Tinta Media - Warga kampung Paledang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung dihebohkan dengan penemuan jenazah laki-laki yang diduga bunuh diri. Kejadian ini menjadi perhatian publik setelah tersebar luas di media sosial.
Sebuah unggahan di akun @infociparay memperlihatkan foto jenazah tersebut tergantung pada dahan pohon di tempat pemakaman umum di Kampung Paledang RT 03 / RW 03.
Pak Bakri selaku ketua RW 03, Desa Pakutandang menerima laporan warga bahwa ada pria yang sudah meninggal bunuh diri. Beliau ke TKP dan menelepon Polsek Ciparay.
Setelah diidentifikasi Tim Inafis Polresta Bandung dan dokter Puskesmas Pakutandang, yang bersangkutan diduga bunuh diri. Selain itu, ditemukan bekas luka sayatan di pergelangan tangan kiri. Hingga berita ditulis, identitasnya belum diketahui. Henazah telah dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Fenomena bunuh diri menjadi marak. Diawali depresi akibat persoalan yang tak kunjung selesai, generasi hari ini cenderung mengambil jalan pintas dan instan dalam persoalan hidup yang menimpanya, tak terkecuali bunuh diri. Mereka menjelma menjadi generasi yang mudah menyerah hingga memutuskan untuk mengakhiri hidup.
Tidak bisa dimungkiri bahwa generasi saat ini sedang dihadapkan pada serangan pemikiran Barat yang akhirnya membentuk cara pandang mereka menjadi kapitalisme-liberal. Kapitalisme telah meletakkan standar kebahagiaan hidup tertinggi pada segala hal yang bersifat materi, seperti harta, ketenaran, kedudukan, dan sebagainya.
Alhasil, generasi berlomba-lomba mengejar semua itu dengan berbagai cara. Saat mereka gagal mendapatkannya, depresi pun tak terhindarkan. Tak hanya itu, kapitalisme yang lahir dari asas sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) telah menjadikan generasi kehilangan jati dirin sebagai hamba Allah. Solusi yang mereka pilih tidak dikaitkan dengan pemahaman hidup yang benar. Padahal, solusi persoalan kehidupan manusia hanya ada pada aturan Islam yang berasal dari pencipta manusia, yaitu Allah Swt.
Negara sebagai penanggung jawab urusan umat gagal mengarahkan dan membentuk jati diri yang benar pada generasi. Negara justru mengusung dan menerapkan asas kapitalisme-sekularisme. Hal ini tentu semakin menjauhkan generasi dari cara pandang yang benar tentang hidup. Parahnya lagi, masyarakat yang sudah teracuni dengan mindset kapitalis niscaya akan semakin merusak generasi. Oleh karena itu, penerapan sistem kapitalisme hanya akan memperpanjang persoalan bunuh diri di kalangan pemuda.
Solusi tuntas saat ini hanyalah dengan menerapkan sistem Islam yang sahih dan solutif, sebab berasal dari Sang Pencipta manusia, yaitu Allah Swt.
Islam telah menempatkan negara sebagai penanggung jawab besar terhadap terbentuknya generasi unggul dan berkepribadian Islam.
Oleh karena itu, negara wajib mengondisikan individu dan masyarakat agar memiliki mindset yang benar tentang hidup. Setiap warga akan dibina sehingga mampu memahami jati dirinya sebagai hamba Allah. Dengan begitu, ia akan selalu berusaha untuk taat dan menjauhi maksiat.
Sejak dini, masyarakat dipahamkan tentang konsep ujian atau problematika kehidupan yang pasti akan terjadi pada setiap manusia. Masyarakat juga akan dipahamkan bahwa setiap ada ujian datang, Allah selalu memberikan pada manusia kemampuan untuk menyelesaikannya.
Ketika generasi ditimpa masalah, mereka akan fokus untuk berupaya menyelesaikan masalahnya sesuai dengan syariat Islam. Masalah yang muncul pada generasi pun sejatinya tidak akan lahir dari problem sistemik sebagaimana dalam sistem kapitalisme. Sebab, masyarakat dalam sistem Islam akan hidup dalam suasana Islami. Mereka berlomba-lomba dalam mengerjakan amal saleh, bukan berlomba-lomba mengejar materi dan kesenangan duniawi. Mereka akan terbiasa melakukan aktivitas amar ma'ruf nahi munkar sehingga pemahaman Islam dalam diri umat termasuk generasi akan semakin menancap kuat.
Dengan demikian, akan terbentuk generasi yang memahami cara menyelesaikan persoalan dalam hidup yang didukung dengan sistem pendidikan Islam. Tujuan pendidikan berasaskan akidah Islam adalah menciptakan generasi yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam dan Iptek. Dengan begitu, wajar jika sistem Islam mampu melahirkan generasi-generasi yang tangguh, bukan generasi yang rapuh dan mudah menyerah.
Sistem Islam juga memfasilitasi generasinya untuk menuntut ilmu. Selain memberikan pendidikan gratis dan berkualitas, sistem Islam juga menyiapkan orang tua untuk memiliki kemampuan mendidik generasi dengan cara dan tujuan yang benar. Sungguh hanya sistem Islam yang mampu mencetak generasi tangguh dan membangun peradaban gemilang. Wallahua'alam bishawab.
Oleh: Rukmini
Sahabat Tinta Media