Kekerasan Anak Terus Berulang, Bukti Rusaknya Ideologi Sekularisme - Tinta Media

Rabu, 03 April 2024

Kekerasan Anak Terus Berulang, Bukti Rusaknya Ideologi Sekularisme

Tinta Media - Publik di hebohkan dengan beredarnya video rekaman CCTV penganiayaan anak selebgram Aghnia Punjabi. Warganet begitu geram melihat anak usia tiga tahun di aniaya selama satu jam di kamar hingga bagian mata memar bahkan menimbulkan trauma bagi korban dan keluarga. (Detik.com, 30/03/24)

Berdasarkan pemeriksaan, motif pelaku karena rasa jengkel kepada korban karena tidak mau diberi obat luka cakar di muka serta mengaku bahwa salah satu keluarga sedang sakit.

Kalau kita evaluasi, kejadian ini bukan kali pertama. Berdasarkan riset terbaru ada 1500 deretan kasus kekerasan pada anak dan itu terus berulang dan beragam. (Kemenpppa.go.id, 1/1/24)

Banyak sekali faktor penyebab kekerasan pada anak di era sekarang.

Pertama, faktor internal. Kekerasan sering terjari pada circle ini dan ironisnya mayoritas pelakunya orang terdekat korban, baik orang tua, kerabat, bahkan pengasuhnya sendiri. Di lingkungan keluarga pemicu utamanya perekonomian. Biasanya untuk keluarga menengah ke bawah rawan terjadi.

Apabila keluarga menengah ke atas orang tua sibuk bekerja mempersiapkan masa depan anak, alhasil anak dipercayakan ke pengasuhnya. Biasanya di situasi ini anak bingung pola asuh sehingga menjadi pemicu melakukan kekerasan.

Kedua, faktor eksternal yakni lingkungan sekitar, sekolah, tongkrongan, dsb apabila seseorang menunjukkan suara minoritas menjadi pemicu kekerasan di era generasi krisis adab saat ini.

Ketiga, faktor budaya. Realitas hari ini begitu banyak budaya tidak sesuai dengan norma-norma kesopanan yang berlaku, apalagi jauh dari standar agama. Seperti tontonan disuguhkan film kartun bernuansa psikopat, pornografi, dan beragam tindak kriminal. Budaya disini mencakup fun, food, fashion, dan film,  tolak ukurnya westernisasi.

Keempat, faktor ideologi. Sedikit orang memahami bahwasanya ideologi mempengaruhi pola pikir dan pola sikap seseorang. Ironisnya, ketika seseorang bahkan negara mengemban ideologi thogut sudah bisa dipastikan hanya ada kerusakan di muka bumi ini, seperti hari ini.

Menurut pengamat politik Islam, Dr. Ryan, M.Ag menyatakan bahwa negeri ini mengadopsi ideologi demokrasi berasaskan sekularisme. Perlu digaris bawahi bahwa sekularisme adalah sebuah ideologi yang memisahkan peran agama terhadap negara. Artinya, negara memiliki wewenang membuat aturan sendiri sesuai kepentingan. Agama di posisikan sebagai ibadah ritual semata.

Sehingga seseorang yang eksis dengan ideologi ini, tentu akan memiliki corak pemikiran yang liberal, akan mengedepankan kepentingan di atas segalanya bukan lagi manfaat atau bahkan syariat.

Hal ini berbanding terbalik di dalam kehidupan Islam, artinya ketika belajar dari sejarah Islam pernah diterapkan di tengah-tengah umat mampu menciptakan lingkungan yang damai, rukun, bahkan makmur. Tidak ada obrolan yang lebih menarik dari pada Islam itu sendiri, karena memang Islam pernah gemilang pada masa diterapkan.

Konsep anak di dalam Islam adalah penerus generasi sebuah peradaban, bukan hanya anak dididik menjadi pembebas dan penakluk terapi memang Islam mempersiapkan dari seorang ibu yang cerdas, karena anak yang cerdas lahir dari rahim ibu cerdas. Islam memahami hakikat perempuan dan anak adalah satu kesatuan yang harus di utama kan dan diperhatikan. Barometer sehat sebuah peradaban bisa dicek perempuannya.

Sehingga ibu di dalam sistem politik Islam (khilafah) sangat diperhatikan dan dimuliakan. Nasib generasi penerus peradaban ada di tangan para ibu cerdas. Khilafah menjamin kebutuhan yang sifatnya pokok seperti kesehatan, dan pendidikan sehingga seorang ibu bisa fokus mendidik anak.

Lahirlah lingkungan keluarga yang harmonis, selain itu negara juga mengondisikan menghidupkan lingkungan yang islami dalam segala lini, baik lingkungan tongkrongan, dan  sekolah. Dari budaya sampai tataran ideologi, negara mengonter dan memastikan hanya Islam lah satu-satunya road map kehidupan.

Sebaik-baiknya mabda adalah mabda Islam, sejarah membuktikan selama 13abad Islam gemilang dan menguasai 2/3benua. Ketika hari ini Islam tidak diterapkan di tengah-tengah masyarakat, bukan berarti esensi dari Islam yang berkurang tetapi karena orang-orang nya yang terjangkit virus Al wahn, yaitu cinta dunia dan matiphobia. Sudah saatnya kita sadar dan melanjutkan kehidupan Islam. Karena hanya dengan khilafah lah semua problema kehidupan akan menemukan solusi yang hakiki.

Wallahu'alam Bisowab.

Oleh : Novita Ratnasari, S.Ak.
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :