan upah ini harus segera diselesaikan agar kesejahteraan masyarakat bisa terwujud.
Biang Kerok Semua Masalah
Akar permasalahan pemerintah kekurangan dana dalam menggaji para nakes sebenarnya merupakan akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini membuat negara miskin. Sistem ini membolehkan siapa pun untuk memiliki apa pun termasuk hal-hal besar seperti Sumber Daya Alam (SDA). Pengelolaan SDA diserahkan pada swasta asing. Dengan kemudahan pengelolaan SDA seperti ini tentunya keuntungannya akan masuk pada kantong mereka pribadi.
Misalnya di NTT, provinsi yang dikenal berlimpah logam mangan. Bukan hanya logam mangan, tetapi juga tambang lain seperti emas, batu bara, nikel, tembaga dll. Namun kenyataan itu hanya menjadi isapan jempol semata, semua SDA itu dikelola oleh asing sehingga kebermanfaatannya tidak dapat dirasakan oleh rakyat Indonesia sendiri. Seandainya SDA yang begitu banyak tersebut dikelola oleh pemerintah, tentunya bukan hanya gaji nakes saja yang tersolusikan, kemiskinan yang melanda NTT pun akan segera terselesaikan.
Selain pengelolaan SDA diserahkan pada swasta asing, sistem kapitalisme juga menjadikan pemimpin yang mandul dalam mengurusi urusan umat. Dalam sistem ini, posisi penguasa negara hanya sebagai regulator atau penghubung dalam menjaga hubungan timbal balik antara para pemilik modal dan rakyat. Mereka tidak bervisi menyejahterakan rakyat.
Apalagi di dalam sistem politik demokrasi yang melahirkan penguasa oligarki. Hanya segelintir orang saja yang menjadi penguasa negara. Sehingga tak heran di sistem sekarang sering kita temukan penguasa yang justru melindungi kepentingan para pemilik modal dan malah mengabaikan hak rakyatnya. Banyak penguasa yang tidak memiliki empati pada rakyatnya yang kesusahan bahkan tak jarang ada yang mati kelaparan.
Islam Siap Solusikan Segala Permasalahan
Membiarkan kehidupan terus berada dalam cengkeraman sistem kapitalisme akan membuat rakyat sulit mendapatkan kesejahteraan, tak terkecuali para nakes. Sudah ada saatnya ada solusi komprehensif yang menyelesaikan masalah ini. Solusi tersebut hanya ada pada Islam (Khilafah). Sistem Khilafah sangat memperhatikan hak rakyat, termasuk hak untuk sehat dan hidup layak. Jaminan kesejahteraan dalam Islam dapat terwujud salah satunya dengan pengaturan kepemilikan yang jelas. Dalam Islam, SDA termasuk kepemilikan umum yang mana kepemilikannya haram dikelola dan dimiliki oleh individu.
Hal ini
sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara
yaitu padang rumput, air, dan api” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Dalam sistem pemerintahan Khilafah, negara wajib mengelola SDA yang ada pada negaranya. Kemudian memberikan hasilnya pada rakyat, baik dalam bentuk SDA yang bisa langsung dikonsumsi ataupun diberikan dalam bentuk pelayanan pada fasilitas-fasilitas umum, seperti RS dan lainnya.
Dari pengaturan kepemilikan saja, persoalan upah rendah dapat teratasi karena terdapat jaminan sumber pemasukan negara yang sangat melimpah dari hasil kekayaan alam. Jika SDA tersebut dikelola negara dengan baik maka bukan hanya upah nakes saja yang tinggi, tetapi fasilitas kesehatan juga akan mumpuni dan merata dapat dirasakan oleh seluruh rakyat.
Selain mengatur dalam hal kepemilikan, Islam pun memosisikan penguasa sebagai raa’in dan junnah, yaitu penguasa sebagai pengurus dan pelindung bagi rakyatnya. Seluruh urusan rakyat akan menjadi tanggung jawab penguasa. Seperti kebutuhan pokok dalam rumah tangga, seperti kesehatan, negara akan menjamin rakyat bisa hidup sehat.
Puskesmas akan tersebar secara merata dengan kualitas pelayanan dan SDM yang terbaik hingga pelosok desa. Upah yang diterima oleh para nakes akan sepadan dengan tenaga mereka dan penguasa akan melayani rakyatnya dengan sebaik-baik pelayanan seorang pelayan pada tuannya.
Sistem kesehatan tidak berada di bawah kendali swasta. Rumah sakit yang besar maupun kecil dari kota hingga desa di bawah kontrol negara sendiri. Negara akan memastikan seluruh rakyatnya akan mendapatkan pelayanan yang sama dan merata. Negara juga akan memastikan seluruh rakyatnya dapat hidup dengan sejahtera, mampu tinggal di rumah yang layak, mengakses air bersih dengan mudah, lingkungan dengan sanitasi yang baik. Dam tak lupa, menjamin pangan yang bergizi dan bernutrisi beredar di tengah masyarakat.
Khatimah
MasyaAllah... sungguh luar biasa sistem Islam. Sistem Islam mampu menyejahterakan kehidupan rakyatnya. Selain mampu menyejahterakan rakyatnya, dengan penerapan sistem Islam maka Ridho Allah akan bisa diraih sehingga keberkahan akan terus dapat terlimpahkan dalam kehidupan. Sudah penguasa negeri ini menengok sistem Islam. Sistem yang akan membawa keberkahan dunia akhirat. Wallahua'lam bi shawwab.[]
Oleh : Ananda, S.T.P. (Sahabat Tinta Media)