Bulan Ramadhan Mestinya Disambut Suka Cita, Tidak Kecurigaan dan Islamofobia - Tinta Media

Senin, 11 Maret 2024

Bulan Ramadhan Mestinya Disambut Suka Cita, Tidak Kecurigaan dan Islamofobia



Tinta Media - Direktur Pamong Institute Drs. Wahyudi Al Maroky M.Si. mengatakan, mestinya bulan suci Ramadhan disambut dengan sukacita bukan dengan kecurigaan dan islamofobia. 

"Mestinya bulan suci Ramadan disambut dengan sukacita kalau perlu gegap gempita yang menunjukkan kebahagiaan bisa sampai di bulan Ramadhan, mestinya disambut dengan baik tidak dengan berbagai kecurigaan, tidak muncul kekhawatiran, tidak muncul Islamofobia," ujarnya dalam video Menag Ancam Kebhinekaan Dan Ganggu Kesucian Bulan Ramadhan di kanal Youtube Bincang Bersama Sahabat Wahyu, Sabtu (9/3/2024). 

Ia menilai surat edaran yang dikeluarkan Kemenag, itu menunjukkan, pertama membatasi, kedua ada kesan untuk mengekang, yang ketiga justru tidak tampak bahwa umat Islam ini sebagai masyarakat yang berbhineka yang punya tradisi Ramadhan, yang punya tradisi sebagai Muslim jadi tidak tampak kalau dibegitukan. 

"Jadi justru ini ancaman serius untuk kebhinekaan kita," tegasnya. 

Sebenarnya Indonesia itu bisa tidak punya karakter lagi ucapnya, kalau dulu misalnya orang tahu, bulan Ramadhan itu ramai, ada khas suasana Ramadhan. 

Nanti disuruh di dalam masjid diam-diam tidak boleh ada suara keluar, menurutnya, ini wujud islamofobia yang sampai kepada ketakutan terhadap  Islam terus sampai kepada membenci Islam. 

"Bukan hanya sekedar islamofobia tapi sudah sampai membenci kepada Islam, membenci ajaran-ajaran Islam sampai membenci syariatnya dan membenci syiar-syiar," tandasnya. 

Ia menyesalkan jika sampai  bulan Ramadhan itu  ternodai dengan rencana untuk membatasi, mengekang, intinya tampak ketidaksukaan ada syiar-siar Ramadhan itu. 

Menurutnya, ini persoalan yang sangat serius dan menunjukkan isi kebijakan pemerintahan Pak Jokowi hari ini melalui Kemenag. Jadi tampak sekali ketidaksukaan terhadap syiar-syiar Ramadhan, syiar-syiar Islam, tidak suka juga dengan ajaran-ajaran Islam, tampak islamofobia. 

"Sampai kepada kebencian terhadap ajaran Islam, kebencian terhadap para aktivis-aktivis yang menjalankan ajaran Islam dengan suka cita dengan sesuai hak-haknya," sambungnya. 

Ia mengungkapkan ini menunjukkan  karakter orang yang tidak toleran, tidak memahami makna kebhinekaan di dalam negara yang memang mayoritas masyarakat Muslim dan hidup berbhineka tunggal ika. 

Ia menyebutkan hal ini persoalan mendasar yang sangat fundamental yang sangat serius, yang tidak dipahami oleh para pejabat. 

"Sehingga mengganggu keberadaan kita sebagai Muslim, mengganggu keberadaan  kita sebagai bangsa yang berbhineka, masyarakat yang beraneka ragam suku bangsa dan juga ajaran agamanya, di situ persoalannya," pungkasnya. [] Muhammad Nur
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :