Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan , Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat,” Siapa saja yang ingin masuk surga?” Mereka menjawab,” Kami semua , wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “ Pendekkanlah angan-angan kalian, pancangkanlah ajal kalian di depan penglihatan kalian, dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu.”
Mereka menjawab, “ Kami selalu malu terhadap Allah.” Beliau menanggapi,” Bukan malu seperti itu.” Tetapi barang siapa yang malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu, maka hendaklah dia menjaga kepala dan isinya, perut dan isinya, serta selalu mengingat kematian dan cobaan. Barang siapa yang menginginkan akhirat, dia tidak akan ragu meninggalkan dunia. Jadi, barang siapa yang mampu berbuat demikian, berarti dia telah malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu.
Allah SWT berfirman :
۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” ( QS. Al-Hadid (57) : 16 )
Sobat. Pada ayat ini Allah menegur dan memperingatkan orang-orang Mukmin tentang keadaan mereka yang berlalai-lalai. Belum datangkah waktunya bagi orang-orang Mukmin untuk mempunyai hati yang lembut, senantiasa mengingat Allah, suka mendengar dan memahami ajaran-ajaran agama mereka, taat dan patuh mengikuti petunjuk-petunjuk kebenaran yang telah diturunkan, yang terbentang di dalam Al-Qur'an. Selanjutnya orang-orang Mukmin diperingatkan agar jangan sekali-kali meniru-niru orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberikan Kitab Taurat dan Injil.
Sekalipun telah lama dan memakan waktu agak panjang, mereka belum juga mengikuti dan memahami ajaran mereka dan nabi-nabi mereka, sehingga hati mereka menjadi keras dan susah membantu, tidak lagi dapat menerima nasihat, tidak membekas pada diri mereka ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka. Mereka mengubah Kitab yang ada di tangan mereka dan ajaran-ajaran Kitab mereka dilempar jauh-jauh. Pendeta dan pastur mereka jadikan tuhan selain Allah, membikin agama tanpa alasan. Kebanyakan mereka menjadi fasik, meninggalkan ajaran-ajaran mereka yang asli.
Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka.
Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Ma'idah/5: 13)
Sobat. Abdullah bin Amru bin al-Ash berkata, “ Lima perkara yang apabila orang memilikinya, dia akan bahagia di dunia maupun di akhirat. Lima perkara itu adalah :
1. Berdzikir kepada Allah dengan lafadz syahadat ( Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah ) dari waktu ke waktu.
2. Mengucapkan kalimat istirja’ ( Innaa lillaahi wainna ilaihi raajiuun wa laa haula wa la quwwata illa billaahil aliyyil ‘adziim ) setiap ditimpa musibah.
3. Mengucapkan hamdalah (Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin) setiap mendapatkan nikmat sebagai rasa syukur kepada Allah SWT.
4. Mengucapkan basmalah ( bismillaahirrahmaanirrahiim ) setiap memulai sesuatu.
5. Mengucapkan istighfar ( astahgfirullaahal ‘adziim wa atuubu ilaih ) apabila melakukan dosa.
Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda,” Hendaklah kalian memperbanyak dzikir kepada Allah dalam keadaan apa pun karena sesungguhnya tidak ada amal yang lebih dicintai oleh Allah dan lebih menyelamatkan seorang hamba dari setiap kejahatan di dunia maupun di akhirat selain dzikir kepada Allah.” ( HR.Ibnu Sharshari).
Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan menyebut nama Allah SWT maka ia akan terputus (keberkahannya dari Allah).” (HR.Ibnu Hibban).
Sobat. Sesungguhnya tafakur itu ada lima macam yaitu : Tafakur tentang ayat-ayat Allah, melahirkan tauhid dan yakin kepada Allah. Tafakur tentang nikmat-nikmat Allah, melahirkan rasa cinta dan syukur kepada Allah. Tafakur tentang janji-janji Allah, melahirkan rasa cinta kepada akhirat. Tafakur tentang ancaman Allah, melahirkan sikap waspada terhadap perbuatan dosa. Tafakur tentang kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, melahirkan rasa malu kepada Allah.
Sobat. Memilih teman dan komunitas adalah memilih masa depan, maka bergaullah dengan orang-orang sholeh yakni dengan menghadiri majelis-majelis nasihat dan mempelajari kehidupan orang-orang sholeh. Beramar makruf nahi munkar dan menjauh dari orang-orang yang selalu menjalankan kebatilan. Terkait dengan perihal sedikit makan, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits marfu’, “ Ada tiga hal yang dapat menyebabkan kerasnya hati, yaitu suka makan, suka tidur, dan suka bersantai-santai.” ( HR. ad-Dailami )
Sobat. Tafakur itu merupakan pelita hati. Jika tafakur hilang maka hilang pula pelita hati. Tafakur tidak akan terwujud tanpa lisan yang terbiasa berzikir kepada Allah dengan kekhusyukan hati.
أَوَعَجِبۡتُمۡ أَن جَآءَكُمۡ ذِكۡرٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٖ مِّنكُمۡ لِيُنذِرَكُمۡۚ وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ جَعَلَكُمۡ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعۡدِ قَوۡمِ نُوحٖ وَزَادَكُمۡ فِي ٱلۡخَلۡقِ بَصۜۡطَةٗۖ فَٱذۡكُرُوٓاْ ءَالَآءَ ٱللَّهِ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
“Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” ( QS. Al-A’raf (7) : 69)
Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan kecaman Nabi Hud kepada pemuka-pemuka kaumnya, bahwa tidak patut mereka merasa heran dan ragu-ragu terhadap kedatangan peringatan dan pengajaran dari Tuhan yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara mereka. Pengajaran Allah itu datang kepada mereka justru pada saat mereka berada dalam kesesatan. Semestinya mereka tidak perlu ragu kepada pribadi orang yang membawa seruan.
Hendaknya mereka mempergunakan akal pikiran untuk memperhatikan seruan yang dibawa kepada mereka itu yaitu seruan yang benar, seruan yang menyelamatkan diri mereka dari azab Allah. Ia juga mengingatkan mereka akan nikmat dan rahmat Allah, bahwa mereka bukan saja sebagai ahli waris kaum Nuh yang diselamatkan Allah dari topan karena keimanan mereka kepada-Nya, tetapi juga Allah melebihkan mereka dengan kekuatan fisik serta tubuh yang besar.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bersyukur kepada Allah dengan bertakwa kepada-Nya. Kalau mereka tidak bersyukur, Allah akan menjatuhkan azab-Nya sebagaimana Allah menjatuhkan azab kepada kaum Nuh yang ingkar dan menggantikan kedudukannya dengan bangsa lain. Mereka diingatkan kepada nikmat Allah itu agar mereka bersyukur dengan menyembah-Nya seikhlas-ikhlasnya sehingga mereka menjauhi kemusyrikan dengan meninggalkan penyembahan berhala.
Dengan demikian mereka harus meninggalkan penyembahan berhala untuk mencapai kebahagiaan pada hari kemudian dan mendapat tempat pada sisi Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur kepada nikmat-Nya.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur