Cengkeraman Investor Menggadai Kedaulatan - Tinta Media

Senin, 01 April 2024

Cengkeraman Investor Menggadai Kedaulatan

Tinta Media - Utang menjadi salah satu harapan yang digaungkan mampu meningkatkan kemajuan suatu negara. Namun, mengapa begitu banyak jebakan maut yang disajikan dari konsep ini?

Konsep Rusak

Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran modal asing keluar bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp 6,68 triliun pada periode 18-21 Maret 2024 (antaranews.com, 22/3/2024).

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyatakan bahwa nilai tersebut terdiri dari aliran modal asing keluar bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp8,20 triliun dan Rp 0,25 triliun. Sedangkan modal asing masuk bersih di pasar saham senilai Rp1,77 triliun.

BI terus berusaha untuk memperkuat koordinasi antara pemerintah dengan otoritas terkait.  Demi mengoptimalkan strategi pembauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Konsep pembangunan yang selalu disandarkan pada konsep investasi adalah konsep yang absurd. Konsep tersebut menunjukkan betapa lemahnya ekonomi dalam negeri sehingga selalu beranggapan membutuhkan topangan dari kucuran dana investasi. Dan hal tersebut dipandang sebagai hal yang wajar dan logis dalam sistem ekonomi yang kini diterapkan. Pertumbuhan ekonomi dipandang sebagai kemampuan negara dalam menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah besar. Dan dalam volume yang selalu mengalami peningkatan. Sehingga aktivitas produksi dianggap sebagai satu-satunya fokus aktivitas ekonomi.

Dalam proses produksi, dipandang membutuhkan investasi untuk biaya operasional. Konsep ini jelas konsep yang bias. Karena produksi sama sekali tidak mampu menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dari sinilah masalah muncul. Aktivitas distribusi tidak dipandang sebagai hal yang juga penting. Sehingga timbul masalah sulitnya akses barang dan jasa oleh masyarakat secara umum. Wajar saja, saat jurang ekonomi semakin tampak. Si kaya dan si miskin semakin terpisahkan secara ekonomi sebagai bentuk perbedaan kemampuan mengakses kebutuhan hidup.

Buktinya, pembangunan yang kian masif dan sistematis kian menciptakan kesenjangan ekonomi. Di tengah hingar bingar modernnya pembangunan, banyak lapisan masyarakat yang kelaparan tanpa perlindungan tempat tinggal yang layak.

Sementara investasi yang dianggap sebagai pendongkrak ekonomi, faktanya hanya menciptakan penjajahan bagi rakyat. Meskipun tidak dirasakan langsung sebagai bentuk penjajahan riil. Namun, dampaknya sangat merusak. Dan inilah yang kini terjadi secara umum di negeri kita dan hampir sebagian besar negara muslim di dunia.

Betapa rusaknya sistem ekonomi ala kapitalisme yang kini dijadikan pijakan. Konsepnya yang rusak, pasti akan merusak sendi kehidupan masyarakat. Karena sistem ini hanya mencari kesempatan demi meraup keuntungan berlebih untuk para penguasa dan oligarki pengusaha. Kepentingan rakyat otomatis terpinggirkan secara realistis.

Tidak hanya itu, pembiayaan melalui berbagai pintu investasi asing pun menjadi pintu "bunuh diri" secara politis. Karena dengan metode tersebut, akan mengancam kedaulatan eksistensi suatu negara. Demikian diungkapkan Syekh Abdurrahman Al Maliki dalam Kitab Politik Ekonomi Islam. Investasi menjadi jalan ampuh yang digunakan pihak asing dalam mengintervensi kebijakan negara. Wajar saja, saat suatu negara dikuasai negara asing berawal dari metode investasi yang diberikan.

Di sisi lain, negara hanya berfungsi sebagai regulator yang memuluskan kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan para investor. Iklim bisnis yang diciptakan negara semakin kondusif sehingga investasi pun makin langgeng. Inilah penjajahan neo imperialisme yang tercipta dari konsep kapitalisme yang destruktif. Alhasil, rakyat semakin sulit mengakses kebutuhan hidupnya. Mekanisme pelayanan rakyat diberikan dalam bentuk bisnis. Sumber daya secara umum dikuasai investor. Rakyat harus merogoh kocek dalam-dalam demi setiap kebutuhannya. Kebutuhan pangan, papan, kesehatan dan pendidikan, semua harus dibayar mahal. Beban rakyat pun kian berat.

Tidak hanya itu, dampak penerapan kebijakan investasi asing ini pun mengakibatkan membengkaknya utang negara. Salah satu contohnya, kekuatan rupiah yang disandarkan pada dolar. Nilai rupiah sering anjlok dan keadaan ini memukul sektor perekonomian dalam negeri. Salah satu ciri negara berdaulat adalah tangguhnya mata uang yang diterapkan di negara tersebut. Namun, dalam sistem kapitalisme saat ini negara sama sekali tidak mampu berdaulat dan selalu dalam jebakan setir kebijakan asing. Memilukan.

Sistem Ekonomi Islam, Satu-satunya Sistem Tangguh

Dalam konsep Islam, kriteria pemerataan ekonomi merupakan terpenuhinya seluruh kebutuhan primer masyarakat, mulai dari kebutuhan sandang, pangan papan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan yang layak individu per individu. Bukan berdasarkan sampel saja.

Dengan konsep tersebut, proses produksi, distribusi, dan konsumsi akan mencapai pada titik keseimbangan dalam memenuhi kepentingan individu masyarakat. Demi mencapai kesejahteraan yang merata di seluruh bidang.

Begitu pula dengan konsep pembangunan infrastruktur. Pembangunan didasarkan pada kebutuhan rakyat. Bukan proyek berbasis keuntungan seperti dalam mekanisme investasi asing. Paradigma ini membutuhkan sistem ekonomi kuat, yakni sistem ekonomi Islam yang tangguh dan mandiri secara finansial.

Syekh Taqiyuddin an Nabhani mengungkapkan dalam Kitab Nidzamul Islam, bahwa sistem keuangan negara Islam berbasis pada konsep Baitul Maal, yang memiliki tiga pos kepemilikan. Yakni pos kepemilikan negara, kepemilikan umum dan pos zakat. Masing-masing pos memiliki jalur pengeluaran. Negara dapat mengambil pos kepemilikan negara dan umum untuk pembangunan. Dan kekuatan ini mampu menghantarkan negara pada kemandirian secara politik dan ekonomi.

Semua konsep ini hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam dalam wadah institusi khilafah. Satu-satunya institusi yang amanah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Negara berdaulat, dan kuat. Dengannya rahmat Allah SWT. tercurah, hidup umat pun bergelimang berkah.Wallaahu a'lam bisshowwab.

Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :