Kapitalisme Diterapkan, Islamofobia Digaungkan - Tinta Media

Kamis, 07 Maret 2024

Kapitalisme Diterapkan, Islamofobia Digaungkan



Tinta Media - manusia dari kehancuran akibat Kapitalisme dan Islam mampu memberi kebaikan pada umat muslim ataupun nonmuslim. Islam akan memperlakukan nonmuslim dengan perlakuan yang baik. 

Namun Islam butuh perlindungan pemimpin yang memberlakuan hukum-hukum Islam dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan pemimpin yang menolak khilafah. Justru menolak khilafah sama dengan menolak Islam, karena khilafah adalah bagian di dalamnya.

Rasul pernah bersabda “Islam datang dalam keadaan yang asing akan kembali pula dalam keadaan yang asing, sungguh beruntunglah orang yang asing”. (HR Muslim no.145). 

Solusi satu-satunya untuk memperbaiki kondisi yang semakin kronis ini tidak hanya dengan mendakwahkan Islam. Islamofobia adalah sebuah fobia atau suatu ketakutan, kebencian atau prasangka terhadap Islam atau muslim secara umum, terutama bila dipandang dari sisi islamisasi dan sumber terorisme serta radikalisme. 

Tell MAMA melaporkan bahwa pihaknya telah mencatat 2.010 kasus Islamofobia dalam empat bulan, sejak serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu konflik. Itu adalah jumlah kasus terbesar yang tercatat dalam periode empat bulan, kata organisasi tersebut dalam sebuah pernyataan. Insiden islamofobia di Inggris meningkat lebih dari tiga kali lipat setelah pecahnya perang antara Israel dan Hamas. Hal itu dilaporkan oleh kelompok pemantau Tell MAMA, pada kamis,22 Februari 2024.Dilansir dari London, viva,co.

Masyarakat barat memiliki ideologi yang bertentangan dengan Islam yakni kapitalisme. Pertarungan peradaban yang terjadi hari ini adalah pertarungan antara ideologi kapitalisme yang sudah semakin tampak kebangkitannya dengan tidak terelakkan ideologi Islam. Kekhawatiran ini mereka tunjukkan dengan terus memelihara Islamofobia.

Islamofobia bahkan terus digaungkan satu umat Islam menjadi korban kezaliman zionis. Di Gaza sendiri, sudah 29,410 orang Palestina tewas akibat serangan invasi Israel dan kampanya militer yang berkelanjutan. Seharusnya akibat genosida Israel di Gaza membuat orang-orang sadar bahwa tindakan Israel saat ini sudah tidak wajar dan melebihi batas kemanusiaan. 

PBB yang katanya penjaga perdamaian dunia nyatanya tak mampu bertindak apa-apa ketika umat Islam dijadikan sasarannya. Bahkan PBB bahkan memasukkan negara penjajah (Israel) sebagai anggota PBB pada tanggal 18 Maret 1949. Konflik Palestina dan Israel sudah berlangsung lama dan tak kunjung selesai hingga saat ini. Berbagai solusi ditawarkan oleh lembaga perdamaian dunia sekelas PBB, namun hasilnya masih belum ada harapan. Ini menunjukkan lemahnya PBB untuk menghilangkan kejahatan yang demikian besar dan menjaga umat manusia. 

Model utama gerakan global Islamofobia adalah fitnah. Isu ekstremisme, radikalisme, dan terorisme merupakan konten utama framing tersebut. Yang tujuan akhirnya adalah untuk menjauhkan ajaran Islam (Syariah) dari kehidupan masyarakat dan negara. 

Gerakan Islamofobia yang berpusat di AS tentu akan menyebarkan propagandanya ke berbagai negeri muslim, termasuk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Tujuannya pun tentu jelas yakni untuk memunculkan di tengah masyarakat sikap pro-Liberal dan anti-Islam.

Kita tidak boleh mengadopsi pemikiran yang lahir dari Ideologi Kapitalisme dan jangan sampai umat Islam yang seharusnya layak dapat kehidupan yang lebih baik malah terjerumus ke dalam Ideologi yang negara anut saat ini. 

Islam mampu menyelamatkan sebagai penenang diri, namun mengambil Islam sebagai sistem kehidupan dalam sebuah Daulah (institusi) khilafah. Sebab sistem yang sahih akan menghadirkan pemimpin yang bertakwa dan hanya takut kepada Allah SWT. Wallahu a’lam bishowwab.


Oleh: Salma Rafida
Sahabat Tinta Media 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :