Tinta Media - Hujan deras yang turun pada Kamis (14/1/2024) sore menyebabkan lima rukun tetangga (RT) dan enam ruas jalan di DKI Jakarta terendam banjir. Kepala pelaksanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, Isnawa Adji, menjelaskan bahwa terjadi peningkatan genangan dari tiga RT menjadi lima RT, mencakup 0,016 persen dari total 30.772 RT. Enam ruas jalan juga masih tergenang. Wilayah yang terdampak mencakup 5 RT, termasuk 3 RT di Kelurahan Duren Tiga (Jakarta Selatan) dengan ketinggian air mencapai 30 sentimeter (cm) akibat hujan deras dan luapan kali Mampang. Sementara itu, dua RT di Jakarta Timur mengalami genangan dengan ketinggian 30 cm, juga akibat curah hujan, kata Isnawa dikutip antara, kamis (11/1/2024) . (Beritasatu.com)
BPBD Riau mengatakan, sedikitnya 60.000 orang dari sejumlah daerah di provinsi mengungsi akibat rumah, lahan, dan tempat usaha mereka terdampak banjir sejak beberapa pekan terakhir. Mereka yang mengungsi berasal dari Kabupaten Rokan Hilir, Kepulauan Meranti dan kota Dumai. Sedangkan warga dari Kabupaten dan kota lain yang terdampak banjir belum tercatat ada yang mengungsi, kata, kepala BPBD Ria. M. Edy Afrizal dalam keterangan di Pekanbaru, seperti di kutip Antara, Sabtu (13/1).
Banjir yang merendam ribuan rumah warga kampung Bojongasih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, pada minggu (14/1/2024) pagi perlahan mulai surut. Banjir diakibatkan sungai Citarum dan jebolnya tanggul anak sungai Cikapundung. Dari Pantauan.Com pada minggu (14/1/2024) pagi, sebagian warga yang rumahnya sudah tidak terendam banjir terlihat mulai bersih-bersih dengan alat seadanya.
Meski demikian, masih ada ribuan rumah warga di 7 RW dari total 14 RW di Desa Dayeuhkolot yang masih terendam. Ketinggian air masih 70 sentimeter membuat aktivitas warga terganggu. Banjir mulai surut, yang terjadi berimbas pada 14 RW yang tergenang. sekarang 7 RW yang tergenang dengan ketinggian air paling tinggi di RW 4 sekitar 70 sentimeter, kata kepala Desa Dayeuhkolot Yayan Sesiana saat di temui di area kantor Desa, minggu (14/1/2024)
Masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan perilaku masyarakat yang masih suka membuang sampah di sungai, tentu saja menyebabkan penyempitan terhadap ruang lingkup sungai, debit air yang terus berubah di pengaruhi oleh curah hujan, debit air yang terus berubah di pengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan tinggi atau hujan lebat yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, jelas dapat menyebabkan genangan air yang meninggi dan akhirnya banjir. Ada pula pembangunan tempat pemukiman yang dilakukan secara besar besaran tentu saja dapat menghilangkan daratan kosong tempat resapan air hujan, yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya banjir dan juga keberadaan hujan mulanya berfungsi sebagai tanah resapan air hujan, sekarang beralih menjadi tempat pemukiman penduduk.
Harusnya kita membangun bendungan yang mampu menampung curahan air dari aliran sungai, curah hujan. Juga negara akan memeratakan daerah rendah yang rawan terkena genangan air dan membuat kebijakan melarang masyarakat membangun pemukiman di wilayah wilayah yang terkena banjir. Dan juga negara membangun kanal, sungai buatan untuk mengurangi dan memecah penumpukan volume air, mengeruk lumpur di sungai atau daerah aliran air, agar tidak terjadi pendangkalan.
Memang sudah saatnya kaum Muslim meninggalkan sistem sekuler yang hanya menyebabkan kesengsaraan. Hanyalah Islam satu satunya yang mempunyai solusi dalam mengatasi banjir dan Islam juga memiliki institusi politik, yaitu khilafah Islamiyyah yang memilih kebijakan yang efektif dan efisien, dengan kebijakan inikah insya Allah, masalah banjir bisa di tangani dengan tuntas kalau aturan Islam di tetapkan dengan sempurna.
Wallahu a'lam bish shawwab
Oleh: Upi Ainun
Sahabat Tinta Media