Inilah Perwujudan Takwa dalam Kehidupan Sosial - Tinta Media

Rabu, 10 April 2024

Inilah Perwujudan Takwa dalam Kehidupan Sosial

Tinta Media - Selain dalam kehidupan pribadi atau individu, menurut Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY), takwa juga harus tampak dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat di antaranya adalah ketika menjadi pemimpin dalam arti sempit maupun luas.

“Perwujudan takwa itu seharusnya tidak hanya muncul dalam kehidupan pribadi, namun juga harus tampak  dalam kehidupan sosial di tengah masyarakat di antaranya adalah ketika menjadi pemimpin dalam arti sempit maupun luas,” ucapnya dalam Siaran Live: Hakekat Idul Fitri dan Taqwa: Taqwa Negara, Gimana? Di kanal Youtube UIY Official, Ahad (7/4/2024).

Yang dimaksud pemimpin dalam arti sempit, menurut UIY, adalah seperti pemimpin sebuah lembaga, badan, organisasi dan sejenisnya. Sedangkan pemimpin dalam arti luas adalah pemimpin sebuah negara.

“Sebagai muslim, takwa itu harus muncul di setiap waktu dan tempat di mana pun kalian berada. Artinya dalam setiap posisi apa pun, takwa itu harus muncul dan selalu melekat atau mentajasad. Tidak mungkin seorang muslim bertakwa hanya dalam kehidupan pribadi tapi tidak dalam kehidupan sosial, politik, dan masyarakat,” urainya.

UIY menjelaskan ketika semakin besar posisi atau kedudukan di dalam masyarakat, maka kebutuhan akan ketakwaan akan semakin besar. Hal ini karena jika ketakwaan itu membawa kebaikan maka semakin besar kedudukan seseorang, kebaikan itu juga akan semakin besar ditimbulkan oleh yang bersangkutan.

“Jika kedudukan dan kewenangannya makin tinggi, maka makin luas pengaruh jika kewenangannya disertai dengan ketakwaan yang akan menghasilkan kebaikan yang makin besar dan makin luas. Sebaliknya jika tidak disertai dengan ketakwaan maka akan menimbulkan kerusakan yang sangat besar dan sangat luas pula,” ulasnya.

UIY mengibaratkan andai disuruh memilih, lebih baik menyingkirkan takwa di dalam kehidupan pribadi karena dampak rusaknya hanya pada pribadi atau individu itu saja. Berbeda jika ketakwaan itu hilang dari kehidupan bernegara, maka dampak rusaknya akan sangat luas. Namun ia menegaskan pilihan ini tentu tidak boleh kita lakukan.

“Negara yang bertakwa digambarkan dengan sangat bagus oleh Imam Ghazali dalam kitab  Al- i'tiqod fii al-iqtishodi menyebutkan agama dan kekuasaan itu seperti saudara kembar. Jadi institusi negara harus punya landasan agama untuk mengatur kehidupan masyarakatnya. Inilah relasi takwa dalam kehidupan bernegara,” tutupnya.[] Erlina

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :