Tinta Media - “Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) bisa menembus jutaan kepala.” Sebuah ungkapan yang indah dari Sayyid Quthb. Saat itu, beliau terbelenggu di penjara namun pikirannya mampu menerobos keluar tembok-tembok penjara dan menembus langit demi tegaknya kalimat tauhid. Bukan karena peluru senjata, tetapi karena peluru pena Sayyid Quthb memerahkan telinga penguasa. Itulah hebatnya peluru pena yang menghasilkan sebuah tulisan. Tulisan tersebut dapat mempengaruhi pemikiran seseorang. Tulisan bisa menjadi sarana berdakwah.
Berdakwah dengan menggunakan tulisan, mudah diterima semua golongan. Oleh karena itu, saya mengambil jalan dakwah dengan cara menulis. Hal ini berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Hijr : 94 yang artinya, “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.”
Pada awalnya semua orang mendapatkan pengetahuan tentang mengenal huruf-huruf dan ejaan sebelum akhirnya menulis. Menulis adalah proses menghasilkan catatan, informasi, atau cerita menggunakan aksara. Bangsa Sumeria adalah manusia yang bisa menulis pertama kalinya, bangsa Sumeria (3500-3000 sebelum Masehi) membuat tulisan sebagai alat komunikasi jarak jauh yang diperlukan dalam perdagangan.
Menulis opini merupakan sebuah cara dalam mengekspresikan pendapat. Menulis opini pun juga menjadi sarana menuangkan sebuah gagasan dari permasalahan yang dihadapi. Saat ini banyak permasalahan yang timbul baik dari permasalahan ekonomi, pendidikan sampai dunia remaja.
Mengapa saya menulis opini? Karena dengan menulis, saya bisa mengutarakan segala sesuatu tentang semua keresahan yang saya rasakan. Misalnya di bidang ekonomi, permasalahan kelangkaan gas elpiji 3 kg. Belum lagi di bidang Pendidikan, bagaimana sistem pendidikan saat ini membuat anak didik menjadi lebih berani dalam bertindak bahkan sudah tidak ada rasa hormat kepada sosok guru.
Salah satu tokoh yang menginspirasi saya untuk menulis adalah Syekh Taqiyudin An-Nabhani. Beliau merupakan seorang ulama terkemuka dalam daulah Utsmaniyyah. Beliau pun merupakan seorang sastrawan dan pemikir ulung. Semua tulisan yang beliau hasilkan adalah buah dari pemikiran beliau yang sangat tegas dan kritis. Oleh karena itulah penulis sangat mengidolakan beliau dalam menulis opini.
Dalam menulis opini, Syekh Taqiyudin An-Nabhani merupakan sosok yang sangat cerdas dan intelektual. Karya beliau menampilkan Islam sebagai ideologi sempurna yang dapat memberikan solusi atas berbagai problematika kehidupan. Tulisan-tulisannya memberikan serangan mematikan seperti peluru yang menembus ratusan, ribuan bahkan jutaan kepala sehingga terjadi lonjakan kesadaran untuk bergerak bangkit dari keterpurukan.
Teringat pula sebuah kisah dari Syaikh Abdul Qadim Zallum tentang “kayu dan jerami”. Bagaimana api dapat membakar jerami lebih cepat daripada kayu. Jerami pun akan cepat padam ketimbang kayu. Pribadi yang lemah ini ingin seperti kayu. Kayu akan terbakar perlahan, tetapi tidak mudah cepat padam. Kayu akan tetap bertahan walaupun api yang panas membakarnya. Kisah ini yang menjadi inspirasi saya dalam menulis. Walaupun masih banyak kekurangan, namun tidak menjadikan kekurangan ini sebagai hambatan dalam menulis. Bahkan kekurangan yang ada menjadikan sebuah motivasi untuk dapat memperbaikinya.
Tulisan ini juga adalah awal bagi penulis untuk dapat terus menuangkan segala keresahan yang dihadapi di zaman ini dalam bentuk tulisan. Penulis berharap tulisan-tulisan yang dihasilkan bisa menjadi satu dari sekian solusi dari semua permasalahan yang timbul.
Tulisan ini merupakan jalan dakwah yang diambil penulis dalam upaya menyampaikan sebuah kebenaran, sehingga kebenaran itu bisa dapat masuk ke dalam pemikiran secepat peluru yang melesat. Semoga tulisan ini juga bisa menjadi sebuah semangat bagi para penulis-penulis baru untuk terus berkarya dalam menulis opini.
Oleh: Adzmy Tamdzyl, S.E.
(Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Remaja)
Tentang Penulis:
Penulis bernama Adzmy Tamdzyl. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Aktif bekerja sebagai guru di sekolah menengah kejuruan swasta di Balikpapan. Selain itu, penulis juga aktif mengisi kajian-kajian remaja Balikpapan dan sekitarnya.