Menulis demi Umat, Bukan karena Bakat - Tinta Media

Rabu, 14 Februari 2024

Menulis demi Umat, Bukan karena Bakat



Tinta Media - Banyak orang mengira bahwa menulis adalah sebuah bakat alami yang Allah berikan kepada seseorang sejak dalam buaian. Karena itu, tidak sedikit yang minder untuk menulis sebab merasa tidak memiliki bakat dan keterampilan dalam menulis. 

Dugaan ini belum bisa dikatakan benar sebab pada kenyataannya, ada yang tadinya tidak bisa menulis, tetapi ternyata bisa menjadi penulis hebat. Berbagai karya tulis telah dimuat di berbagai media cetak dan elektronik. Juga tak sedikit buku telah mereka terbitkan. 

Sebenarnya permasalahan tentang bakat itu bukan hanya tentang menulis. Contoh lainnya, menjadi seorang atlet sepakbola. Apakah untuk menjadi pesepakbola hebat seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi harus mempunyai bakat atau perlu latihan? 

Jika jawabannya perlu bakat alami, lantas bagaimana mereka yang tak memiliki bakat? Apakah harus mengubur dalam-dalam cita-citanya untuk menjadi pesepakbola hebat? Andai saja benar begitu, di mana keadilan Allah? 

Dulu saya juga merasakan hal yang sama, hidup di bawah bayang-bayang ketidakmampuan dalam segala hal, merasa minder karena tidak memiliki bakat apa pun. 

Perasaan itu terus berlanjut hingga dakwah Islam menyentuh saya. Ketika berada di tengah jamaah dakwah, saya selalu minder, tidak banyak berargumen, hanya menjadi pendengar setia saja. 

Maka, terkadang saya mencurahkan isi hati dan pikiran melalui tulisan, meski menulis pun sebenarnya merasa tidak mampu karena tidak pernah mengenyam pendidikan kepenulisan atau mengikuti pelatihan yang semisal. 

Akan tetapi, karena ingin mengamalkan ilmu dari hasil belajar, sedikit demi sedikit saya mencoba menulis, merangkai kata semampu dan sebisanya. 

Dorongan lain kenapa harus memaksakan menulis adalah kondisi umat yang kian terpuruk, semakin jauh dari syariah Islam dan hidup di tengah kegelapan.
Umat Islam jauh dari identitasnya sebagai seorang muslim, tidak paham syariat, terjerumus pada pergaulan bebas, perjudian merajalela, pembunuhan di mana-mana, bahkan mereka buta akan politik dunia. 

Maka, tidak ada alasan lagi untuk tidak mengamalkan ilmu ketika kita merasa tidak mampu menyampaikan secara lisan. Masih ada tulisan yang bobotnya sama jika kita mau melakukannya. 

Terlebih saat ini, pelatihan kepenulisan sudah membludak, bak jamur di musim penghujan. Dari yang tanpa biaya sampai yang harus mengeluarkan dana, semua ada. 

Namun, masalahnya bukan pada ada bakat atau tidak, tetapi mau atau tidak kita belajar, menjalani proses, melawati setiap tahapan, dan yang paling penting bersabar atas segala tugas dan masukan. 

Ini yang saya temukan kemudian setelah aktif dalam wadah training kepenulisan, bahwa menulis itu bukan karena ada atau tidak ada bakat, tetapi tentang keseriusan dan kepedulian terhadap umat. 

Jika yang menjadi tujuan adalah kepahaman umat terhadap syariat Islam, maka tidak akan ada lagi alasan untuk bermalas-malasan. Bukan hanya dalam belajar menulis, tetapi dalam mempelajari berbagai ilmu yang lain.



Oleh: Cesc Riyansyah,
Graphic Designer 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :