Tinta Media - Utang menjadi salah satu harapan yang digaungkan mampu
meningkatkan kemajuan suatu negara. Namun, mengapa begitu banyak jebakan maut
yang disajikan dari konsep ini?
Konsep Rusak
Bank Indonesia (BI) mencatat adanya aliran modal asing
keluar bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp 6,68 triliun pada periode
18-21 Maret 2024 (antaranews.com, 22/3/2024).
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyatakan
bahwa nilai tersebut terdiri dari aliran modal asing keluar bersih di pasar
Surat Berharga Negara (SBN) dan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)
masing-masing sebesar Rp8,20 triliun dan Rp 0,25 triliun. Sedangkan modal asing
masuk bersih di pasar saham senilai Rp1,77 triliun.
BI terus berusaha untuk memperkuat koordinasi antara
pemerintah dengan otoritas terkait. Demi mengoptimalkan strategi
pembauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Konsep pembangunan yang selalu disandarkan pada konsep
investasi adalah konsep yang absurd. Konsep tersebut menunjukkan betapa
lemahnya ekonomi dalam negeri sehingga selalu beranggapan membutuhkan topangan
dari kucuran dana investasi. Dan hal tersebut dipandang sebagai hal yang wajar
dan logis dalam sistem ekonomi yang kini diterapkan. Pertumbuhan ekonomi
dipandang sebagai kemampuan negara dalam menghasilkan barang dan jasa dalam
jumlah besar. Dan dalam volume yang selalu mengalami peningkatan. Sehingga
aktivitas produksi dianggap sebagai satu-satunya fokus aktivitas ekonomi.
Dalam proses produksi, dipandang membutuhkan investasi untuk
biaya operasional. Konsep ini jelas konsep yang bias. Karena produksi sama
sekali tidak mampu menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dari
sinilah masalah muncul. Aktivitas distribusi tidak dipandang sebagai hal yang
juga penting. Sehingga timbul masalah sulitnya akses barang dan jasa oleh
masyarakat secara umum. Wajar saja, saat jurang ekonomi semakin tampak. Si kaya
dan si miskin semakin terpisahkan secara ekonomi sebagai bentuk perbedaan
kemampuan mengakses kebutuhan hidup.
Buktinya, pembangunan yang kian masif dan sistematis kian
menciptakan kesenjangan ekonomi. Di tengah hingar bingar modernnya pembangunan,
banyak lapisan masyarakat yang kelaparan tanpa perlindungan tempat tinggal yang
layak.
Sementara investasi yang dianggap sebagai pendongkrak
ekonomi, faktanya hanya menciptakan penjajahan bagi rakyat. Meskipun tidak
dirasakan langsung sebagai bentuk penjajahan riil. Namun, dampaknya sangat
merusak. Dan inilah yang kini terjadi secara umum di negeri kita dan hampir
sebagian besar negara muslim di dunia.
Betapa rusaknya sistem ekonomi ala kapitalisme yang kini
dijadikan pijakan. Konsepnya yang rusak, pasti akan merusak sendi kehidupan
masyarakat. Karena sistem ini hanya mencari kesempatan demi meraup keuntungan
berlebih untuk para penguasa dan oligarki pengusaha. Kepentingan rakyat
otomatis terpinggirkan secara realistis.
Tidak hanya itu, pembiayaan melalui berbagai pintu investasi
asing pun menjadi pintu "bunuh diri" secara politis. Karena dengan metode
tersebut, akan mengancam kedaulatan eksistensi suatu negara. Demikian
diungkapkan Syekh Abdurrahman Al Maliki dalam Kitab Politik Ekonomi Islam.
Investasi menjadi jalan ampuh yang digunakan pihak asing dalam mengintervensi
kebijakan negara. Wajar saja, saat suatu negara dikuasai negara asing berawal
dari metode investasi yang diberikan.
Di sisi lain, negara hanya berfungsi sebagai regulator yang
memuluskan kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan para investor. Iklim bisnis yang
diciptakan negara semakin kondusif sehingga investasi pun makin langgeng.
Inilah penjajahan neo imperialisme yang tercipta dari konsep kapitalisme yang
destruktif. Alhasil, rakyat semakin sulit mengakses kebutuhan hidupnya.
Mekanisme pelayanan rakyat diberikan dalam bentuk bisnis. Sumber daya secara
umum dikuasai investor. Rakyat harus merogoh kocek dalam-dalam demi setiap
kebutuhannya. Kebutuhan pangan, papan, kesehatan dan pendidikan, semua harus
dibayar mahal. Beban rakyat pun kian berat.
Tidak hanya itu, dampak penerapan kebijakan investasi asing
ini pun mengakibatkan membengkaknya utang negara. Salah satu contohnya,
kekuatan rupiah yang disandarkan pada dolar. Nilai rupiah sering anjlok dan
keadaan ini memukul sektor perekonomian dalam negeri. Salah satu ciri negara
berdaulat adalah tangguhnya mata uang yang diterapkan di negara tersebut.
Namun, dalam sistem kapitalisme saat ini negara sama sekali tidak mampu
berdaulat dan selalu dalam jebakan setir kebijakan asing. Memilukan.
Sistem Ekonomi Islam, Satu-satunya Sistem Tangguh
Dalam konsep Islam, kriteria pemerataan ekonomi merupakan
terpenuhinya seluruh kebutuhan primer masyarakat, mulai dari kebutuhan sandang,
pangan papan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan yang layak individu per
individu. Bukan berdasarkan sampel saja.
Dengan konsep tersebut, proses produksi, distribusi, dan
konsumsi akan mencapai pada titik keseimbangan dalam memenuhi kepentingan
individu masyarakat. Demi mencapai kesejahteraan yang merata di seluruh bidang.
Begitu pula dengan konsep pembangunan infrastruktur.
Pembangunan didasarkan pada kebutuhan rakyat. Bukan proyek berbasis keuntungan
seperti dalam mekanisme investasi asing. Paradigma ini membutuhkan sistem
ekonomi kuat, yakni sistem ekonomi Islam yang tangguh dan mandiri secara
finansial.
Syekh Taqiyuddin an Nabhani
mengungkapkan dalam Kitab Nidzamul Islam, bahwa sistem keuangan negara
Islam berbasis pada konsep Baitul Maal, yang memiliki tiga pos kepemilikan.
Yakni pos kepemilikan negara, kepemilikan umum dan pos zakat. Masing-masing pos
memiliki jalur pengeluaran. Negara dapat mengambil pos kepemilikan negara dan
umum untuk pembangunan. Dan kekuatan ini mampu menghantarkan negara pada
kemandirian secara politik dan ekonomi.
Semua konsep ini hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam
dalam wadah institusi khilafah. Satu-satunya institusi yang amanah yang dicontohkan
Rasulullah SAW. Negara berdaulat, dan kuat. Dengannya rahmat Allah SWT.
tercurah, hidup umat pun bergelimang berkah.Wallaahu a'lam bisshowwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor