Peringatan Hari Gizi Nasional, Stunting Tetap Menjadi Problema - Tinta Media

Jumat, 02 Februari 2024

Peringatan Hari Gizi Nasional, Stunting Tetap Menjadi Problema

Tinta Media - Beberapa hari yang lalu Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional (HGN). Di tahun 2024. Dalam peringatan 64 tahun Hari Gizi Nasional ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengangkat tema 'MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting' dengan slogan 'MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas'. Tujuan dari pelaksanaan Hari Gizi Nasional ini yaitu untuk meningkatkan komitmen dari berbagai pihak dalam membangun gizi menuju bangsa sehat berprestasi melalui gizi seimbang. Tujuan tersebut diangkat mengingat persoalan gizi buruk masih banyak terjadi di beberapa daerah di Indonesia (rri.go.id, 25/1/2024) 

Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Kekurangan ini menyebabkan tinggi badan anak lebih pendek dari standar tinggi badan anak seusianya. Berdasarkan data statistik dari PBB pada tahun 2020 ditemukan bahwa lebih dari 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting. Adapun 6,3 juta berasal dari Indonesia. Menurut UNICEF, terjadinya stunting pada anak disebabkan anak mengalami kekurangan gizi pada dua tahun usianya. Selain itu juga disebabkan oleh kondisi ibu hamil yang kekurangan nutrisi dan juga disebabkan oleh sanitasi yang buruk (paudpedia.kemendikbud.go.id). 

Menurut Survey Status Gizi Indonesia (2021) prevalensi balita yang mengalami stunting sebesar 24.4%. Pemerintah menargetkan untuk bisa menurunkan angka prevalensi stunting ini hingga 14% pada tahun 2024. Stunting merupakan permasalahan yang dapat diakibatkan oleh berbagai macam faktor yaitu salah satunya faktor ekonomi dan faktor pangan (unair.ac.id). 

Makanan bergizi adalah termasuk kebutuhan pokok yang harus dipenuhi manusia. Kemampuan untuk bisa mencukupinya beserta kebutuhan lainnya seperti sandang, papan akan membuatnya dikatakan sejahtera. Namun dalam sistem Kapitalisme ini standar kesejahteraan diukur dengan pendapatan per kapita bila jumlah pendapatan semua orang dibagikan dengan jumlah penduduk. Ini tentunya tidak mampu menggambarkan kesejahteraan orang per orang. 

Dengan kondisi yang sedemikian rupa maka solusi untuk mengatasi stunting tidak hanya bisa diberikan dengan memberikan pengaturan kelahiran saja. Namun terlebih lagi peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Ini diberlakukan terhadap orang per orang. Namun selama ini kekayaan di dunia hanya berputar pada orang-orang tertentu saja. Itulah yang terjadi di sistem kapitalisme saat ini. Sementara di sisi lain pemerintah hanya bertindak sebagai regulator semata. 

Ini berbeda dengan sistem Islam. Islam memberikan jaminan kebutuhan bagi orang per orang dengan berbagai mekanisme yang dilakukan sesuai dengan aturan Allah SWT. Allah SWT memerintahkan pada laki-laki baligh untuk mencukupi kebutuhan hidup bagi dirinya, keluarga dan tanggungannya. Maka pemerintah berkewajiban untuk membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Bagi orang yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja misal cacat atau tua renta dan tidak ada keluarga yang mencukupinya maka negara bertanggung jawab untuk mencukupinya. Di sisi lain pemerintah akan menciptakan suasana perekonomian yang memungkinkan setiap orang untuk bisa mencari rizki yang halal. Sehingga perekonomian tidak hanya berputar pada orang-orang kaya saja. 

Selain itu, pemerintah juga akan memberikan edukasi kepada rakyatnya dengan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Sehingga setiap orang yang hendak melakukan aktivitas dilandasi oleh ketaqwaan kepada Allah SWT. Begitu pun bagi orang-orang yang hendak menikah landasannya adalah ketaqwaan kepada Allah SWT. Sehingga dalam menjalankan pernikahannya masing-masing berusaha dengan keras untuk menjalankan tanggung jawabnya dalam keluarga dengan dorongan keimanan ini. Masing-masing menjalankan peran sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.  Seorang suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab atas seluruh anggota keluarganya. Berusaha mencukupi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Istri berusaha keras menjalankan perannya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Berbagai upaya dilakukan untuk bisa menjadikan anaknya menjadi seorang anak muslim yang kuat. Memberikan asupan makanan yang bergizi dan menciptakan lingkungan rumah yang sehat bagi keluarganya. Hal ini tentunya akan bisa mencegah dari berbagai penyakit termasuk stunting. 

Adanya kondisi yang saling menjaga satu sama lain baik itu  negara, masyarakat dan keluarga akan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak. Sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik maupun psikisnya. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang beriman kepada Allah SWT dan juga menjadi generasi yang kuat. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra yang artinya, 

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang lemah." 

Hadist ini menjadi dorongan seorang muslim untuk menjadikan dirinya dan keluarga orang-orang yang sehat dan kuat. Inilah solusi mendasar dan komprehensif terhadap problem kesejahteraan dan gizi. Adanya kesinergisan dalam menyelesaikan setiap problem dengan berbasis aqidah Islam. Hal ini tentunya ini hanya terlaksana dalam sebuah sistem yang menerapkan hukum Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Wallahu 'alam bish showab.

Oleh: Desi Maulia, S.K.M
Sahabat Tinta Media 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :