Jurnalis: Ada Empat Macam Tragedi Pasca Runtuhnya Khilafah - Tinta Media

Senin, 29 Januari 2024

Jurnalis: Ada Empat Macam Tragedi Pasca Runtuhnya Khilafah



Tinta Media - Mengenang 100 tahun pasca runtuhnya daulah Khilafah, jurnalis ideologis Joko Prasetyo (Om Joy) menyatakan ada empat macam tragedi. 

“𝑷𝒆𝒓𝒕𝒂𝒎𝒂, 𝒅𝒊𝒓𝒖𝒏𝒕𝒖𝒉𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. Bagaimana tidak, kaum Muslim kehilangan pengurus urusannya (𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛) yang mengatur segala urusannya (𝑟𝑎’𝑖𝑦𝑎𝑡) dengan syariat Islam secara kaffah,” tuturnya kepada Tinta Media, Ahad (28/1/2024). 

Ini, lanjutnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. riwayat Imam Bukhari, “Imam (Khalifah) adalah 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya (𝑟𝑎’𝑖𝑦𝑎𝑡).”

“Sekaligus kehilangan perisai (𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ) kaum muslim dari serangan kafir penjajah. Nabi Muhammad saw. bersabda, 'Sesungguhnya 𝑎𝑙-𝑖𝑚𝑎𝑚 (khalifah) itu perisai (𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ), [orang-orang] akan berperang di belakangnya [mendukung] dan berlindung [dari musuh] dengan [kekuasaan]nya',” jelasnya membacakan hadis riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain.

Dengan runtuhnya khilafah, ucapnya, maka kaum Muslim kehilangan 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ sekaligus. “Tentu saja ini merupakan tragedi!” Tegasnya. 

𝑲𝒆𝒅𝒖𝒂, 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒐𝒃𝒆𝒍 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. “Bila kaum Muslim tak merasa kehilangan, tentu saja tidak akan mencari atau menegakkannya kembali,” ungkapnya.  

Padahal menurutnya, segala kerusakan yang menimpa kaum Muslim di segala aspeknya saat ini berpangkal dari tidak ditegakkannya syariat Islam secara kaffah. 

“Syariat Islam secara kaffah mustahil tegak tanpa adanya Khilafah yang berfungsi sebagai 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ tersebut. Disebut apa ini kalau bukan dobel tragedi?" tandasnya.

𝑲𝒆𝒕𝒊𝒈𝒂, 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒈𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒓𝒊𝒑𝒆𝒍 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. “Dikatakan tripel tragedi karena kaum Muslim tidak berjuang menegakkan kembali khilafah. Padahal secara 𝑠𝑦𝑎𝑟’𝑖 menerapkan syariat Islam secara kaffah merupakan fardhu kifayah, bahkan mahkota kewajiban. Karena tanpa adanya Khilafah, banyak kewajiban dalam Islam tidak bisa ditegakkan," tambahnya.

Sedangkan secara faktual, terangnya,  tidak memperjuangkan tegaknya kembali khilafah berarti membiarkan kaum Muslim terus menerus dirundung kenestapaan dalam segala aspeknya karena membiarkan kaum Muslim tanpa 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ.

𝑲𝒆𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕, 𝒎𝒆𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒈𝒂𝒌𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒉𝒊𝒍𝒂𝒇𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒌𝒖𝒂𝒓𝒕𝒆𝒕 𝒕𝒓𝒂𝒈𝒆𝒅𝒊. “Bila kaum Muslim malah memusuhi perjuangan penegakkan khilafah tentu saja ini merupakan kuartet tragedi,” tegasnya.

Dikatakan kuartet tragedi, ia menerangkan, karena bukan saja tidak merasa keruntuhan khilafah itu sebagai tragedi padahal jelas-jelas kaum Muslim jadi kehilangan 𝑟𝑎𝑎’𝑖𝑛 dan 𝑗𝑢𝑛𝑛𝑎ℎ.  

"Tak mau melaksanakan kewajiban, eh malah memusuhi saudaranya sendiri yang melaksanakan kewajiban dari agama yang dianutnya sendiri," herannya.

Oleh karena itu, ia mengingatkan  agar jangan menjadi bagian dari tragedi tersebut. Sebisa mungkin jadilah sebagai solusi, dengan kemampuan di bidang masing-masing, untuk menyadarkan kaum Muslim akan kewajiban menegakkan kembali khilafah. 

"𝐼𝑡 𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑚𝑒 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑜𝑛𝑒 𝑢𝑚𝑚𝑎ℎ, sekaranglah waktunya untuk menjadi umat yang satu di bawah naungan 𝑘ℎ𝑖𝑙𝑎𝑓𝑎ℎ '𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑖𝑛ℎ𝑎𝑗𝑖𝑛 𝑛𝑢𝑏𝑢𝑤𝑤𝑎ℎ. Allahu Akbar!" pungkasnya.[] Amar
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :