Generasi Sumbu Pendek - Tinta Media

Senin, 19 Februari 2024

Generasi Sumbu Pendek



Tinta Media - Sadis! Seorang pelajar kelas 3 SMK menggemparkan warga Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Pasalnya, Remaja berusia 16 tahun berinisial J ini tega membunuh 5 orang dalam satu keluarga usai pesta miras  bersama teman-temannya. J melakukan aksinya seorang diri. Tak hanya membunuh satu keluarga, ia juga mengambil handphone dan uang korban sebesar RP 335 ribu. (Detiksumut, 07 Februari 2024) 

Tak hanya J, pembunuhan sadis yang dilakukan remaja juga pernah terjadi awal tahun 2023 lalu di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dua orang remaja berinisial AD, 17 tahun dan MF,  14 tahun tega membunuh MF, 11 tahun demi menjual organ tubuhnya secara online. Korban ditemukan meninggal dalam kondisi mengenaskan di kolong jembatan pada 10 Januari 2023. 

Pada awal Maret 2023, pembunuhan sadis juga terjadi di Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Korban berusia 8 tahun yang sebelumnya dilaporkan hilang oleh pihak keluarga, ditemukan meninggal tiga hari kemudian di aliran sungai sebuah kebun sawit. Pelaku AC, 17 tahun awalnya berniat menculik korban demi meminta tebusan Rp 100 juta pada keluarganya. 

Kasus pembunuhan yang melibatkan remaja lainnya terjadi di Sukabumi, Jawa Barat pada 22 Maret 2023. Parahnya, pembunuhan sadis dengan cara membacok korban itu disiarkan secara langsung pada akun Instagramnya oleh salah satu pelaku. Tiga pelaku adalah DA (14), RA (14), dan AAB (14) dengan korban ARS (14). (Kompas.com, 26 Maret 2023) 

Kalau ngeliat kasus remaja sadis seperti di atas, kita hanya bisa mengelus dada. Rasa sedih, kecewa, dan geram bercampur jadi satu. Sedih karena generasi muda yang sejatinya menjadi tulang punggung negara untuk kemajuan di masa depan, malah terlibat dalam kasus kriminal yang mengerikan. Kecewa karena kejadian ini terus berulang setiap tahun. Dan marah dengan perilaku remaja yang tega menghilangkan nyawa cuman karena harta, hingga kepuasan emosional semata. 

Remaja Sadis Cermin Generasi Sumbu Pendek

Kenakalan remaja yang makin sadis dan bengis, tak lepas dari faktor lingkungan dan diri yang mempengaruhi perilakunya. 

Pertama, lingkungan pergaulan. Apa yang dilakukan remaja biasanya tak jauh dari cerminan teman dekatnya. Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” (H.R. Abu Dawud.) 

Kalo bergaul dengan temannya yang sholeh, akan terjaga perilakunya. Sebaliknya, kalau circle pertemanannya dengan sesama pelaku maksiat, terbiasa pesta miras, tawuran, hingga gaul bebas. Seperti itulah yang terjadi pada J, remaja pelaku pembunuhan satu keluarga di PPU, Kaltim. 


Kedua, pola pendidikan sekuler. Pendidikan yang baik sejatinya melahirkan pelajar taat syariat yang mampu menyelesaikan masalahnya dengan benar dan legal. Namun hari ini, pola pendidikan yang steril dari ajaran Islam menjadikan pelajar tak punya benteng pertahanan secara mental dan psikis dalam menghadapi setiap masalah. Seolah tak punya cara lain, setiap masalah diselesaikan dengan otot, bukan dengan otak. 

Kekerasan fisik dianggap cara paling cepat dan mudah untuk mendapatkan keinginannya. Dalam urusan harta hingga pelampiasan nafsu. Seperti yang dilakukan AD dan MF di Makassar atau AC di Bangka Belitung, kedua kasus pembunuhan sadis itu dilatarbelakangi keinginan mendapatkan harta dengan cara cepat. 

Ketiga, hiburan yang menyesatkan. Hiburan remaja yang didominasi oleh tontonan film, musik, dan game online membentuk karakter pribadi yang menuhankan kesenangan dan eksistensi. Ngerinya ketika hiburan itu tak sekedar tontonan tapi sudah menjadi tuntunan. Bahkan menjadi obsesi khas psikopat yang menuntut pelampiasan dengan cepat. 

Apa yang terjadi pada DA, RA, dan AAB di Sukabumi, menjadi cermin remaja psikopat. Demi eksistensi di dunia maya, tega menghabisi nyawa orang lain sambil disiarkan secara live pada linimasa sosial media. 

Dari ketiga penyebab di atas, kita melihat pribadi remaja yang memiliki sikap mental sumbu pendek alias mudah terpancing emosi demi memenuhi keinginannya. Enggan berpikir panjang dan menjalani proses untuk menyelesaikan masalah. Ciri khas generasi instan, produk lingkungan hidup yang dinaungi oleh sistem kapitalis sekuler. 

Remaja Muslim, Remaja Tangguh 

Remaja muslim sejati tak mudah menyerah dalam menyelesaikan setiap masalah. Tak gampang terpancing ambil jalan pintas dalam memenuhi keinginannya. Dan tidak cepat terprovokasi oleh kesenangan yang dipertontonkan dunia hiburan dan gaya hidup sekuler yang menyesatkan. 
Karena mereka sadar bahwa setiap apa yang dilakukannya, akan berakibat pada kebaikannya di dunia dan di akhirat. Sehingga mereka berusaha menjaga diri agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan. 

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra : 36)

Sebaliknya, remaja muslim sejati punya sikap mental yang tangguh dalam menghadapi setiap tekanan. Baik dalam lingkungan pergaulan, tugas sekolah, hingga musibah yang menimpanya. Karena Rasulullah Saw mengajarkan, tak ada alasan untuk euforia ketika bahagia atau rapuh saat terjatuh. Keep cool, calm, and confident. 

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim) 

Untuk itu, remaja muslim yang tangguh hanya mungkin lahir dari pola pendidikan yang Islam dan lingkungan hidup yang islami. Peran negara tak bisa dilepaskan untuk mempersiapkan kedua faktor utama ini seperti terjadi pada masa kejayaan Islam. 

Sementara bagi remaja, menjaga asupan informasi yang sarat dengan nilai ruhiah akan mengantarkan mereka pada gerbang kesuksesan dunia akhirat. Caranya, dengan mengenal Islam lebih dalam yang tak sekedar ibadah ritual semata. Tapi juga aturan Islam sebagai aturan hidup dan nutrisi terbaik untuk membangun mental health. Sehingga kelak, tak ada lagi generasi sumbu pendek yang reaktif dan emosional. Tapi lahir generasi tangguh yang memperkuat barisan pejuang kebangkitan Islam. Insya Allah. Ganbatte Kudasai! [@Hafidz341] 

Oleh: Guslaeni Hafid
Sahabat Tinta Media
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :