Tinta Media - Sekolah dalam benak kita merupakan tempat belajar, walaupun masih banyak sarana lain untuk membaca/menulis, misalnya di perpustakaan, rumah, taman dan yang lain. Ya sekolah, semua orang pasti tahu dan merasakan mengenyam bangku pendidikan ini. Sekolah banyak juga fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti, ruang kelas, ruang serbaguna, Masjid/mushalah terus juga ada laboratorium, lapangan kemudian parkiran, kamar mandi, kantin dan masih banyak lagi.
Di sekolah pun peserta didik tidak hanya belajar di kelas apalagi dengan kurikulum merdeka, peserta didik bisa belajar di luar kelas. Nah, inilah konsep moving class, (kelas berpindah-pindah) sesuai mata pelajaran hari itu contohnya, kelas X Bsn 2 jam pertama s/d jam ke 3 mapel PJOK maka belajarnya di lapangan, jam ke 4 s/d jam ke 6 pelajaran Agama/PAI di Masjid, jam ke 7 s/d jam ke 9 IPA di ruang lab. IPA, jam terakhir (10) BK (Bimbingan Konseling) ruang kelas nya di ruang kelas teori dan sebagainya. Setiap pergantian jam mata pelajaran atau saat istirahat dimana mereka berada, ya di situlah tas-tas mereka pun dibawa ke mana-mana, mereka memiliki pemikiran yang berbeda-beda sesuai pemahamannya atau berdasarkan fakta yang dilihat.
Konsep moving class ini biasanya diambil untuk kondisi yang sekolah kekurangan ruang kelas. Pada akhirnya biasanya peserta didik tidak merasa memiliki kelas tersebut. sehingga tidak memperhatikan kelas tersebut (sampah, kondisi kursi/meja dll.) karena nanti pun mereka (menganggap) pindah kelas lagi. Ditambah guru yang mengajar pun kurang peka terhadap kelas tersebut., atau caraka petugas kebersihan abai terhadap pekerjaannya, walhasil seperti apakah keberadaan kelas tersebut. Bisa dibayangkan, sistem kapitalis dari berbagai segi/elemen sangat miris ya memprihatinkan begitu bobroknya. Yang pertama tadi petugas abai (padahal sudah ada gaji, malah malas-malasan/bekerja hanya sekedarnya saja), peserta didik cuek (tidak ada kesadaran apa arti tempat/kelas yang seharusnya butuh kenyamanan/kebersihan, dll), guru nya pun tidak perduli (sibuk dengan berbagai administrasi yang harus dipersiapkan) dan negara apa yang diperbuat aturan tinggal aturan saja.
Biasanya cocok untuk, level SMK/SMA di Indonesia yang menerapkan sistem moving class. Konsep ini dimunculkan punya banyak keunggulan yaitu bisa memacu kreativitas peserta didik. Hal ini diharapkan juga dapat menciptakan suasana pembelajaran sangat disenangi oleh peserta didik dan guru. Ini pun menjadikan peserta didik lebih fresh/rileks setelah menerima mata pelajaran sebelumnya dan masuk ke mata pelajaran selanjutnya. ”Bagi peserta didik menjadi sangat dirindukan karena saat pergantian jam mata pelajaran peserta didik bergerak ke kelas/ruang mata pelajaran sesuai bidang studi masing-masing sehingga kondisi suasana menjadi ramai dan interaksi peserta didik secara langsung,” sebut Kemendikbud sebagaimana dikutip dalam web, beberapa waktu lalu. Sistem ini muncul setelah mencuatnya kelemahan model pembelajaran dengan kelas permanen. Kelas permanen seperti yang banyak diterapkan sekolah di Indonesia memicu kebosanan peserta didik dalam menerima mata pelajaran.
Namun di sisi lain melihat secara lapangan miris banget ya gaes, tapi inilah fenomena kehidupan sistem kapitalis semua yang dilihat adalah kepentingan/keperluan berdasarkan hawa nafsu nya bila merasa sudah dijalani ya selesai tidak melihat jangka panjang. Berbeda sekali dengan sistem islam yang ditanam adalah kesadaran, akan di pertanggungjawabankan kelak meninggal dunia.
Bagaimana konsep Islam, dalam mengatur sekolah/pendidikan yang di awali dengan akidah, adab keseharian itu sudah meliputi semuanya. Begitu pun kita sebagai seorang muslim yang bertakwa setiap langkahnya harus sesuai contoh Rasulullah SAW, dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali semua ada aturan hidup. Menjaga kebersihan diri, lingkungan dan sekitarnya, berkata yang ahsan, makan halal dan thoyyib, menuntut ilmu dengan mengharap ridho Ilahi dan masih banyak hal lain. Posisi sebagai petugas, peserta didik, guru atau pun negara semua saling terintegrasi satu sama lain. Dimana sang kholiq pengatur semua pastinya rahmatan lil'alamin dari mulai hewan, kenyamanan hidup dan tumbuh-tumbuhan/alam semesta terjaga.
Sistem kapitalis yang lahir dari pikiran manusia ya terbatas tidak mampu, membuat semua aturan hidup yang begitu kompleks. Maka kembalikan semua pada sang pemilik aturan yaitu Allah Ta'ala. Manusia hanya diperintahkan, untuk beribadah mengerjakan perintah sang Kholiq (pemilik alam semesta) dan menjauhi semua larangan-Nya. Wallahu 'alam.
Oleh: Tjandra Sarie Astoeti Sutisno, S.Kom.
Pemerhati pendidikan