Tinta Media - Selain dalam kehidupan pribadi atau individu, menurut Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY), takwa juga harus tampak dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat di antaranya adalah ketika menjadi
pemimpin dalam arti sempit maupun luas.
“Perwujudan takwa itu seharusnya tidak hanya muncul dalam
kehidupan pribadi, namun juga harus tampak dalam kehidupan sosial di
tengah masyarakat di antaranya adalah ketika menjadi pemimpin dalam arti sempit
maupun luas,” ucapnya dalam Siaran Live: Hakekat Idul Fitri dan Taqwa: Taqwa
Negara, Gimana? Di kanal Youtube UIY Official, Ahad (7/4/2024).
Yang dimaksud pemimpin dalam arti sempit, menurut UIY,
adalah seperti pemimpin sebuah lembaga, badan, organisasi dan sejenisnya.
Sedangkan pemimpin dalam arti luas adalah pemimpin sebuah negara.
“Sebagai muslim, takwa itu harus muncul di setiap waktu dan
tempat di mana pun kalian berada. Artinya dalam setiap posisi apa pun, takwa
itu harus muncul dan selalu melekat atau mentajasad. Tidak mungkin seorang
muslim bertakwa hanya dalam kehidupan pribadi tapi tidak dalam kehidupan
sosial, politik, dan masyarakat,” urainya.
UIY menjelaskan ketika semakin besar posisi atau kedudukan
di dalam masyarakat, maka kebutuhan akan ketakwaan akan semakin besar. Hal ini
karena jika ketakwaan itu membawa kebaikan maka semakin besar kedudukan
seseorang, kebaikan itu juga akan semakin besar ditimbulkan oleh yang
bersangkutan.
“Jika kedudukan dan kewenangannya makin tinggi, maka makin
luas pengaruh jika kewenangannya disertai dengan ketakwaan yang akan
menghasilkan kebaikan yang makin besar dan makin luas. Sebaliknya jika tidak
disertai dengan ketakwaan maka akan menimbulkan kerusakan yang sangat besar dan
sangat luas pula,” ulasnya.
UIY mengibaratkan andai disuruh memilih, lebih baik
menyingkirkan takwa di dalam kehidupan pribadi karena dampak rusaknya hanya
pada pribadi atau individu itu saja. Berbeda jika ketakwaan itu hilang dari
kehidupan bernegara, maka dampak rusaknya akan sangat luas. Namun ia menegaskan
pilihan ini tentu tidak boleh kita lakukan.
“Negara yang bertakwa digambarkan dengan sangat bagus oleh
Imam Ghazali dalam kitab Al- i'tiqod fii al-iqtishodi menyebutkan agama
dan kekuasaan itu seperti saudara kembar. Jadi institusi negara harus punya
landasan agama untuk mengatur kehidupan masyarakatnya. Inilah relasi takwa
dalam kehidupan bernegara,” tutupnya.[] Erlina
Rabu, 10 April 2024
Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.