Hentikan Bully Hanya dengan Islam! - Tinta Media

Selasa, 02 Januari 2024

Hentikan Bully Hanya dengan Islam!


Tinta Media - Bullying dianggap sebagai salah satu dosa besar pendidikan.  Nyatanya, hingga saat ini belum berhenti, meski sudah dibentuk satgas di berbagai satuan pendidikan. Seperti yang terjadi belum lama ini, Kasat Reskrim Polrestabes Medan menangkap pelaku bully dan penganiayaan terhadap siswa MAN 1 Medan. 

Selain itu, kasus dugaan perundungan atau bullying siswa kelas 3 SD oleh teman sekolahnya di salah satu SD swasta di Sukabumi yang menyebabkan korban patah tangan telah dilaporkan pihak keluarga korban ke Polres Sukabumi Kota pada Senin (16/11/2023).  

Sementara itu, di Jakarta, 12 siswa kelas X SMAN 26 Jakarta menjadi korban bully oleh kakak kelas. Kondisi siswa-siswa tersebut sangat memprihatinkan setelah dianiaya secara brutal oleh siswa kelas XI dan XII. 

Kasus-kasus di atas hanya sebagian kecil dari banyaknya kasus pembullyan yang masuk ke media. Jika ditelisik, maraknya kasus pembullyan ini menunjukkan adanya kesalahan cara pandang kehidupan dan akar masalah persoalan. Saat ini, disadari atau tidak, banyak nilai yang menjadi aturan tak tertulis masyarakat dalam bertingkah laku. Padahal, aturan itu lahir dari paham sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Hal ini diperparah dengan diembannya paham sekularisme ini oleh negara, bukan hanya oleh individu. 

Selain masalah arah pandang, pembullyan juga ditumbuhkembangkan oleh buruknya sistem pendidikan sehingga lahir generasi yang buruk perilakunya. Lihat saja, sistem pendidikan sekarang yang sangat jauh dari agama. Jam pelajaran agama terus disunat, seragam muslimah yang terus dipermasalahkan, belum lagi rohis yang dianggap sebagai bibit terorisme. 

Hal ini menghasilkan pelajar yang makin jauh dari agama. Mereka hanya ditargetkan untuk pintar dalam bidang akademik agar bisa mendapat pekerjaan yang bagus dengan upah melimpah. Namun, mereka melupakan aspek ketakwaan. 

Demikian juga buruknya lingkungan sekitar. Karakter masyarakat saat ini yang sangat individualis. Hal itu mengikis kepedulian antarsesama. Masyarakat seakan tak acuh terhadap kriminalitas atau perbuatan yang mengarah ke pembullyan, asalkan itu bukan anak mereka sendiri. 

Teradang, pembullyan secara verbal dianggap wajar dan normal nakalnya anak-anak.

Untuk mengatasi masalah pembulyan ini, Islam memiliki sistem pendidikan terbaik, berasas akidah Islam yang meyakini adanya hari pembalasan. 

Keyakinan ini bisa mencegah adanya kejahatan karena ada pertanggungjawaban kelak. Islam telah menetapkan bahwa kewajiban untuk menyelamatkan anak dari segala bentuk kezaliman bukan hanya ada di tangan keluarga dan lingkungan, tapi juga negara memiliki andil. 

Memang benar bahwa kewajiban pengasuhan anak ada pada ibu hingga anak tamyiz. Namun, ayah juga tidak bisa lepas tangan begitu saja. Selain itu, lingkungan masyarakat yang baik juga akan menentukan corak anak. Yang tidak kalah penting adalah adanya peran negara yang menerapkan aturan Islam secara utuh dalam rangka mengatur semua urusan umat, termasuk menjamin keamanan dan kesejahteraan dengan adil dan menyeluruh. 

Maka dari itu, dalam Islam, negara menjadi satu-satunya institusi yang dapat melindungi dan mengatasi permasalahan anak, termasuk masalah pembullyan. Ini semua akan terjadi jika kita menerapkan aturan Islam secara menyeluruh dalam institusi negara. 

Wallahu’alam bishawab.


Oleh: Risma Choerunnisa, S.Pd. 
Sahabat Tinta Media 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :