Meniti Jalan Menuju Eliminasi TBC - Tinta Media

Rabu, 06 Maret 2024

Meniti Jalan Menuju Eliminasi TBC


Tinta Media - Tuberkulosis atau TBC masih menjadi kasus yang cukup serius di negeri ini, setidaknya ada 16 orang yang meninggal per jam akibat tuberkulosis. Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak kasus tuberculosis (TB). Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Erlina Burhan dokter spesialis paru dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada Sabtu, 17 Februari 2024. Bahwa tanpa disadari telah terjadi tragedi di depan mata 1.060.00 kasus (TB) per tahun. Dengan tingkat kematian 140.700 jika dibagi maka 16 orang per jam meninggal akibat tuberculosis. Tidak hanya itu, ia juga menambahkan bahwa Indonesia juga tengah dikejar-kejar target eliminasi TB.

“Tahun 2050 jumlah penduduk Indonesia diprediksi 320 juta. Kalau 2050  ada 320 juta penduduk, maka hanya boleh sekitar 320 orang TB yang tinggal di Indonesia, karena itu target eliminasinya. Dan ini merupakan pekerjaan rumah bagi semua pihak.” Kata Erlina. (sumber Liputan 6)

Budi Gusnadi, Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa ada urgensi untuk mempercepat penyediaan vaksin TBC atau tuberculosis baru. Menurutnya, dengan kehadiran vaksin TBC yang baru dapat menjadi solusi perlindungan yang ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat dalam menghadapi tuberculosis. Termasuk dampak ekonomi akibat dari biaya perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas. Ia juga mengungkapkan bahwa yang ada baru vaksin Bacillus  Calmette-Guerin (BCG) yang dapat memberikan perlindungan secara parsial untuk mencegah TBC berat pada bayi dan anak balita. Namun, vaksin tersebut tidak cukup untuk melindungi anak dan orang dewasa dari TBC. (Sumber liputan 6)

Persoalan TBC merupakan persoalan sistemik bukan hanya sekedar masyarakat yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat namun harus dilakukan upaya memutus mata rantai penularan TBC. TBC merupakan penyakit yang ditularkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bakteri ini dapat dengan mudah ditularkan melalui batuk, ataupun bersin. Kuman TBC hanya mampu bertahan beberapa jam di udara terutama pada udara yang minim dengan cahaya matahari. Oleh karena itu, buruknya tata ruang kota saat ini berdampak pada mudahnya penularan TBC. 

Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 di Indonesia terdapat 7,94% rumah tangga yang menempati rumah kumuh. Maka ini menunjukkan di Indonesia ada 8 dari 100 rumah tangga yang tinggal di rumah kumuh sepanjang tahun lalu. BPS mengategorikan rumah kumuh adalah tempat hunian yang tidak memenuhi komponen ketahanan bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, serta kepemilikan akses terhadap layanan sumber air minum dan sanitasi yang layak. (Sumber databoks.katadata.co.id)

Hal demikian menunjukkan kemiskinan yang merupakan akibat dari sistem kapitalisme yang merupakan penyebab utama dari penyebaran TBC. System kapitalisme sekuler yang tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Semua kebutuhan pokok masyarakat dikapitalisasi melalui kebijakan negara sehingga tidak semua rakyat dapat mengaksesnya. Maka terciptalah masyarakat miskin yang rentan penyakit menular salah satunya penyakit TBC. Tidak hanya itu rakyat miskin sulit memenuhi kebutuhan gizi untuk keluarganya yang akan membentuk kekebalan tubuh secara alami. Meskipun obat-obatan anti TBC dapat diperoleh secara gratis, namun nyatanya masyarakat tidak mudah mencapai layanan kesehatan. Adanya sistem BPJS pun nyatanya belum mampu memberikan kualitas pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat, apalagi dengan adanya komersialisasi layanan kesehatan yang menjadi satu keniscayaan dalam sistem kapitalisme. Oleh karena itu, pemutusan penyakit TBC tidak akan mungkin terwujud dalam sistem kapitalisme sekuler. 

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap upaya eliminasi TBC ini. Tentu saja dibutuhkan solusi mendasar atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap penularan penyakit TBC, diantaranya adalah kemiskinan dengan segala dampaknya (rumah tidak sehat, gizi buruk), hygiene dan sanitasi termasuk riset metode pengobatan dan pencegahan yang efektif. hal ini hanya akan terwujud dalam sistem Islam yang diterapkan secara praktis oleh Khilafah Islamiyah. 

System Islam akan menerapkan kesehatan di bawah paradigma Islam, dalam Islam  konsep kesehatan bertujuan untuk memutus rantai penularan penyakit. Dalam Islam kesehatan merupakan kebutuhan pokok dasar yang harus dijamin negara. Terwujudnya masyarakat yang sehat adalah tanggung jawab negara. Pembangunan kesehatan dalam Islam memperhatikan aspek promotive, preventif, kuratif, dan rehabilitative. (sumber MMC)

Negara Islam akan mengupayakan secara serius pencegahan dan eliminasi TBC secara komprehensif dan efektif. Dalam sistem Islam memberantas kemiskinan dengan melalui penerapan sistem ekonomi Islam, negara Islam akan menjamin masyarakat mampu membangun rumah yang sehat sekaligus mampu memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi. Negara wajib mengupayakan berbagai hal untuk mencegah dan memberantas penyakit TBC, termasuk mendukung riset untuk menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang efektif termasuk TBC. Negara Islam juga akan membangun sistem pengobatan terbaik dan gratis untuk setiap individu, sehingga setiap individu berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa memandang latar belakang individu tersebut. Juga mengedukasi masyarakat tentang hidup sehat, bahaya penyakit menular dan upaya mencegahnya. Demikiannya cara negara Islam dalam menjamin kesehatan masyarakatnya. Allahu A’lam Bishawab.[]



Oleh: Haniah
Sahabat Tinta Media 
 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :