Apakah Narasi Khilafah Benar-Benar Ancaman? - Tinta Media

Sabtu, 03 Februari 2024

Apakah Narasi Khilafah Benar-Benar Ancaman?


Tinta Media - Istilah khilafah diartikan sebagai sistem kepemimpinan umum bagi seluruh umat yang di dalamnya diterapkan hukum-hukum Islam dan menyampaikan dakwah Islam ke seluruh alam. Pemimpinnya disebut khalifah yang bermakna pengganti nabi dalam melanjutkan kepemimpinannya terhadap umat.

Sistem pemerintahan ini bisa dianggap sebagai khilafah ketika di dalamnya menerapkan aturan-aturan Islam selaku ideologi atau cara pandang hidup yang berasaskan Islam dari akar hingga ke daun. Sistem ini meneladani bagaimana cara kepemimpinan Nabi Muhammad beserta Khulafaur Rasyidin dalam menjalankan roda pemerintahan. 

Meskipun berbeda penguasa, tetapi sistem yang dijalankan tetap berpegang pada prinsip Islam yang menyatukan umat di seluruh belahan dunia, utamanya umat muslim. Namun, tidak menutup kemungkinan, penerapan sistem ini memberikan peluang bercampurnya masyarakat non-Islam.

Ini menjelaskan bahwa kehadirannya bukanlah sebuah problem, apalagi menjadi sebuah ancaman, karena keberadaan sistem Islam bertujuan untuk menyatukan umat, tanpa ada perbedaan serta mampu memberikan solusi problematika hidup yang terjadi di tengah gempuran hidup saat ini. Hal ini karena sistem Islam tidak berasal dari manusia. Nabi Muhammad adalah pelaksana pertama penerapan sistem Islam dalam tatanan kenegaraan.

Nyatanya, sistem Islam jelas terikat pada Allah dan bersumber dari-Nya sehingga menihilkan sangkaan bahwa sistem ini bersifat lemah.

Berbeda memang ketika sistem yang digunakan merupakan sistem yang dibentuk oleh manusia, yang didasari oleh rasa tak pernah puas. Maka, jelaslah bahwa kehidupan yang diatur oleh sistem buatan manusia ini akan berpihak kepada orang-orang yang memiliki kepentingan di dalamnya, sehingga menihilkan harapan keadilan, kesejahteraan, dan juga perdamaian.

Namun, dalam kabar yang disampaikan oleh Beritasatu.com dinyatakan bahwa ada bentuk seruan oleh Muhammad Iqbal Ahnaf dari Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada, yang mengingatkan bahwa pemerintah dan masyarakat harus mewaspadai narasi-narasi kebangkitan khilafah. Narasi ini dianggap memanfaatkan momentum yang  bertepatan dengan 100 tahun runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah.

Ketakutan ini menunjukkan bahwa umat masih diombang-ambingkan oleh narasi-narasi kebencian, fobia dan sangkaan yang berlebihan terhadap sistem Islam, sehingga mereka mengambil kesimpulan sendiri tanpa mendalami historis serta seruan-seruan wajib yang dikabarkan Allah kepada umatnya.

Memang benar, keberadaan sistem Islam bagaikan utopia karena belum pernah dirasakan oleh umat sekarang ini. Namun, fakta keberadaannya di dalam sejarah yang mampu merombak peradaban buruk menjadi gemilang tak akan mungkin dimungkiri. 

Elon Musk berkata, "Ketika Roma runtuh, Islam bangkit. Anda memiliki kekhalifahan yang baik, sedangkan Roma buruk. Itu akhirnya menjadi sumber pelestarian pengetahuan dan banyak kemajuan ilmiah.”

Pernyataan ini menjadi gambaran bahwa keberadaan sistem Islam, yakni khilafah bukanlah ancaman, tetapi berkah. Keberadaannya telah dikabarkan dalam sebuah hadis. 

"Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw. diam.” (HR Ahmad; Shahih).

Bagaimana bisa, orang yang menyandang sebagai non-Islam saja yakin terkait gambaran kebaikan yang dibawa kekhilafahan, sedangkan kita yang mengaku sebagai muslim malah tidak yakin dan cenderung fobia dengan istilah-istilah keislaman? Wallahua'lam.


Oleh: Erna Nuri Widiastuti S.Pd 
(Aktivis Muslimah)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :