Ramadan di Tengah Harapan Pembebasan Palestina - Tinta Media

Minggu, 17 Maret 2024

Ramadan di Tengah Harapan Pembebasan Palestina

Tinta Media - Alhamdulillah, Ramadhan sudah tiba. Harapan kita sebagai seorang muslim tentunya akan menyambutnya dengan suka cita. Namun, di tengah kegembiraan itu, kita masih berduka karena saudara-saudara kita di Palestina masih dalam cengkeraman Zionis Yahudi laknatullah. Serangan-serangan yang membabi buta menyebabkan korban jiwa yang luar biasa. Korban yang berjatuhan bukan hanya dari kalangan tentara yang berjuang, terapi juga dari kalangan laki-laki rakyat sipil, perempuan, bahkan anak-anak.

Ironisnya, negeri-negeri muslim terdekat, seperti Mesir menutup mata akan musibah yang menimpa saudaranya. Mereka berpesta pora dengan hidangan yang lezat, sementara rakyat Palestina dalam keadaan kelaparan. Tembok tinggi mereka bangun, sementara rakyat Palestina butuh perlindungan. Harapan warga Gaza agar Mesir membukukan pintu untuk melindungi jiwa saudaranya tak digubris.

Apa yang terjadi di Palestina harusnya membuka mata bahwa kita harus membela saudara yang saat ini dibombardir dan terusir dari negerinya sendiri. Rakyat Palestina berjuang sendiri menghadapi penjajah Yahudi laknatulah. Padahal, mereka tidak memiliki alat tempur yang canggih, sedangkan Zionis Yahudi mendapat bantuan senjata dari negara-negara imperialis dunia seperti AS, Inggris, dan para sekutunya.

Sekat-sekat nasionalisme telah membuat kaum muslimin di dunia yang jumlahnya banyak bagaikan buih di lautan. Meskipun jumlah penduduk muslim lebih dari 2 miliar, tetapi tidak memiliki kekuatan sedikit pun. Persatuan kaum muslimin buyar sejak runtuhnya Kekhilafahan Turki Utsmaniyah. 

Nasionalisme seakan membuat seluruh negeri muslim mati rasa dari penderitaan saudaranya.

Palestina merupakan tanah yang diberkahi Allah Swt. karena di sana tempat lahirnya para nabi. Di sana juga tempat Rasulullah saw. melakukan perjalanan ke Mi'raj. Namun, tanah yang mulia itu hari ini ternodai oleh sekat-sekat nasionalisme.

Bumi yang penuh berkah ini tidak lagi mendapat penjagaan dari kaum muslimin. Mereka hidup dalam keadaan nyaman, sementara rakyat Gaza bertarung mempertahankan nyawa dan kehormatan Islam. Padahal, saat ini kita berada di bulan Ramadan yang mulia, tetapi mereka berada dalam ketakutan.

Meski begitu, kita belajar dari penduduk Gaza bahwa mereka tidak pernah patah arang. Mereka senantiasa meningkatkan keimanan dengan terus menghafalkan Al-Qur'an. Bukti kegigihan mereka terlihat dari para wanitanya. Para wanita Gaza mengatakan bahwa mereka sengaja memakai penutup aurat sempurna saat tidur sehingga saat rumah mereka dibombardir, mayat mereka akan ditemukan dalam keadaan menutup aurat.

Bantuan kemanusiaan yang sempat dikirimkan dari negara-negara yang masih peduli dengan mereka pun dihadang, tidak bisa masuk ke Palestina. Truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan itu antre di depan pintu Rafah di perbatasan Mesir-Gaza. Truk-truk itu tidak bisa masuk karena perjanjian yang disepakati antara Mesir dan Israel. 

Inilah bahayanya jika kaum muslimin tidak memiliki pelindung yang mampu memberikan rasa aman, nyaman, dan senantiasa berada di garis terdepan. Sebagaimana Rasulullah saw.  pernah bersabda,

"Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah 'Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya." [Hr. Bukhari dan Muslim]

Imam Ibnu Bathal menegaskan bahwa (الإمام جنة) itu sebagai pelindung interaksi manusia satu sama lain. Fungsi penguasa menurut Allah Swt. adalah melindungi kaum yang lemah di antara manusia, yakni pelindung, penjaga harta, dan kehormatan orang-orang beriman.

Sebagaimana dulu ketika orang-orang Yahudi berusaha memanfaatkan krisis keuangan Khilafah Utsmaniyah. Bapak Yahudi, Theodore Hertzl menawarkan bantuan keuangan kepada khalifah sebagai kompensasi penempatan mereka di tanah Palestina. 

Namun, Sultan Abdul Hamid II menolak tegas. Dengan lantang dan penuh Wibawa, beliau menyampaikan pernyataan yang sangat terkenal, 

"Nasihatilah Doktor Hertz, janganlah dia mengambil langkah serius dalam hal ini. Sungguh, aku tidak akan melepaskan bumi Palestina, meskipun hanya sejengkal. Tanah Palestina bukan milikku, tetapi milik kaum muslimin. Rakyatku berjihad untuk menyelamatkan tanah ini dan mengalirkan darah demi tanah ini. Hendaknya kalian menyimpan saja uangnya. Jika suatu hari khilafah terkoyak-koyak, saat itulah mereka akan sanggup merampas Palestina tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun. Selagi aku masih hidup, maka goresan pisau di tubuhku terasa ringan bagiku daripada aku harus menyaksikan Palestina terlepas dari khilafah. Ini adalah perkara yang tidak boleh terjadi."

Palestina Harus Dibela

Keutamaan yang Allah berikan untuk tanah Palestina dan fakta-fakta yang terjadi merupakan hal penting yang harus diketahui dan dipahami oleh setiap muslim. Seorang muslim harus menentukan sikap terhadap permasalahan Palestina. Apalagi, kondisi saudara-saudara kita di Palestina sudah sedemikian rupa penderitaannya. Sebaliknya, kekejaman yang dilakukan oleh Zionis Yahudi sudah sedemikian biadabnya, hingga tidak bisa ditolerir lagi.

Sudah saatnya seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memberikan perhatian khusus terhadap permasalahan yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina. Perjuangan yang dilakukan harus bersifat hakiki, yakni solusi yang menyelesaikan akar masalah. Kejahatan, kekejaman, dan kebiadaban yang dilakukan oleh Zionis Yahudi laknatullah adalah sesuatu yang harus dilawan dengan sungguh-sungguh.

Satu-satunya solusi bagi permasalahan Palestina adalah dengan cara mengusir Yahudi Israel dari bumi Palestina. Tentu dengan mengirimkan tentara-tentara muslim dari negeri-negeri muslim untuk melakukan jihad fisabilillah. Namun, jihad hanya bisa dilakukan jika dikomando oleh seorang pemimpin layaknya  ketegasan Sultan Hamid II saat menolak tawaran Hedzl. 

Muslim itu bagaikan satu tubuh di mana ketika satu tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya akan mengalami sakit. Satu-satunya upaya untuk menghilangkan kesakitan itu adalah dengan jihad. Secara syarik, Allah Swt. mewajibkan adanya jihad. Jihad adalah bagian dari ajaran Islam. 

Jihad adalah perang melawan kaum kafir dalam menegakkan agama Allah Swt. dan menolong kaum muslimin yang dizalimi. Allah Swt. telah berfirman,

"Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian." (QS. Al Baqarah [2]: 91). 

Untuk mewujudkan syariat jihad, kita membutuhkan sebuah institusi, yaitu sebuah kekuatan negara adidaya yang akan melawan imperialisme kafir. Ini adalah amalan yang pahalanya luar biasa, ketika Allah Swt. menyerukan untuk berjihad menolong saudara-saudara di Palestina.

Umat membutuhkan seorang pemimpin yang mampu menyatukan seluruh dunia Islam agar menjadi pelindung bagi kaum muslimin. Umat membutuhkan seorang pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Islam secara sempurna di dalam kehidupan, hingga perlindungan terhadap agama, jiwa, nasab, kehormatan, akal, harta benda bisa terwujud. Pelaksanaan syariat yang sempurna akan mengantarkan pada kemerdekaan hakiki Palestina sehingga Ramadan dapat dilalui oleh setiap muslim dengan ketaatan dan ketenangan.



Oleh: Ummu Afifah 
(Terapis Tibun Nabawi)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :