Tinta Media - Ulama Aswaja KH Rokhmat S. Labib menegaskan bahwa tidak ada yang berani mendustakan hari pembalasan kecuali orang yang melampaui batas dan banyak dosa.
"Tidak ada yang berani mendustakan hari pembalasan kecuali orang yang melampaui batas dan banyak dosa," ujarnya dalam acara kajian tafsir Al Waie dengan tema Penyebab Mendustakan Hari Pembalasan di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Rabu (13/12/2023).
Jadi, menurut KH Rokhmat S. Labib, ada hubungannya antara melampaui batas dan orang banyak dosa dengan mendustakan hari pembalasan.
"Hubungannya terbalik dengan awal tadi, orang yang melakukan dosa karena tidak ada iman, iman yang lemah ternyata bisa membuat orang berbuat dosa, dan juga orang yang melampaui batas itu bisa mengikis keimanannya bahkan sampai membuat dia bisa mendustakan hari pembalasan," ungkapnya.
Adapun yang dimaksud orang yang melampaui batas itu menurut KH Rokhmat S. Labib adalah dari kata mu'tadin yakni melanggar atau menabrak batasan-batasan kebenaran.
"Jadi orang yang Mendustakan hari kiamat itu mempunyai sifat yang pertama adalah melanggar kebenaran atau dalam istilahnya fahrozi mengatakan adalah melewati atau melampaui batas jalan kebenaran," ungkapnya.
Sedangkan orang yang banyak dosa menurut KH Rokhmat S. Labib, itu karena dengan dosa mampu menutup hati mereka (orang-orang yang mendustakan hari pembalasan)
"Jadi orang yang melakukan dosa, itu membuat dada dia (orang yang mendustakan hari pembalasan) secara fisik dan batin itu kira-kira seperti yang disebutkan ada nuktah sauda' (titik hitam di dalam dada) jadi ketika melakukan kejahatan maka akan tertitik (dadanya)," bebernya.
Ketika bertobat kata KH Rokhmat S. Labib, dadanya bisa bersih dari nuktah sauda' (titik hitam di dalam dada). "Tapi jika melakukan kejahatan tanpa henti dan tanpa bertobat nambah kejahatan lama-lama titik di dadanya itu bukan hanya satu melainkan dua, tiga, empat, lima lama-lama hitam pekat," lanjutnya.
Jadi kalau hati itu hitam pekat kata KH Rokhmat S. Labib, maka tidak bisa lagi menangkap firman Allah, tidak bisa lagi bergetar ketika diingatkan hari kiamat malah mencela ketika diingatkan.
"Mereka menganggap hari kiamat itu hanya dongeng," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi