Tinta Media - Saat ini kita sudah memasuki tahun baru 2024. Seperti biasa, pergantian tahun identik dengan pesta kembang api. Bahkan, supaya bisa menyaksikan detik-detik diluncurkannya kembang api, masyarakat rela berbondong-bondong karena tidak ingin melewatkan momen tersebut.
Dilansir dari CNN Indonesia, untuk bisa merayakan tahun baru warga mengajak keluarga dan orang-orang terdekat berlibur ke suatu tempat. Beberapa rekomendasi lokasi di Jakarta ditawarkan untuk menyaksikan pesta kembang api malam tahun baru 2024. Selain pesta kembang api, di lokasi tersebut juga diadakan festival kuliner, bazar disertai acara musik yang menghadirkan artis-artis ternama.
Di saat yang sama, kaum muslimin di Gaza Palestina masih dibayang-bayangi dengan penjajah Zionis Yahudi. Penduduknya dipaksa keluar dari rumah mereka melalui serangan tanpa henti oleh Zionis Yahudi selama 12 pekan belakangan ini. Korban yang meninggal akibat serangan zionis Yahudi selama puluhan tahun pun sudah tidak terhitung.
Belum lagi penderitaan yang dialami oleh muslim Rohingya. Mereka mengalami stateless akibat genosida oleh rezim Myanmar selama bertahun-tahun. Mereka mencari suaka selama bertahun-tahun, tetapi yang mereka dapatkan adalah pengusiran.
Pesta kembang api yang diadakan di berbagai negeri muslimin menunjukkan bahwa kaum muslimin telah abai terhadap urusan umat. Bahkan, seruan pembelaan terhadap Palestina sudah tidak santer lagi terdengar. Aksi pemboikotan terhadap produk Yahudi pun sudah mulai melonggar.
Sikap kaum muslimin yang tidak peduli dengan saudara seakidahnya adalah cerminan dari nasionalisme. Ikatan nasionalisme ini berasal dari pemikiran Barat yang membuat mereka hanya mencintai wilayah masing-masing. Pemikiran nasionalisme inilah yang menyekat-nyekat kaum muslimin di berbagai negara. Wajar ketika mereka merasa bukan saudara dengan muslim yang tidak senegara dengannya.
Padahal, Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)." (HR. Muslim).
Seperti itulah seharusnya sikap kaum muslimin terhadap kaum muslimin yang lain, meskipun berbeda suku bangsa dan ras. Perasaan yang harus muncul di benak kaum muslimin adalah karena dorongan akidah, bukan sekadar rasa simpati, empati, maupun lainnya. Sehingga, ikatan yang mengikat kaum muslimin adalah ikatan ukhuwah Islamiyah karena keimanan. Ikatan inilah yang akan menyatukan kaum muslimin di seluruh dunia, sehingga merasakan penderitaan yang dialami oleh kaum muslimin yang dilukai.
Saat ini, perasaan kaum muslimin dalam menyikapi penjajahan terhadap penduduk Palestina hanya karena kemanusiaan. Sehingga, sebagai individu yang mempunyai rasa kemanusiaan, mereka tergerak hati untuk mengirimkan bantuan berupa makanan, obat-obatan, dan lain sebagainya. Padahal, yang dibutuhkan oleh mereka adalah bantuan dalam bentuk militer.
Maka, akar persoalan yang harus dituntaskan oleh kaum muslimin saat ini adalah dengan menghapus sekat-sekat nasionalisme yang membelenggu kaum muslimin, serta menciptakan pelindung sejati bagi umat secara internasional, karena ada PBB selama ini pun tidak bisa menyelesaikan persoalan kekejaman terhadap kaum muslimin.
Maka, sikap yang seharusnya dimuhasabahi oleh kaum muslimin di pergantian tahun ini adalah bukan bersenang-senang di atas penderitaan saudara seakidah, melainkan memperjuangkan sebuah negara yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah, yakni Khilafah Islamiyah yang akan menolong kaum muslimin yang terzalimi di mana pun. Wallahu'alam bishshawab.
Oleh: Sumiati
Sahabat Tinta Media