Faktor Beban Hidup, Mematikan Fitrah Keibuan - Tinta Media

Minggu, 04 Februari 2024

Faktor Beban Hidup, Mematikan Fitrah Keibuan



Tinta Media - Fitrahnya setiap ibu adalah mendambakan buah hati, apabila ibu tak kunjung hamil mereka akan ikhtiar dengan program hamil hingga bayi tabung. Tak dihiraukan lagi berapa banyak biaya yang dikeluarkan agar bisa hamil dan melahirkan anak. Namun banyak pula yang tak menginginkannya meskipun mereka hamil, justru terpaksa digugurkan atau dibunuh secara tragis. Memasuki awal tahun, berharap negeri ini baik-baik saja, sayang seribu sayang, kasus demi kasus kian terjadi. 

Akhir bulan ini digegerkan kasus ibu bunuh anak karena tidak sanggup membiayai kehidupan si bayi. Dikutip dari Bangkapos.com (23/1/24) bahwa insiden tragis di Desa Membalong, Kabupaten Belitung, seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun diduga membunuh dan membuang bayi yang lahir secara normal di kamar mandi. Kejadian itu terjadi pada Kamis, 18 Januari 2024, sekitar pukul 21.00 WIB. Motif dari tindakan mengerikan ini diduga terkait dengan faktor ekonomi, ibu tiga anak tersebut merasa terdesak secara finansial. 

Sistem kapitalisme secara tidak langsung sistem yang diterapkan sekarang mematikan fitrah ibu, yang seharusnya ibu itu menginginkan anak dan memiliki sifat penyayang. Tidak hanya itu, tugas ibu juga mengasuh, membesarkan serta mendidik, karena anak adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Namun fitrah keibuan kian terkikis oleh sistem kapitalisme, banyak dari ibu enggan punya anak karena khawatir dengan penghasilan keluarganya tak mencukupi kebutuhan anak karena mahalnya kebutuhan pokok dan biaya pendidikan. 

Banyak ayah yang kehilangan pekerjaannya, hasil kerja serabutan tak mencukupi kebutuhan keluarga. Sehingga sistem ini memaksa para ibu untuk kerja di luar rumah membantu perekonomian keluarga. Akhirnya anak bukan lagi menjadi takdir tapi pilihan, anak menjadi korban hidup atau mati. Na'udzubillahi mindzalik! 

Akhirnya sistem kapitalisme memberikan efek besar seperti lemahnya ketahanan iman keluarga, tidak berfungsinya peran keluarga, lemahnya kepedulian masyarakat, serta tidak ada jaminan kesejahteraan dari negara. 

Islam mempunyai aturan yang sempurna, termasuk masalah ekonomi. Ekonomi dikelola oleh negara dengan baik sehingga dapat menyejahterakan rakyat, mulai dari bahan pokok (sandang, papan dan pangan), para ayah diberikan pekerjaan dengan gaji yang setimpal sehingga ibu dengan fitrah keibuannya fokus menjadi ummu warabbatul bait dan ummu madrasatul ula. 

Visi misi akhirat dan tolok ukur halal haram diterapkan di setiap keluarga, serta masyarakat saling membantu dan mengingatkan. Negara pun bertanggungjawab atas setiap keluarga yang kurang mampu serta memberikan fasilitas pendidikan yang murah bahkan gratis untuk seluruh rakyat, semua itu hanya dapat terjadi dengan diterapkannya aturan Allah yakni Islam di muka bumi ini secara kaffah, sehingga setiap anak dijamin oleh negara dan lahirlah generasi Sholahuddin berikutnya, in syaa Allah. 

Wallahua'lam bisshawab

Oleh: Maula Riesna
Sahabat Tinta Media 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :