Indeks Pembangunan Gender Naik, Nasib Perempuan Tak Kunjung Baik - Tinta Media

Jumat, 12 Januari 2024

Indeks Pembangunan Gender Naik, Nasib Perempuan Tak Kunjung Baik



Tinta Media - "Perempuan semakin berdaya, mampu memberikan sumbangan pendapatan signifikan bagi keluarga, menduduki posisi strategis di tempat kerja, dan terlibat dalam politik pembangunan dengan meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Pemberdayaan Gender," demikian pernyataan yang disampaikan oleh  Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA Lenny N Rosalin dalam keterangan di Jakarta, pada hari Sabtu, 6 Januari 2024.(Antara, 6/1/2024).

Menelisik pernyataan ini, dengan berbagai posisi yang disematkan pada perempuan, digadang-gadang lah  sumbangsih perempuan di ranah publik menempati penilaian terkait landasan kekuatan pembangunan suatu bangsa. Tentunya, jika ini benar, perempuan terangkat derajatnya dari berbagai keterpurukan. Namun, benarkah dengan peran tersebut, menjadikan nasib perempuan semakin baik?

 Kondisi Perempuan Masa Kini 

Saat ini, keberhasilan perempuan selalu dinilai dari keterlibatannya di ruang publik, baik di sisi ekonomi maupun politik.

Terlibatnya perempuan dalam ruang politik sebagai anggota legislatif dan eksekutif, berkarier di berbagai bidang, mandiri finansial, dan menjadi pelaku utama ekonomi, direward sebagai penentu tingginya nilai pemberdayaan perempuan. Kondisi ini terjadi dalam cara pandang kapitalisme.

Realitasnya, naiknya  nilai Indeks Pembangunan Gender tidaklah menunjukkan membaiknya nasib perempuan. Berbagai permasalahan terkait perempuan terus menerus menghiasi jagat raya. Tingginya kekerasan di ruang publik (pembunuhan, kekerasan seksual dll) maupun domestik (perceraian, KDRT, bunuh diri dll) dirasakan di kalangan perempuan.

Seluruh permasalahan yang menimpa perempuan tersebut terjadi karena di dalam ruang kapitalisme sekuler, jaminan keamanan, kenyamanan, kesejahteraan tidak terpenuhi. Gaung  pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender yang diperjuangkan, sejatinya tidak mampu menyelamatkan perempuan dari diskriminasi dan penindasan. Yang terjadi, ide kesetaraan gender memperburuk nasib perempuan, dikarenakan jauh dari fitrahnya sebagai perempuan yang wajib dijaga dan memerankan posisinya sebagai perempuan secara hakiki sesuai tuntunan ilahi (salah satunya sebagai ummun wa rabbah al  bayt). Dan dalam kapitalisme sekuler, mekanisme peran-peran tersebut tidak difahami dengan benar.

 Sistem Islam Memuliakan Perempuan

Sistem Islam mengatur berbagai peran dalam kehidupan manusia. Di dalamnya diatur mekanisme terbaik untuk menyelesaikan berbagai problematik umat, tidak terkecuali problem perempuan.

Dalam Islam, perempuan adalah sosok yang dimuliakan dan wajib dijaga Bukan warga kelas dua yang terdiskriminasi, bukan sosok yang bisa dieksploitasi secara ekonomi, bukan pula sosok yang mudah disakiti.

Dalam Islam, peran perempuan sebagai ibu dan manajer rumah tangga, bukan peran sembarangan. Potensi domestik yang luar biasa ini mampu melahirkan generasi tangguh bermartabat berkualitas hebat. Potensi yang sangat penting dalam terwujudnya sebuah peradaban terbaik.
Mekanisme terbaik terkait perempuan diterapkan dalam sistem Islam. Di dalamnya, perempuan menempati posisi strategis yang dimampukan untuk mendidik generasi hebat aset peradaban. Perempuan dijamin kebutuhannya oleh negara, hingga kebutuhan sandang, pangan, papan juga pendidikan dan kesehatan tidak memberatkan kaum perempuan untuk mewujudkannya (tidak menjadi tulang punggung keluarga). Perempuan dibolehkan berperan di ranah publik tanpa melalaikan peran domestik atas ijin Allah (sesuai hukum syarak terkait perempuan). Dan dalam sistem Islam, negara memberikan sistem sanksi yang jelas dan tegas, sehingga seluruh kasus kriminal yang menjadikan perempuan sebagai korban teratasi dan diminimalisir.

Demikianlah, majunya kaum perempuan senyatanya tak bisa disandingkan dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Gender. Namun, dengan meningkatnya kesadaran umat untuk mewujudkan tegaknya Islam secara paripurna, itulah yang menjadi indikasi terwujudnya harapan membaiknya nasib perempuan.


Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty 
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :