It's Clear - Tinta Media

Senin, 08 Januari 2024

It's Clear



Tinta Media - It's clear. Iya benar, mestinya ini sudah clear (jelas) terkait persoalan perayaan tahun baru Masehi. Namun, mengapa setiap menjelang perayaan ganti tahun Masehi masih banyak umat Islam yang ikut-ikutan merayakannya? Wah, gawat, kan? Ini kebablasan namanya. 

Persoalan perayaan tahun baru Masehi berkaitan dengan akidah. Karena itu, tidak boleh bagi kaum muslimin merayakannya bersama umat lain. Ini sangat prinsip. 

Harusnya perkara ini sudah selesai alias clear. Maknanya, ketika umat lain merayakan hari besar, silakan, tanpa mengajak kita untuk merayakannya. Begitu juga saat kita merayakan hari besar, mereka pun tidak diajak untuk merayakannya. Inilah yang dinamai toleransi. Ini pernah dicontohkan langsung oleh Baginda Rasulullah terkait praktik beragama dalam hal toleransi. 

Saat itu Rasulullah mendakwahkan Islam kepada kaum Quraisy yang menyembah berhala. Namun, kaum Quraisy menolak ajakan Rasulullah saw. Mereka malah menawarkan harta, kedudukan, dan wanita. Rasulullah menolak semua itu. Kaum Quraisy juga menawarkan agar Rasulullah menyembah tuhannya kaum Quraisy, selanjutnya nanti mereka akan menyembah Allah. Hal ini pun ditolak oleh Baginda Nabi Muhammad saw. 

Perbuatan Rasulullah ini menjadi contoh bagi umat Islam, betapa tegasnya Rasulullah jika berkaitan dengan agama Islam. Jadi, stop stigma negatif jika ada yang tidak mengucapkan perayaan tahun baru Masehi atau merayakan hari-hari besar agama lain! Jangan cap mereka intoleransi, apa pun narasi, dalil, dan dalih Anda yang katanya paling Pancasilais! 

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'anul Karim di surah Al Kafirun ayat 1-5, "Katakanlah (Muhammad)! Wahai orang-orang kafir. Aku tidak menyembah apa yang engkau sembah. Engkau tidak menyembah apa yang aku sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku. 

Begitu tegas Allah memerintahkan kepada kita untuk menjalankan agama kita dan mereka. Umat lain melaksanakan agamanya sendiri, tanpa mencampuradukkan dengan akidah kita. Ini juga tamparan keras bagi mereka yang mencampuradukkan akidahnya, ikut serta merayakannya, dan juga mengembannya. 

Kemaksiatan yang terjadi saat perayaan tahun baru Masehi tidak hanya terkait akidah saja. Kemaksiatan zina, berkhalwat, dan tasyabuh bil kuffar (tindakan menyerupai orang kafir) acap kali terjadi. Mengapa kemaksiatan ini terus berulang? Apakah umat Islam mau terus dalam kubangan kemaksiatan? 

Yuk, mari kita berpikir. Dari proses berpikir ini nantinya menghasilkan pemikiran. Sebagaimana yang disampaikan Syeikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Iqtishady, "Pemikiran merupakan harta yang luar biasa agungnya." 

Tentunya berpikir sebagaimana yang Allah perintahkan. Pemikiran yang benar datang dari Allah, yaitu pemikiran yang berlandaskan Islam, berasal dari proses berpikir dengan menjawab tiga simpul besar (uqdatul kubra) secara sahih. Jawaban sahih inilah yang menjadikan kaum muslimin mempunyai pemikiran cemerlang. 

Pemikiran Islam akan menjadikan pemahaman kaum muslimin berdasarkan Islam, selanjutnya perasaan, dan aturan kehidupan kaum muslimin juga selalu berpedoman pada syariat Islam. 

Miris, saat kita melihat kondisi sebagian umat yang ikut merayakan Natal dan tahun baru. Hal itu merupakan upaya orang-orang kafir untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Ini juga langkah kaum kafir mendistorsi ajaran Islam sehingga umat Islam inferior terhadap agamanya. 

Tidak itu saja, makar atau konspirasi kaum kafir yang hendak menghancurkan Islam tampak jelas di depan mata. Lihat saja, kondisi rakyat Palestina yang tanpa air, tanpa makan, tanpa listrik, dan tanpa perbekalan. Saudara muslim di Palestina hidup dalam gempuran dan dentingan peluru. Penjajahan ini belum berhenti karena Barat tidak menghendaki tegaknya syariat Islam. Karena itu, mereka siang malam berupaya mencegahnya. 

Begitu urgensi pemikiran Islam ini. Ketika pemikiran ini timbul di tengah-tengah kaum muslimin, maka akan terbentuk kesadaran umum umat Islam. Dengan kesadaran itu, mereka mengetahui solusi tuntas setiap problematika kehidupan manusia itu. Tentunya, solusi itu adalah tegaknya syariat Islam dalam sebuah institusi politik, yakni Khilafah ala minhajin nubuwah.

Oleh: Muhammad Nur
Sahabat Tinta Media 

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :