Indonesia Harus Bersyukur dengan Transisi Energi - Tinta Media

Kamis, 25 April 2024

Indonesia Harus Bersyukur dengan Transisi Energi

Tinta Media - Indonesia memiliki banyak sekali kesempatan untuk mengambil manfaat atas agenda transisi energi yang dijalankan melalui skema atau rumus Net Zero Emission (NZE), mengapa? karena Indonesia adalah satu satunya negara terluas di dunia yang memiliki kekayaan alam terlengkap dan paling siap menjalankan agenda ini. Sementara banyak negara yang super kaya dan negara industri maju menggelepar oleh isu ini, karena ibarat ikan air tawar dimasukkan ke laut. Kira-kira kayak apa masalah mereka itu.

Memang ada segelintir oligarki yang akan terkena dampak atas agenda ini, dikarenakan memang mereka menjalankan bisnis pengerukan sumber daya alam dan eksploitasi energi kotor, akan tetapi dampak itu dapat diminimalisasi jika mereka memiliki komitmen yang baik kepada lingkungan hidup dan mau melakukan sedikit investasi bagi lingkungan. Tetapi jika mereka tidak mau, maka mereka akan rugi sendiri, alam akan menghukum mereka dan bisnisnya tersebut.

Karena opportunity dalam transisi energi begitu besar. Indonesia memiliki hutan tropis terluas di dunia. Lebih dari 100 juta hektar. Pohon-pohon dapat tumbuh dengan sangat cepat, jika ditanami sekarang maka dapat dimanfaatkan hasilnya pada 2040 nanti, saat itu negara-negara industri maju sudah dalam komitmen penuh mencapai net zero atau nol bersih. Jadi mereka tidak boleh utang emisi lagi. Jadi mereka harus memiliki investasi karbon yang dapat membalance secara penuh emisi yang mereka hasilkan, sehingga tercapai net zero. Maka saat itu hutan Indonesia akan bernilai sangat besar, maka saat itu setiap satu dolar akan diukur dengan setiap pohon sebagai jangkarnya.

Ingat bahwa isu transisi energi adalah pukulan keras terhadap minyak, pukulan itu mengarah ke jantung utama penggerak kapitalisme merusak sekarang ini yakni petro dolar system. Rezim keuangan yang sangat eksklusif atau tertutup, sentralistik dan  tidak transparan dan tidak demokratis. Rezim printing uang yang hanya bermodal kertas dan tinta. Gak perlu kerja, uang tinggal print. Pesugihan kelas satu.

Mula-mula transisi energi akan mengakhiri industri minyak dan gas sebagai penggerak dunia karena sudah sangat membahayakan ekosistem. Dunia ibarat gelembung tertutup yang dipenuhi asap polusi minyak yang jika tidak ditanggulangi maka akan menjadi sumber penyakit, pohon tidak tumbuh,  tanam tidak berbuah, makhluk hidup di dalamnya akan terancam musnah.

Berakhirnya Industri minyak harus dipahami sebagai berakhirnya ketergantungan yang besar Indonesia kepada minyak dan gas impor. Sekarang ini Indonesia mengimpor lebih dari separuh kebutuhan minyak nasional. Kenaikan harga minyak selalu menciptakan ancaman yang besar pada ekonomi. Demikian juga naiknya harga dolar sebagai mata uang untuk membeli minyak membahayakan negara secara politik. Minyak membuat bangsa Indonesia hidup dalam ketergantungan dan ketidakpastian yang membahayakan.

Bagaimana dengan batu bara yang merupakan penghasil emisi terbesar di atas minyak? Bukankah Indonesia eksportir terbesar batu bara? Sementara batu bara telah dijadikan target utama untuk dihentikan menurut kesepakatan internasional di bawah UNFCC yakni COP, bukankah itu merugikan Indonesia?

Benar kita mengekspor 700 juta ton batu bara setahun, terbesar di dunia, bernilai sekurang-kurangnya 105 miliar dolar atau sekurang-kurangnya 1600 triliun rupiah. Namun batu bara itu bukan punya negara kita, tapi punya swasta dan asing. Penerimaan negara tidak lebih dari 5 persen pendapatan sektor batu bara. Jadi batu bara sama sekali tidak significant bagi negara dan rakyat. Uang hasil batu bara kabur ke luar negeri dalam sistem devisa bebas.

Lalu bagaimana batu bara yang digunakan untuk pembangkit listrik nasional? bukankah itu harganya ditetapkan pemerintah agar  listrik Indonesia menyala? Ya betul walaupun harganya ditetapkan di bawah harga pasar, tapi pemilik pembangkit adalah mereka yang mengonsumsi batu baranya sendiri. Sebanyak 70 persen lebih pembangkit batu bara utilization saat ini adalah pembangkit swasta. Seluruh batu bara mereka yang ditetapkan harganya lebih murah tersebut digantikan dengan harga listrik yang wajib dibeli oleh negara melalui PLN dengan dana subsidi dan kompensasi listrik. Sementara 70 persen listrik nasional tidak terjual atau over supply. Jadi keberadaan batu bara dan pembangkit batu bara tersebut malah membebani keuangan negara, tidak sebanding dengan kontribusi mereka.

Namun bukan hanya bagian ini yang menjelaskan pentingnya transisi energi bagi Indonesia. Ada yang lebih besar lagi yakni ekonomi negara yang menyebut dirinya sebagai negara maju sekarang seluruh aset dan kekayaan Industri mereka menjadi beban, harus mereka kurangi, harus merela musnahkan. Tadinya aset atau kekayaan berharga sekarang malah menjadi utang dan beban. Sementara bagi Indonesia tadinya memelihara sumber daya alam menjadi beban, namun sekarang memelihara SDA, melestarikan lingkungan adalah opportunity ekonomi yang membawa cuan besar. Begitu Gas! 

Oleh : Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :