Perekonomian Global Merosot, Indonesia Bertumbuh, Yakin? - Tinta Media

Sabtu, 02 Maret 2024

Perekonomian Global Merosot, Indonesia Bertumbuh, Yakin?


Tinta Media - Meski resesi sedang menghantui kondisi perekonomian global, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN),  Erick Thohir mengatakan Indonesia tak perlu khawatir , pasalnya data pertumbuhan ekonomi Tanah Air di angka 5,05 persen sudah lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 5,03 persen (republika.co.id, 20/2/2024).

Bahkan Erick menegaskan ini menjadi kesempatan Indonesia untuk tumbuh. Hal ini ia katakan saat  ground breaking Pembangunan Gedung BNI di PIK 2, Banten, Selasa (20/2/2024). Terlebih pemerintah sudah memiliki strategi yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia , salah satunya konsolidasi yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat dan daerah. Seperti kemudahan pemberian izin berinvestasi, perizinan lahan dan lain-lain. 

Perusahaan plat merah (BUMN) yang ada di bawah kewenangannya pun asetnya mengalami lonjakan drastis dalam waktu 3,5 tahun dari Rp6 ribu triliun menjadi Rp10 ribu triliun. Di sinilah perlunya mendorong swasta untuk tumbuh, BUMN juga tumbuh, sehingga bisa disinergikan dan menjadi kebijakan lebih baik. 

Menurut Erick di sinilah letak opportunity-nya,  ketika Inggris dan Jepang resesi di saat itulah kita mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kuncinya adalah lebih friendly dengan market dan Investments. Bukti bahwa BUMN bisa berkontribusi banyak terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui penyaluran dividen ke negara. Sepanjang 2023, BUMN telah menyetorkan dividen sebanyak Rp81 triliun. 

Itu adalah angka tertinggi sepanjang sejarah dan Erick menargetkan di tahun 2024 BUMN akan menyetor dividen lebih banyak lagi, yakni sebesar Rp 85 triliun.

Dunia Resesi, Indonesia Tumbuh, Teori Penuh Ilusi

Bolehlah kita yakin dan optimis menghadapi masa depan perekonomian bangsa. Namun, jangan lupa, negara Indonesia bukan benar-benar negara mandiri yang punya kedaulatan mengatur urusan negaranya sendiri. Ada banyak kebijakan yang disahkan di Indonesia hasil dari ratifikasi kebijakan Internasional. 

Apalagi banyak organisasi  yang bekerja sama baik dalam bidang ekonomi, perdagangan, perdamaian bangsa, penyelamatan iklim ekstrem, dan lainnya yang Indonesia bergabung di dalamnya, baik tingkat ASEAN, bilateral maupun multilateral. 

Organisasi tersebut semuanya hanya kaki tangan negara kafir pengemban ideologi kapitalisme. Meski di beberapa wilayah dunia tidak menggunakan dollar sebagai satuan mata uang, namun mereka tetap tak bisa menghilangkan dollar yang tak hanya sebagai alat tukar tapi juga legitimasi hegemoni Amerika sebagai negara besar, adidaya dan punya kuasa atas seluruh bangsa di dunia. 

Pun ketika posisi Indonesia sebagai ketua atau presiden dari semua organisasi di atas, tak banyak berpengaruh. Eksistensi Indonesia tak benar-benar diperhitungkan selain pangsa pasar strategis bagi mereka yang rata-rata sebagai produsen besar atas barang dan jasa. 

Resesi ada akibat sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini. Gara-gara kapitalisme resesi akan senantiasa berulang , karena kapitalisme masih mempertahankan sistem perbankan dengan praktik riba, standar mata uang bukan emas dan perak, dan masih mengembangkan pasar modal (sektor nonriil). 

Apalagi strategi Indonesia kali ini tetap memberi karpet merah bagi para investor bahkan di 2024 diharuskan lebih friendly  dengan market dan investment dan menjadikan peningkatan pendapatan APBN dari sektor deviden atau non pajak sebagai kebanggaan. Bahkan hingga sampai pada anggapan sudah memperbaiki keadaan negara. 

Jika benar APBN kita sepanjang tiga tahun belakangan mendapatkan surplus dividen mengapa angka kemiskinan ekstrem masih tinggi? Mengapa angka pengangguran juga kian tinggi? Harga bahan pokok kian melambung hingga beberapa barang susah di temui di pasaran?

Logikanya, pendapatan APBN meningkat berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dan jika kita detail meneliti, setiap investasi yang dibuka di Indonesia mendatangkan konsekuensi yang tak remeh, tentu masih ingat bagaimana  rakyat Rempang di usir dari tanah air mereka atas nama investasi, perizinan tambang di Kalimantan yang marak atas nama investasi telah meninggalkan hutan gundul, lubang menganga, pencemaran ekosistem dan banjir bandang. Dan masih banyak lainnya. 

Intinya, tak sekalipun investasi yang selalu dipuji oleh menteri-menteri di negara ini karena mendatangkan kemajuan, penghargaan kepada negara Indonesia, membuka lapangan pekerjaan dan lainnya berhubungan langsung dengan terwujudnya kesejahteraan, semua ilusi! Jelas akarnya adalah sistem kapitalisme, yang asasnya sekuler. Menjadikan aturan manusia ( pemilik modal) lebih berkuasa dibandingkan aturan Allah, Sang Pencipta Alam Semesta beserta isinya. 

Islam Boleh Investasi?

Dalam Islam investasi asing justru dilarang keras karena konsekuensinya menjadi jalan masuknya penguasaan negara luar terhadap aset-aset milik umat (kepemilikan umum dan negara). Juga melarang pengambilan utang luar negeri berbunga yang biasanya ditawarkan negara asing atau lembaga keuangan internasional. 

Dalam jangka pendek, menghancurkan sistem moneter, dalam jangka panjang menghancurkan sistem APBN. Maka dalam mengatasi inflasi dan benar-benar menjadikan Indonesia tumbuh melampaui negara adidaya di dunia ini dengan mengganti sistem keuangan APBN dengan Baitulmal (kebijakan ekonomi makro) yang berisi tiga pos pendapatan utama; pengelolaan harta milik umum, pengelolaan harta negara, pengelolaan zakat mal.

Kemudian mengganti sistem moneter  dari dollar (fiat money) menjadi Dinar dan dirham.  Mengganti kebijakan fiskal dengan meniadakan semua pungutan pajak yang bersifat permanen. Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut dalam situasi luar biasa ( extra-ordinary) dengan objek pungutan pada orang kaya saja. Setelah terselesaikan, pajak wajib dihentikan. Islam melarang praktik riba dan transaksi yang melanggar aturan syariat. Semua muamalah berbasis riil bukan non riil. 

Keadaan ini hanya bisa jika sistem kapitalisme dicabut dan diganti dengan sistem Islam. Hal ini sebagaimana firman Allah swt.yang artinya,”Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS al-A’raf:96). Wallahualam bissawab.


Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :