Perempuan Menjadi Pelaku Bullying, Kok Bisa? - Tinta Media

Minggu, 17 Maret 2024

Perempuan Menjadi Pelaku Bullying, Kok Bisa?




Tinta Media - Masa remaja atau masa sekolah adalah masa anak-anak banyak bergaul dengan teman-temannya. Ini merupakan salah satu masa yang mengasyikkan. Memiliki teman yang sefrekuensi, bermain bersama, bercanda, bertukar cerita, dan lain-lain adalah aktivitas yang nantinya menjadi sebuah memori indah saat dikenang.

Akan tetapi, berbeda jika masa remaja ini diisi dengan kegiatan yang tidak baik, seperti melakukan perundungan. Perundungan ini akan memberi bekas yang sulit hilang, terutama bagi korban. 

Saat ini, perundungan tidak hanya dilakukan oleh anak laki-laki, tetapi juga anak perempuan. Mirisnya, perundungan yang dilakukan oleh anak perempuan tidak hanya secara verbal, tetapi juga dengan kekerasan fisik.

Seperti kasus perundungan yang videonya sedang viral di media sosial, empat tersangka telah ditetapkan oleh Polresta Barelang atas kasus bullying atau perundungan di Batam. (kompas.tv, 2/3/2024)

Kapolresta Barelang, Kombes Nugroho Tri mengatakan bahwa motif pelaku melakukan aksi perundungan adalah karena kesal dan sakit hati dengan korban. (liputan6.com, 3/3/2024)

Sangat disayangkan, anak-anak sekarang sudah berani melakukan kekerasan fisik kepada orang lain. Bahkan, hal tersebut dilakukan oleh anak perempuan, meskipun sebenarnya baik laki-laki maupun perempuan tidak bisa dibenarkan atas tindakan tersebut. Ini karena bullying yang terjadi membuat luka, baik fisik maupun mental. Trauma pasca perundungan pun akan membekas dalam jangka waktu yang relatif lama jika tidak diobati dengan serius.

Apakah yang sebenarnya menjadi penyebab seseorang melakukan perundungan?

Sekularisme dalam Kehidupan

Sekularisme ialah pemisahan agama dari kehidupan. Jika sekularisme diterapkan dalam kehidupan, akibatnya akan berdampak pada tingkah laku individu sehingga jauh dari agama. Bagaimana tidak, agama hanya digunakan dalam ibadah ritual saja. Sebagian besar aktivitas manusia tidak diatur dengan aturan yang berasal dari Sang Pencipta.

Aturan dari Sang Maha Kuasa seolah diabaikan. Padahal, aturan buatan manusia tak cukup menjerakan. Lalu, manusia pun menjadi bebas berbuat tanpa pertimbangan. Inilah yang menjadikan banyak sekali tindak kekerasan dan kejahatan. Salah satunya adalah perundungan.

Ini karena manusia jauh dari agama dan dibuat terlena oleh kebebasan, juga tidak mau tahu mengenai ajaran agama sebagai pedoman. Maka ketakwaan individu pun makin tersamarkan. 

Banyak individu tidak lagi memikirkan halal-haram atau baik-buruk dalam melakukan tindakan. Hal ini membuat individu tega berbuat kekerasan fisik maupun verbal, seperti perundungan. 

Orang tua yang kurang paham mengenai agama menjadi tidak bisa mendidik anak sesuai ajaran agama. Orang tua juga mungkin membebaskan anak memilih pergaulannya sendiri tanpa pantauan orang tua, sebab mungkin orang tua pun, baik ayah maupun ibu, sibuk bekerja di luar rumah. Atau mungkin, orang tuanya mengalami perceraian, sehingga anak kurang terdidik dengan baik.

Kalaupun mungkin ajaran di rumah sudah bagus, tetapi saat di lingkungan bermain, anak berteman dengan orang yang bermasalah. Akhirnya, anak pun secara tidak sadar mengikuti temannya tersebut. Ditambah lagi, lingkungan sekitar yang terkesan cuek dalam memperhatikan sekitarnya.

Pendidikan sekuler juga menjadikan anak tak banyak paham tentang agama. Anak-anak pun mungkin tidak takut pada Allah Swt. Ini terlihat dari banyaknya anak usia sekolah yang terlibat kasus bullying dan kasus kenakalan remaja lainnya. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan yang sekuler tidak mampu mencetak generasi cerdas, apalagi beriman dan bertakwa.

Selain itu, penerapan sanksinya pun mungkin tidak membuat jera, sehingga bermunculan kasus-kasus baru yang serupa. Anak-anak muda seakan tidak takut pada hukum yang sedang berlaku. Mereka seolah menganggap enteng hukum.

Lalu, bagaimana mengatasi kasus perundungan?

Penerapan Syariat Islam

Mengatasi kasus perundungan atau bullying yang terjadi tidak bisa hanya dilakukan oleh satu atau dua pihak saja. Ini butuh sinergitas antara diri sendiri, orang tua, lingkungan sekitar, sistem pendidikan, dan sanksi hukum. Selain itu, sumber masalahnya pun harus ditinggalkan. Sumber masalahnya ialah sekularisme.

Sekularisme harus ditinggalkan agar permasalahan hidup tidak terus-menerus berdatangan. Karena itu, kita harus kembali pada aturan yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta langit dan bumi ini, yaitu aturan yang berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah. Jika aturan Islam diterapkan di seluruh bagian kehidupan, keberkahan akan dirasakan. Hidup pun akan menjadi berkah, aman, tenang, dan sejahtera.

Lalu, bagaimana cara Islam mengatasi perundungan?

Pertama, setiap individu wajib belajar ilmu agama, sehingga jika nanti menjadi orang tua, ia paham tentang Islam. Ia akan menjadi orang tua yang berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menjaga amanah yang telah Allah Swt. titipkan padanya. Ia paham bahwa kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas anaknya.

Allah Swt. berfirman,

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6)

Orang tua akan mendidik anak dan mengenalkan Islam sedari dini. Orang tua pun akan mengontrol pergaulan anaknya agar tidak sampai jauh melewati batas.

Lalu, jika individu sudah belajar Islam sejak kecil, ia akan banyak mempertimbangkan segala perbuatannya. Ia akan paham bahwa Allah akan membalas setiap tindakan sekecil apa pun, sehingga berpikir ulang jika akan melakukan tindakan bullying.

Setelah itu, dalam Islam, masyarakat akan berperan sebagai kontrol sosial. Mereka akan menjaga lingkungan agar tidak ada kemaksiatan. Amar makruf nahi mungkar akan terealisasi dengan baik, sehingga anak-anak pun akan terjaga di lingkungannya.

Kemudian, sistem pendidikannya berlandaskan akidah Islam. Sistem pendidikan ini akan menjadikan anak-anak mengimani Allah dengan sungguh-sungguh, taat pada Allah, dan juga takut pada Allah. Anak akan menjadi anak yang saleh dan salihah, memiliki kepribadian Islam, dan juga cerdas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki wawasan yang luas tentang Islam. Anak-anak akan sibuk menggali potensi dan mengembangkan diri untuk umat, penuh kasih sayang pada sesama, bukan malah menjadi pelaku perundungan. 

Selain itu, dalam Islam, sanksi akan diterapkan secara tegas. Hukum yang telah Allah tetapkan akan diaplikasikan tanpa pandang bulu. Setiap individu yang sudah baligh dan juga berakal, akan dikenai sanksi sesuai dengan tindakannya, berapa pun umurnya. Sehingga, penerapan hukum ini akan membuat jera dan orang lain tidak akan mau melakukan kejahatan yang sama. Penerapan hukum Islam ini pun akan menjadi penebus dosa bagi pelaku kejahatan.

Begitulah jika Syariat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.  Hidup akan terasa aman, tenang, sejahtera, dan berkah. Kasus perundungan pun akan tertuntaskan. Generasi akan menjadi generasi yang unggul, generasi yang akan menjadi pengisi peradaban Islam yang gemilang. Wallahualam.


Oleh: Ummu Azmi 
(Aktivis Muslimah)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :