Tinta Media - Operasi pasar murah bersubsidi dan bazar Ramadan 1445 Hijriah digelar oleh Pemerintah Kabupaten Bandung dalam rangka membantu masyarakat yang tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Bandung. Operasi ini sekaligus sebagai kegiatan hari jadi Kabupaten Bandung yang ke-383.
Dengan didampingi Bunda Bedas sekaligus Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bandung, Bupati Bandung Dadang Supriatna menghadiri pembukaan Bazar Ramadan di Lapangan Upakarti Komplek Pemkab Bandung pada hari Senin 25/3/2024. (HIBAR PGRI)
Menurut Kang DS, untuk mempertahankan inflasi, hal yang perlu dilakukan adalah dengan melaksanakan bazar Ramadan dan pasar murah dengan paket sembako bersubsidi sebanyak 10.990 paket. Harga sebelum disubsidi Rp170.900/paket, lalu disubsidi menjadi Rp73.000 oleh Pemkab Bandung. Paket sembako tersebut diserahkan secara simbolis ke 4 kecamatan dengan harapan akan meringankan warga yang membutuhkan. Ada 10.990 orang atau KPM (keluarga penerima manfaat) yang sudah didaftar.
Di tengah harga-harga sembako yang melonjak naik menjelang Idul Fitri, adanya pasar murah bersubsidi dan bazar Ramadan diharapkan bisa menstabilkan inflasi di Kabupaten Bandung, mendorong pertumbuhan ekonomi untuk mendukung pembangunan di Kabupaten Bandung.
Tepatkah Solusi Itu?
Ramadan dan Idul Fitri adalah bulan yang dinantikan masyarakat, terutama yang beragama Islam, bulan penuh keberkahan. Mirisnya, kenaikan harga bahan pokok seolah sudah menjadi tren pada saat menjelang hari raya Idul Fitri. Masyarakat seolah sudah terbiasa menghadapi hal itu, bahkan sebelum Ramadan pun harga-harga bahan pokok sudah merangkak naik.
Di tengah situasi sulit seperti ini, masyarakat harus memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Belum lagi bagi warga yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, pasti akan terasa begitu berat. Tidak sedikit yang menjadi stres dan akhirnya gelap hati sehingga melakukan tindakan kejahatan, seperti mencuri, merampok, menjambret, dan sebagainya. Miris sekali, bukan?
Pada dasarnya, melambungnya harga bahan pokok bukanlah karena kurangnya suplai, akan tetapi imbas dari permainan para oligarki atau lebih dikenal dengan permainan spekulasi global. Ini adalah buah dari penerapan sistem ekonomi kapitalis, bukan karena kelangkaan barang.
Jelas, ini hanya karena monopoli para mafia pangan yang ingin meraup keuntungan untuk segelintir orang. Itulah watak dari sistem ekonomi kapitalis yang sangat merugikan rakyat.
Adanya operasi pasar murah jelang Ramadan sejatinya bukan solusi tepat untuk mengatasi masalah kenaikan harga karena fakta di lapangan sungguh memprihatinkan. Ketika warga sudah antre dari pagi untuk membeli sembako murah dengan membawa semua persyaratan seperti KK dan KTP, ternyata ditolak dengan alasan bukan warga asli daerah tersebut. Padahal, dalam pemberitahuan sebelumnya, tidak ada aturan tersebut.
Entah itu permainan para perangkat desa atau yang lainnya, wallahu a'lam. Yang jelas, warga sangat kecewa. Namun, mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan dan pulang dengan tangan kosong.
Kemudian juga di alun-alun Cimahi, masyarakat berebut untuk mendapatkan beras murah. Dalam sekejap, 10 ton beras SPHP langsung ludes sehingga banyak warga yang tidak kebagian. Lagi-lagi mereka hanya bisa pasrah. Ngenes, kan?
Itulah sekelumit fakta memprihatinkan di tengah kondisi masyarakat ekonomi rendah. Begitulah kesemrawutan tata-kelola dalam sistem kapitalisme sekuler. Negara hanya regulator dan tidak benar-benar mengurus rakyat dengan baik, justru diserahkan kepada asing dan aseng dengan legalisasi undang-undang.
Bagaimana solusi Islam? Tidak lain adalah dengan beralih ke sistem ekonomi Islam. Karena Islam begitu sempurna dan komprehensif mengatur kehidupan manusia. Islam sangat memperhatikan masalah kebutuhan dasar rakyat, yaitu pangan, sandang, dan papan (tempat tinggal). Semua itu menjadi tanggung jawab negara (khalifah) yang meri'ayah (mengurusi) rakyatnya dengan aturan sahih yang berasal dari Allah Swt.
Islam memandang bahwa pengelolaan sumber daya alam harus ditentukan oleh syariat, tidak diserahkan kepada asing. Tidak ada monopoli pasar dan berbagai praktik yang menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan syara.
Selain itu, keimanan dan ketundukan kepada Allah akan menjaga individu, masyarakat dari perbuatan yang merugikan orang lain. Sanksi tegas dalam Islam akan meminimalisir tindakan sewenang-wenang terhadap rakyat.
Begitulah indahnya Islam ketika syariatnya dipakai untuk mengatur urusan rakyat oleh seorang khalifah. Untuk dapat mewujudkannya, maka harus ada institusi negara yang independen yang mampu mengatur kestabilan harga pangan, yaitu daulah khilafah Islamiyyah. Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Dartem
Sahabat Tinta Media